****
Seorang pria tergeletak tak berdaya, napasnya sudah tersendat-sendat kepayahan. Pandangan kabur tak terarah. "Me-menma...," pria itu berbicara sangat lirih hampir tak terdengar, tangannya yang terasa lemah terjulur berusaha meraih sebuah kardus coklat yang berisi buah hatinya yang telah terbujur kaku. Pria itu terbatuk hebat. Darah kembali keluar dari mulutnya bersamaan dengan air mata yang tumpah tak terbendung bercampur dengan darah segar yang mengalir dari kepalanya. Menangisi keadaannya.
"Sungguh ironi...."
Sebuah suara bergema terdengar nyaring di tempat sunyi seperti saat ini. Sosok yang nampak buram di pandangan sang pria itu nampak menggelengkan kepalanya seolah prihatin. Tentu sosok itu merasa prihatin, dirinya begitu mengenaskan. Darah terus mengalir dari luka tikaman benda tajam yang menembus beberapa bagian vitalnya. Tubuhnya kotor dengan keringat dan debu. Rambutnya pun kini telah lepek, basah karena darah.
Sosok itu berdecak beberapa kali melihat pria yang tampak lemas kepayahan berbaring tak jauh darinya. "Manusia memiliki sisi terang dan gelapnya sendiri, tergantung pilihan apa yang mereka ambil. Pengorbanan dan juga dendam... menarik."
Alis pria itu sedikit tertekuk, ia sama sekali tak mengerti dengan apa yang dikatakan sosok itu. "Si—siapa?"
Sudut bibir sosok itu tertekuk ke atas. Kaki yang putih bersih tanpa alas kaki itu berjalan santai mendekati sang pria. Sama sekali tak merasa terganggu ketika kakinya telah kotor terkena darah yang menggenang di sekitar sang pria. Ia justru berjongkok di hadapan sang pria.
Kini sang pria bisa melihat sedikit jelas sosok di depannya walau ia masih tak bisa melihat rupanya, yang jelas sosok di hadapannya itu begitu bersih dan putih. Di setiap jengkal kulit sosok itu nampak bersinar menyilaukan. Samar-samar ia bisa melihat sayap putih di punggung sosok itu. Malaikatkah?
"Aku akan memberikan setengah kekuatanku dan memberikan kesempatan kedua untukmu kembali hidup. Dengar dan ingatlah dengan apa yang akan kusampaikan padamu...."
.
.
.
Bibirku mengelum senyum, tubuhku terasa sangat ringan. Aku bahkan merasa seperti melambung di udara. Beban yang ku rasakan seolah lenyap tak berbekas. Pikiranku pun begitu kosong, begitu bebas.
Secara perlahan aku membuka mata. Semua nampak gelap, aku tak bisa melihat apapun disekitarku selain diriku sendiri.
Siapa aku? Tanyaku dalam hati, menatap tangan kiriku dengan bingung.
Tiba-tiba sebuah cermin besar di hadapanku memantulkan bayangan dari seorang pria tampan yang seolah berkaca tepat di depanku. Pria itu memiliki rambut raven yang melqwan grafitasi di bagian belakangnya. Iris mata hitam begitu tajam, namun sorot matanya memancarkan pandangan yang teduh, dia bahkan tersenyum seperti apa yang kulakukan sekarang. Senyuman yang begitu memukau yang pernahku tampilkan untuk seseorang yang spesial di hidupku.
Hidupku ...
Apa... apa itu aku?
"Sasuke, Sasuke!"
Aku terbelalak terkejut, seseorang tiba-tiba saja menerjangku dari belakang. Aku melihat pantulannya di cermin. Seorang pemuda berambut pirang, memeluk erat leherku. Ia mengecup ringan pipi kananku, kemudian memandangku melalui bayangan di cermin sambil tersenyum begitu lebar.
"Selamat pagi Teme jelek!"
Sapaannya yang begitu kasar tak membuatku marah, entah kenapa justru membuat dadaku berdegup hangat. Ingin ku berbalik untuk menciumnya, namun hanya kehampaan yang didapat olehku. Pemuda itu telah menghilang. Dengan sedih aku kembali menatap cermin tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Curse
Korku20++ (rate: M) Cinta, pengorbanan, dan dendam dapat terjadi. Dimana Sasuke anak yatim dan merupakan pelayan ramen mencintai seorang anak pengusaha kaya Namikaze Naruto. Mereka saling mencintai dan menjalani hubungan rahasia, sampai dimana hubungan...