Setelah pulang dari rumah mamanya, Zia memutuskan untuk pulang kerumahnya tanpa membawa Raffa. Zuna tau bahwa hubungan Zia dan zayka sedikit renggang, makanya Raffa tak di izinkan pulang bersamanya.
Setibanya dirumah, Zia melihat pintu rumah yang masih tertutup dan melihat motor zayka digarasi rumahnya. Sepertinya zayka sudah pulang.
Tak lama. Suara pintu terbuka memperlihatkan zayka yang keluar, Zia yang ingin melangkah mendekat. Mendadak berhenti.
Zia menghela nafasnya pelan. Sebelum kembali memutar tubuhnya berbalik arah. Namun baru beberapa langkah. Dari arah belakang terdengar seseorang memanggil namanya.
"Zia"
Dengan malas. Zia kembali memutar tubuhnya.
"Hai" sapa Silla tersenyum sumringah.
Zia hanya membalas sapaan gadis itu dengan tersenyum tipis. Saat melihat zayka yang berada disamping Silla. Membuat senyum tipis Zia luntur seketika.
"Gue duluan ya. Mau lihat Raffa lagi" pamit Zia.
"Eh bukannya Lo kesini mau pulang ya. Inikan rumah Lo sama zayka" tanya Silla sembari menatap zayka disamping nya.
Zia hanya diam. Enggan untuk menjawab.
"Yaudah, gue duluan ya. Udah janjian sama klien soalnya" pamit Silla pada Zia dan zayka. Sebelum pergi. Silla sempat memegang bahu Zia pelan. "Lo nggak usah cemas. Gue nggak ada apa apa kok sama zayka" jelas Silla sembari tersenyum hangat pada zia.
Diluar dugaan. Zia malah menepis kasar tangan Silla dibahunya. "Gue nggak cemas" jawab Zia singkat. Dan berlalu masuk kedalam rumah begitu saja.
Zia terus melangkahkan kakinya menjauh. Mengabaikan ekspresi Silla yang tampak terkejut. Bahkan bukan hanya Silla. Zia sempat melirik zayka yang sama terkejutnya.
Zia tertawa dalam hati. Tertawa karena tiba-tiba hatinya terasa sesak. Siapa yang tak sakit. Melihat suami sendiri tertawa bersama perempuan lain. Tidak pulang semalaman dan ternyata malah bersama perempuan lain.
Zia bukan captain Marvel si perempuan kuat dan tangguh. Setidaknya zayka berusaha mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Tapi nyatanya? Zia sendiri yang harus datang untuk meminta penjelasan.
Tiba-tiba Zia merasa ada yang menahan tangannya dari arah belakang. Membuat Zia mau tak mau memutar tubuhnya.
Zia langsung menghempaskan tangannya kasar.
"Zi..." Panggil zayka pelan.
"Kenapa?" Tanya Zia tanpa menoleh sedikit pun kearah zayka.
"Kamu kenapa?" Tanya zayka memegang kedua bahu Zia lembut.
Zia dengan cepat menepis tangan zayka dan beralih menatapnya. "Gue nggak papa" jelas Zia dan kembali berbalik arah.
Dengan sergap zayka langsung berdiri tepat didepan Zia. "Kamu jangan bohong. Kamu marah karena gak jadi ketoko roti? Yaudah sekarang yuk pergi ketoko roti nya".
"Terus gue harus bilang apa? Bilang kalau gue itu kecewa sama Lo? Dan Gue gak butuh ke toko roti!" Ujar Zia kesal. Membuat zayka seketika diam. "Minggir!!!! Gue mau kekamar!" Ucap Zia datar.
"Kan aku udah bilang. Ngomong nya harus pake aku-kamu" ujar zayka memperingatkan.
"Disini gak ada Raffa. Gak perlu pakek sebutan itu lagi" jawab Zia kesal. Dan berlalu begitu saja dari hadapan zayka.
***
Zia beberapa kali mondar mandir memasukkan beberapa pakaiannya kedalam koper miliknya. Tak lupa. Zia juga memasukkan pakaian Raffa dan aksesoris lainnya.
Tak lama zayka muncul dari balik pintu. Dan langsung terkejut melihat Zia dan koper disampingnya.
"Zi kamu mau kemana?" Tanya zayka kaget. Melihat baju Zia dan Raffa yang sudah dikemas kedalam koper.
Zia tidak menggubris sama sekali pertanyaan zayka barusan dan kembali mengemaskan barangnya.
"Ziaa" panggil zayka lagi. Namun tetap saja. Zia tak menggubris sama sekali.
Zayka tak tinggal diam. Ia segera meraih tangan zia. Dan menggenggamnya erat. Membuat aktivitas Zia terhenti dibuatnya.
"Jawab! Kamu mau kemana?" Pinta zayka dengan tatapan dingin.
"Bukan urusan lo!" Balas Zia tak kalah dinginnya.
"Jelas ini urusan aku. Kamu kan is-"
"Urusan lo kan banyak. Ngapain ikut campur urusan gue" balas Zia ketus.
Zayka mengacak rambutnya frustasi. Dan menggenggam kedua tangan zia serta menatapnya lembut. "Aku tau kamu kesal. Tapi aku mohon zi. Jangan pergi dari rumah segala" ujar zayka memelas. "Aku minta maaf oke"
"Semalam Lo kenapa nggak pulang?" Tanya Zia masih dengan nada ketusnya.
"Jadi ini yang buat kamu kesal?"
"Jawab aja!"
"Oke. Aku kan udah bilang kalau aku ada urusan mendadak. Jadi aku semalam tidur ditempat Yasin. Disana aku juga mainan sama gawa" jawab zayka.
"Ooh" jawab Zia singkat.
"Maaf ya" pinta zayka memelas. "Kamu jangan pergi dong! Sekarang baju-bajunya dimasukin ke lemari lagi ya"
"Hm" jawab Zia masih dingin dan melepas tangan zayka ditangannya.
"Kok masih cuek? Aku kan udah minta maaf"
Zia tidak memperdulikan ucapan zayka barusan. Dan kembali memasukkan baju bajunya ke dalam lemari.
Zayka tidak dapat lagi menahan kesabarannya. Diraihnya tas Zia tersebut. Membuat Zia langsung menatap zayka tajam.
"Ka! Lo apa apaan sih. Katanya tadi suruh masukin lagi kedalam lemari. Kok tas nya malah Lo buang? Salah lagi gue?"
"Aku kan udah bilang. Aku minta maaf".
Zia memutar bola matanya malas. "Jangan Lo fikir. Gue udah nggak marah lagi ya sama Lo" ujar Zia sembari melipat kedua tangannya didepan dada.
"Iya.. iyaa.. aku minta maaf ya sayang" ucap zayka mendekati Zia.
"Nggak gue maafin" ketus Zia.
"Aku peluk sini. Biar dimaafin" zayka menenggelamkan wajah Zia didadanya. Dan memeluk Zia erat "maafin aku ya" ujar zayka tulus.
"Lo jahat ka" Zia memukul dada zayka pelan. "Lo sendiri yang bilang, kalau kita harus terbuka. Nggak ada lagi yang ditutup tutupin diantara kita. Tapi nyatanya? Lo nutupin sesuatu kan?".
Zayka memejamkan kedua matanya lalu mencium puncak kepala Zia lembut "maaf".
"Gue nggak butuh maaf Lo"
"Yaudah. Terus maunya apa mamanya Raffa. Hm? Mobil lagi?"
"Ihh gue serius" kesal Zia dan kembali memukul dada zayka lebih keras. Zayka seketika langsung terkikik geli dan memegang kedua pipi Zia dengan telapak tangannya.
"Aku juga serius" ujar zayka menatap mata Zia dalam.
Zia beberapa kali mengerjapkan matanya. Membuat zayka merasa gemas lalu mendekatkan wajahnya kewajah Zia yang menurutnya sangat menggemaskan.
Ketika wajah mereka sudah berjarak beberapa senti. Zia langsung menjauhkan wajahnya dari zayka dan melepaskan pelukan zayka.
"Udah malem. Gue mau tidur" pamit Zia dan berlalu begitu saja menuju tempat tidur.
Zayka menghela napasnya kecewa. Lalu ikut menyusul Zia dan membaringkan tubuhnya disamping Zia.
Zayka menatap Zia yang memunggungi nya. "Raffa gimana" tanya zayka.
"Raffa baik" jawab Zia masih ketus.
"Zi, ngadep sini dong. Kamu masih marah ya?" Ujar zayka. "Biasanya kalau tidur kita sambil pe-"
"Gue ngantuk banget. Jangan ngomong lagi" potong Zia cepat. Membuat zayka diam seketika.
Zayka lagi lagi hanya bisa menghela nafasnya kecewa. Ternyata dikasih punggung pas tidur itu nggak enak slurr.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZiaZayka[TAMAT]
Short StoryPerjodohan? Terdengar kuno di telinga gadis yang bernama Raenzia. Zia tidak dapat menolak perjodohan disaat kedua orang tuanya sudah memohon. Disini kisah kehidupan zayka dan zia dimulai setelah memiliki Raffa, buah cinta mereka. Kepolosan dan kepi...