Bagian || 33

152 8 0
                                    

Keep reading guys 😘

***

Acara yang diadakan para gadis itu begitu berkesan baginya. Mereka bersenang-senang hari ini. Meski baru saja menunaikan konser akbar, semangat mereka merayakan anniversary awal debut grupband nya ini tak padam. Tapi itu tadi, dan sekarang mereka tengah tertidur di tempat yang tak seharusnya.

Re terlelap di antara tumpukan permen, Debby yang tidur di karpet dengan bantal dari kardus kue yang masih tersisa setengah di meja, Shy tengkurap di samping Debby sambil membawa mic yang dipakai untuk karaoke tadi, Zea bersandar di sofa dengan mulutnya yang belepotan coklat. Sepertinya personel mereka ada yang kurang bukan? Tapi siapa? Tentu saja, Flo, tapi dimana dia?

Gadis itu tadi sempat menghilang bersama tamu yang diundang Re. Dan kini ia tengah berdiri di balkon ruangan yang baru saja digunakan untuk berpesta itu. Tempat berbincang dirinya tadi. Ia menatap bulan yang ditemani bintang malam di atas sana. Ini sudah larut dan ia masih belum mengantuk sama sekali, ditambah lagi ia memikirkan setiap ucapan orang itu. Otaknya terasa blank seketika, kala orang yang bahkan belum ia kenal sepenuhnya bisa mengatakan hal demikian.

"Kenapa dia mengatakan itu? Apa dia tidak mengerti bahwa ucapannya itu menambah rasa sakitku? Aku sudah tidak mau menerima kenyataan baru. Aku hanya cukup tau bahwa Pak Rio menikah dengan Tia. Iya benar, cukup itu," gumam Flo seraya menghembuskan nafasnya.

Flashback on

"Kau bisa bercerita padaku tanpa malu. Aku bisa menjaga rahasia" ucap orang itu sambil menatap dalam mata Flo yang memandangnya kesal.

Bagaimana gadis itu tidak kesal jika tangannya tiba-tiba ditarik orang ini ketika acara karaoke, saat-saat yang harusnya seru dan menyenangkan baginya. Orang itu mengajak Flo ke balkon yang berakhir dengan pencarian oleh teman-temannya.

"Aku harus bercerita apa padamu? Apa kau pikir aku ini guru TK yang senang mendongeng?" jawabnya malas.

"Tentang cinta segitiga mu,"

"Sudahlah, aku mau masuk" Flo mengibaskan tangannya di depan orang itu, namun siapa sangka jika ia mencekal tangan Flo bermaksud mencegahnya untuk pergi.

"Apa? Ada apa?" tanya Flo jengah dengan sikap sok akrab yang kerap kali ditunjukkan oleh orang itu.

"Maaf aku memaksamu tapi aku ingin kau bercerita padaku. Mungkin dengan itu aku bisa membantumu," ucapnya.

Flo memutar bola matanya malas, "memang apa yang bisa kau bantu, hah? Semuanya sudah terjadi, dan ibumu tidak akan berubah pikiran,"

"Bagaimana kau bisa tau kalau kau belum mencobanya," ucap orang itu sarkas.

Flo tersenyum masam, "sekarang coba kau pikir, apakah ibumu tidak akan malu jika harus membatalkan pernikahan putranya? Itu tidak akan mungkin terjadi. Jikalau saja aku tetap berkenalan lagi dengan ibumu, sudah dapat dipastikan ibumu tetap begitu padaku. Pada dasarnya memang ibumu itu menyukai Tia dan membenci Lala"

Flo mendengus kasar seraya menyilangkan tangannya di depan tubuhnya. Membicarakan hal yang sesensitif itu membuat darahnya mendidih. Ia sudah cukup muak dengan masalahnya yang satu ini.

"Kau belum menco-"

"Percuma aku melakukan itu kalau hanya aku yang berjuang disini," serobot Flo dengan kasarnya.

"Iya iya, jangan nge-gas juga ngomongnya" ucap orang itu sambil mengusap telinganya yang berdengung karena ucapan Flo yang tidak selow.

"Kau yang memancingku untuk berkata sekasar itu. Kumohon, jangan ungkit masalah ini lagi," pinta Flo pada orang itu.

ENDEAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang