Happy reading 🌈
~~~
Dia punya aura yang kuat, membuatku penasaran dengan segala hal tentangnya.
Angga terbaring di tempat tidurnya. Cowok itu memejamkan matanya mencoba untuk tidur. Tapi baru beberapa detik Angga memejamkan matanya, ponselnya berdering menandakan bahwa ada panggilan masuk. Angga langsung membuka matanya dan meraih ponselnya yang berada di nakas.Cowok itu melihat nama kontaknya sambil tersenyum. Tanpa menunggu lama Angga langsung mengangkat sambungan itu lalu menempelkan ponselnya di telinga.
"Halo Nay."
"Hai Angga. Kamu dirumah?"
"Iya, kenapa?"
"Aku udah pulang dari rumah sakit."
Angga langsung mendudukkan tubuhnya.
"Lho, bukannya pulangnya besok?"
"Iya. Tapi aku bilang sama dokter Sandra aku udah enakan, lagian udah ga pusing kaya kemarin kok."
"Oo yaudah, gue ke rumah Lo ya?"
"Oke. Hati hati Angga!"
"Iya."
Sambungan itu pun terputus. Angga langsung mengambil kunci motor dan jaketnya. Cowok itu langsung keluar kamar. Tapi saat Angga sedang berjalan melewati ruang tengah. Angga melihat kedua orang tuanya dan Anggi sedang duduk bersama. Membuat Angga menatapnya heran. Tumben sekali, pikirnya.
"Mau kemana kamu, Angga?" tanya Arsen dengan suara beratnya.
"Ke rumah Naya," jawab Angga singkat.
"Naya udah pulang dari rumah sakit ya, ga?" tanya Melina. Membuat Angga langsung beralih menatap ibunya itu.
"Udah, tadi baru dikabarin," kata Angga.
"Yaudah Angga pergi dulu," pamit Angga.
Tapi belum sempat Angga melangkahkan kakinya. Suara Arsen kembali muncul. Membuat Angga kembali mengurungkan langkahnya. Dan menatap ayahnya itu sambil menaikkan alisnya.
"Kamu jangan kemana mana malam ini, malam ini kita ada undangan makan malam dengan keluarga Chevalier," ujar Arsen. Membuat Angga menghela nafas berat. Dan kembali menatap ayahnya.
"Kenapa harus ajak Angga?" tanya Angga.
"Ini undangan keluarga, kamu anak papa dan mama ya kamu harus ikut," jelas Arsen.
Angga menghela nafas gusar. Cowok itu melihat Arsen yang sudah rapi dengan stelan jasnya, Melina dan Anggi yang sudah memakai gaun senada berwarna merah.
Angga menatap Anggi yang sedang membaca majalah remaja. Gadis itu nampak berbeda. Sepertinya acara makan malam ini cukup penting.
"Kenapa gak bareng kak Anggi aja?"
"Angga kan kamu anak mama juga," ucap Melina.
"Angga bakalan datang lain waktu tapi buat kali ini Angga gak bisa datang," ujar Angga mencoba bernegosiasi.
Angga menatap Arsen penuh harap. Semua keputusan ada di tangan Arsen. Semoga saja hari ini papanya itu sedang berbaik hati dan membiarkan Angga untuk pergi ke rumah Naya.
"Ke rumah Naya bisa nanti, acara ini sangat penting untuk kita," pungkas Arsen.
"Penting untuk kita atau pekerjaan papa?" tanya Angga sarkas. Membuat ayahnya itu menatapnya dengan tatapan tak bisa diartikan.