17 : The Wedding of Bian & Ayana

2.2K 409 132
                                    

"Udah tenang aja. Rileks. Kalau lo makin tegang, makin nervous, bisa kacau." kata San kembali melahap bakso sambil duduk di teras rumah Bian.

"Dulu gue juga nervous kok, Bang. Tapi syukurnya nggak sampai ngulang." balas Dave.

"Lo berdua diem-diem bae." kata San menatap Jae dan Wisnu yang asyik makan siomay.

"Gue bantu doa aja deh, Bi. Belum pengalaman." jawab Jae sambil dianggukin sama Wisnu.

"Kentangnya jangan dikasih ke aku semua, Bang." protes Wisnu.

"Hehehe. Kenyang, Nu." balas Jae.

Bian menghela nafas. Perasaannya nggak karu-karuan karena besok adalah hari yang bakalan jadi hari bersejarah dalam hidupnya. Iya, besok Bian akah sah jadi suami Ayana.

San, Jae, Wisnu, dan Dave memilih menginap di rumah Bian daripada besok kesiangan datang pas ijab kabul karena rencananya pagi banget jam setengah tujuh.

Kalau dulu San santuy, Bian ngotot semua anak Enem Dino harus datang ke acara ijab kabul kalau nggak gitu dia ngambek.

Ijab kabul akan dilaksanakan di masjid dekat rumahnya Ayana yang jaraknya nggak seberapa jauh dari rumah Bian. Jadi lebih baik semua nginep daripada ntar merasa bersalah kalau telat.

"Lo semua kerasa nggak sih kita udah lama banget bareng-bareng?" kata San.

"Iya juga ya." kata Jae setelah menyelesaikan makan siomaynya, "Dari masih nakal sampai udah tua begini."

"Apalagi yang ngomong barusan." kata Dave.

"Tak tempeleng ndasmu." kata Jae. Dave senyam-senyum nggak ada takut-takutnya sama sekali.

"Ya bagus dong. Kalau bisa selamanya selalu bareng-bareng." jawab Wisnu yang berakhir lebih banyak makanin kentang daripada siomay nya.

"Wisnu, ih!" kata Bian.

Semua kaget karena matanya Bian berkaca-kaca.

"Heh ngapain nangis?" kata San lalu memeluk Bian yang memang duduk disebelahnya.

"Terharu, Mas." kata Bian sesenggukan.

"Gue lebih ke merasa bangga sih sama lo, Bi." kata Jae, "Lo banyak berubah semenjak ketemu Ayana. Lebih dewasa aja. Coba dulu... Ada kali sebulan lo gonta-ganti cewek."

"Semoga besok bisa jadi ijab kabul lo yang pertama dan terakhir ya, Bi." kata San menepuk-nepuk punggung Bian.

Bian makin kenceng nangisnya.

Jae, Wisnu, dan Dave akhirnya ikutan meluk alias mereka berlima pelukan.

































"Udah rek aku sesek." kata Bian.






•••







"Perlu tambahan kasur lagi nggak le?" itu bapaknya Bian.

"Nggak usah, Pak. Udah cukup kok ini." kata San.

"Oh yawes nanti nek butuh apa-apa bilang Bapak yo. Nggak usah sungkan. Anggap rumah sendiri."

"Siap, Pak!"

"Maaf ya gengs jadi tidur macem iwak pindang begini." kata Bian yang malam itu tidur di tengah.

Karena kasur nggak cukup ditiduri berlima, maka mereka tidur secara berjejer di bawah.

I Heal You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang