Flashback, a few years ago (part 4)
"Minato-sama, Naruto dia—"
Minato nama dari pria paruh baya berambut pirang itu mengangkat sebelah tangannya, menghentikan ucapan dari pria berambut silver.
Sang pria berambut silver itu berdecak dalam hati kala melihat bosnya hanya terdiam sambil menggoyang-goyangkan cangkir yang tersisa sedikit teh dengan sikap tenang, memandang kosong kedalam cangkir di genggamannya. Sementara pria berambut silver itu merasa semakin di buat tak tenang.
"Tenanglah Kakashi," ucap Minato pada akhirnya. "Masalah Naruto, aku yang akan mengurusnya. Kembalilah ke kantor, perusahaan sementara waktu akan ku percayakan padamu," Minato menaruh cangkir di meja, kemudian bangun dari tempat duduknya. "Saat ini ada beberapa hal yang harus ku lakukan."
Kakashi hanya terdiam memandang Minato yang berlalu melewatinya, memandangnya seolah mencoba untuk membaca isi dalam pikiran pria paruh baya berambut pirang.
Minato memasuki ruang kerja, mengambil ponselnya dan mendekatkan ke telinga. Beberapa saat menunggu, Minato mendengar orang disebrang sana menyapanya sopan. Ia hanya membalas sapaan itu dengan singkat. "Cari tahu seluk beluk dari orang yang saat ini dekat dengan anakku, cari tahu dimana ia bekerja dan apa saja yang dilakukannya. Kau bisa melaporkannya padaku saat datanya lengkap, lakukan dengan segera!" Minato mematikan sambungannya setelah menerima balasan, kemudian menyandarkan tubuh lelahnya di kursi. Tanpa sengaja ia melihat dua figura yang dipajang di meja.
Satu figura berisi foto Naruto saat balita dan satu figura yang berukuran sedikit lebih besar berisikan foto wanita berambut merah panjang yang menampakan senyum merekah cantik. Minato tersenyum lembut pada figura itu, diambilnya figura sang wanita dan mengelusnya lembut menggunakan jempol tangannya, "akanku lakukan apapun yang ku bisa untuk membahagiakan anak kita seperti apa yang kau mau. Jadi, kau tak perlu terlalu cemas di sana. Tersenyumlah, tersenyumlah seperti yang sering kau tunjukkan padaku," ucap Minato sendu, dikecupnya lama figura itu.
"Aku akan selalu mencintaimu, Kushina."
~(O0O)~
Menghela napas dengan berat, memandang pantulan diriku di cermin ruang khusus karyawan kedai ramen tempatku bekerja sambil mematut diri yang nampak sedikit berantakan. Aku merasa lelah, namun rasa lelah itu tidak melebihi rasa pusing di kepalaku.
Ku ambil tas ranselku lalu keluar dari ruangan itu, berpamitan sejenak pada pemilik kedai ramen tempatku bekerja dan karyawan lainnya sebelum pulang, kemudian melangkahkan kakiku perlahan di jalan setapak menuju kearah apartemen.
Akhir-akhir ini aku pulang lebih awal dan tidak pernah lembur kembali bahkan aku tidak pernah bangun lebih awal lagi untuk mengantar susu dan koran. Setelah kedatanganku ke Namikaze mansion untuk mempersunting Naruto, dua hari kemudian aku dipecat di tiga tempat kerjaku secara serempak tanpa ada alasan yang jelas, hanya di kedai ramen milik paman Teuchi saja tempatku bekerja kini.
Ini hanya perasaan saja atau memang aku merasa ada seseoang dibalik pemecatan di tempatku bekerja?
Aku menggelengkan kepala, mengenyahkan pikiran negatif yang belum tentu benar adanya. Mengusak-ngusak rambutku dengan gemas kemudian berdecak keras ketika aku harus mencari pekerjaan baru kembali untuk menambah penghasilan, tapi hingga kini belum juga ku dapatkan. Tempat kerja yang sedang mencari pegawai sampai tempat kerja yang tidak mencari pegawai pun sudah kukunjungi, berharap ada yang mau mempekerjakanku namun mereka menolak secara tegas seolah sudah bekerjasama untuk tidak menerimaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Home Curse
Horror20++ (rate: M) Cinta, pengorbanan, dan dendam dapat terjadi. Dimana Sasuke anak yatim dan merupakan pelayan ramen mencintai seorang anak pengusaha kaya Namikaze Naruto. Mereka saling mencintai dan menjalani hubungan rahasia, sampai dimana hubungan...