11 Problem (2)

220 6 0
                                    

1 minggu sudah berjalan. Tak terasa aku sudah menghabiskan waktu selama 1 minggu bekerja di cafe milik Yoona imo. Uang yang ku kumpulkan sudah cukup untuk mencicil tunggakanku. Ya, sebenarnya masih belum sepenuhnya aku bisa melunasi. "Ah.. Lumayan bisa nyicil" aku pun turun untuk sarapan.

"Pagi" Taeyong ternyata sudah menunggu ku. Aku menghampirinya dan mengajaknya sarapan bersama.
"Nanti aku akan kesekolahmu" aku hampir tersedak, dengan cepat Taeyong mengambil kan air.
"Tapi.. Kamu harus bekerja" Ucapku.
"Itu soal gampang. Pokoknya aku ingin berteman dengan gurumu" Aku yang memandangi Taeyong dengan pandangan aneh.
"Cepat makan, aku kan mengantarkan mu. Sudah jam 7" dan selesai. Aku pun berangkat sekolah. Di jalan, aku masih kepikiran dengan Taeyong. Kenapa dia kesekolahku.

"Sekolah yang bener" aku mengangguk.
"Nanti akan ku hubungi. Jika aku kesini. Mengerti?" ucapnya tegas. Baiklah, hari ini Taeyong sungguh dingin. Ya, aku tahu, jika Taeyong memang dingin. Tapi kali ini dia berbeda sekali. Seperti apa ya? Ah.. Aku tidak bisa menjelaskannya.

***

"Ah.. Minggu depan sudah ujian" keluh Haera. Wajah sahabat ku frustasi.
"Ya belajar makanya" sela Jiyeon"
"Bacod lu njing. Emang lu pernah belajar?" Kesal Haera. Aku tak mood meladeni mereka.
"Sudah.. Kalian kalo ribut lagi. Gue jual nih ke petshop mau gak?" Sarkasku yang membuat mereka terdiam. Kulihat, Haechan sedang bersama Mark dan Jisung. Tapi kok ada seorang perempuan yang tak asing. Yaitu Rose. Hah? Rose?

"Anjir itu Si Rose ngapain lagi dah.. Mau ngedeketin Haechan mungkin" ucap Jiyeon lalu Haera memukul bahu Jiyeon.
"Anjing lu" Jiyeon hanya terkekeh. Haechan dan gengnya mampir kekelas, biasa...
"Pagi sayang" Haera yang tak peduli dengan sapaan pacarnya itu.
"Ih.. Haera jealous with Rose" tukas Mark. Haera yang merotasikan matanya malas.
"A.. Ak.. Aku.. Bisa jelaskan. Tadi, kita ketemu dia dijalan. Ya, udah kita bareng aja sekalian" Jisung mengiyakan.
"He eh kok... Kita gk boong" ucap Jisung dengan wajah imutnya. Ingin ku bungkus.
"Udah.. Kalian balik aja deh. Udah mau masuk. Ketahuan pak Taeil mati lu" ancam ku.

:::::

"Nanti berkasnya kamu urusin ya, saya ada urusan penting" sekretaris itu hanya mengangguk.
Saat mau masuk mobil, ada seseorang yang menarik tangan Taeyong dengan tiba-tiba. Pria itu bersurai hitam dia lebih akrab dipanggil dengan Tuan Kim. Nama dari tuan Kim adalah Kim Mingyu, lalu Taeyong berhenti.
"Maaf Tuan Lee. Apakah Tuan Lee lama perginya?" Taeyong mengangguk. Taeyong tak memberi tahu jika ia pergi kesekolah kekasihnya. Taeyong pun dengan cepat menuju sekolah kekasihnya itu.

::::

Aku dikejutkan oleh ponselku. Ku yakin ini adalah Taeyong. Ternyata dia sedang menelepon ku. Dia benar-benar kesekolah.

Halo. Kamu dimana? Aku sudah sampai di depan
Jemput aku.

Loh...kamu benaran dateng? Ngapain sih? Aku gak sedang membuat masalah kok. Beneran.

Iya aku tahu kamu tidak membuat masalah. Sudah jangan banyak omong. Jemput aku atau kamu tidak boleh pulang?

Et dah.. Anceman macam apa ini? Iya aku akan menjemputmu sabar napa
Beep

Taeyong sangatlah keren dengan balutan coat berwarna abu-abu itu. Aku menghampirinya.
"Ih.. Kenapa kamu datang kesini?" dia tak meladeni pertanyaan ku.
"Mana gurumu? Biarkan aku bertemu dengannya" aku pun mengantarkannya ke ruang BK. Saat itu juga, semua pandangan terarah pada kami. Bukan... Lebih tepatnya pada Taeyong. Semua orang melihatnya tanpa berkedip. Adapun yang berbisik. Taeyong tetap melangkah maju dia tak peduli. Kalian tahukan, bagaimana sikap dan sifat Taeyong.

"Selamat siang Pak. Bisakah saya membantu anda?" Taeyong hanya mengangguk.
"Saya mau bertemu dengan pengelola keuangan dan kepala sekolah disini. Apakah bisa?" tanya Taeyong. Aku terkejut, kenapa dia mencari mereka? "Baiklah. Silakan bapak disini dahulu. Biar saya panggilkan" Pak Taeil pun keluar memanggil Pak Siwon dan Pak Suho. Ah.. Iya, Pak Siwon itu adalah kepala sekolah disini. Setelah beberapa menit, mereka datang.

"Iya, ada apa anda mencari kami?" ucap Pak Suho.
"Silakan duduk dulu pak" pak Siwon memersilahkan Taeyong duduk.
"Ah.. Sebenarnya saya hanya ingin mengasih sesuatu pada anda pak" Taeyong membuka koper kecil ya sepertinya ini berisikan uang. Ternyata benar, uang yang sangat banyak. Aku pun terdiam.
"Berapa tunggakan Han Eun Joon disekolah ini?" tanya Taeyong dengan nada santai. Pak Suho memberikan note total tunggakanku. Aku bingung, bagaimana Taeyong tahu jika aku mempunyai tunggakan. Padahal aku tidak memberitahu.

"Apakah ini cukup?" Taeyong menyodorkan kopernya tadi.
"Baiklah semua tunggakan Han Eun Joon lunas" Taeyong berdecak kecil
"Dasar guru jaman sekarang mata duitan. Makan gaji buta. Tak bisa ku bayangkan. Lucu sekali. Sekolah macam ini?" gerutu Taeyong. Lalu, Taeyong pergi meninggalkan ruangan itu. Aku pun mengekor dibelakang.

_I am You, You're Mine_

Aku masih tidak mengerti.
"Sayang, kamu tau dari mana jika aku mempunyai tunggakan sekolah? Padahal aku tidak memberitahu mu" Taeyong yang terhenti dengan tiba-tiba sehingga membuat ku menabrak punggungnya. Taeyong membalikkan badan.
"Aku tahu. Akan ku kasih tahu jika sudah ada dirumah" aku mengerucutkan bibirku.
"Udah.. Jangan gitu. Kamu tambah cantik jika kek gini" pipiku sudah terbakar rasanya. Taeyong menoel-noel pipiku. Sekarang pipiku sudah benar-benar merah. Aku bingung bisa-bisanya ia kek gini.
"Sekolah sana. Yang penting tunggakan mu sekarang sudah lunas. Kamu tak perlu memikirkannya lagi. Dan kamu tak perlu bekerja lagi di cafe seberang jalan itu" nasihatnya. Aku mengangguk.

***

Taeyong kembali kekantornya. Mengutak-atik laptopnya lagi. Dan sesekali menyesap kopi yang sudah dibuatnya lagi. Kemudian telepon yang disampingnya berbunyi.

Selamat siang Tuan Lee. Maaf mengganggu. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Tuan Lee sekrang.

Ah iya, bilang padanya. Saya akan menemuinya 10menit lagi.

Baiklah Tuan Lee
Beep

Taeyong menaiki lift untuk turun. Dan sampailah Taeyong dilantai dasar. Disudut sana terlihat seorang pria yang sedang menunggunya. Dengan coat berwarna biru gelap itu. Dengan surai berwarna hitam itu. Dengan cepat, Pria itu membalikkan badan kearah Taeyong.

"Lee Jeno!" Taeyong tersentak, karena yang dia temui adalah Lee Jeno. Taeyong mengajak Jeno untuk keruangannya. Jeno pun mengekor. Wajah Jeno tetap tampan sampai sekarang. Dia pernah bekerja sama dengan perusahaan milik Taeyong. Saat mau memasuki lift, ada yang ikut masuk ternyata itu adalah Huang Renjun. Entah kapan ia datang.

...............

Taeyong memposisikan tubuhnya. Jeno yang terduduk disofa disamping Renjun. Taeyong menyesap kopinya yang tinggal setengah itu. Tiba-tiba...
"Anda kenapa kesini? Bukankah sudah saya peringatkan jangan pernah kesini lagi" sarkas Taeyong.
"Maaf Tuan Lee. Saya menyesal dengan apa yang saya buat dahulu. Saya khilaf" Ucap Jeno. Taeyong berdecak sambil melangkah menuju Jeno.
"Hahaha... Anda ini ngelawak ya? Bagaimana anda bisa mengucap kata maaf dengan begitu mudah wahai Tuan Lee Jeno" Renjun yang sedari tadi diam, sekarang ikut tertawa.

"Tolong maafkan saya. Saya mau bekerja disini lagi. Saya berjanji tidak akan mengecewakan anda lagi Tuan Lee" ucap Jeno yang membuat Taeyong begitu berpikir.

"Eum.. Tidak semudah itu Tuan Lee. Anda hampir saja membuat perusahaan ini hancur dan gulung tikar. Saya ingat betul. Dan anda juga telah menggelapkan uang hingga berjumlah milyaran itu untuk kesenangan anda" Tukas Taeyong yang membuat Jeno tak bisa berkata apa-apa lagi.
"Sekarang silahkan angkat kaki dari sini. Saya tidak mau bekerja sama dengan anda lagi wahai Tuan Lee Jeno" Jeno pun keluar dengan tatapan lesu dan menyesal. Kenapa ia melakukan hal gila itu dahulu? Jeno benar-benar menyesal.

To be continued

I'm U, U're Mine ✔️(FF Taeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang