3. Tekanan

236 37 9
                                    


Adakah yang lebih menyakitkan dari keluarga yang ikut merendahkan dirimu? Mereka seharusnya menjadi yang paling mengerti. Tetapi kenapa mereka malah menjadi yang paling menyakiti?

-Nathaya Zannia

____


Sekarang adalah waktunya makan siang. Seluruh keluarga sudah berkumpul. Dengan sedikit ragu, Nathaya ikut bergabung dengan mereka semua.

"Loh, kok dikit banget ngambilnya? Tambah lagi dong."

Nathaya tersenyum kecut ketika salah satu Tante nya bertanya saat melihatnya hanya mengambil sedikit nasi. Sangat sedikit.

Tentu saja kalian tahu kan apa alasan Nathaya melakukan itu?

"Ngga Tante, segini aja cukup."

"Gapapa, Kak. Dia mau diet katanya." Mamanya bersuara.

"Eh, bener juga sih ya. Perasaan, semenjak libur kamu jadi makin gemuk deh." Ucap tantenya yang lain.

"Ya gimana mau gak gemuk, orang kerjaannya makan sama tidur mulu."

Nathaya mencoba dengan susah payah untuk menelan makanannya yang masih berada di kerongkongan.

Astaga... Apa lagi ini?

Makan dan tidur? Bukankah itu suatu kebutuhan? Memangnya Nathaya terlalu berlebihan melakukannya? Nathaya rasa tidak.

Kerjaannya hanya makan dan tidur saja?

Oke. Mari Nathaya ingat kembali.

Selama ini, Nathaya hanya makan 2 kali sehari. Pagi dan siang. Itupun terkadang, Nathaya sama sekali tidak makan siang padahal paginya dia tidak makan nasi. Setiap makan pun Nathaya tidak pernah mengambil lebih dari satu centong nasi. Bahkan penuh saja tidak, mungkin hanya setengah centong nasi.

Dan lagi, untuk tidur mungkin Nathaya tidak bisa mengelak. Tetapi, Nathaya sudah berusaha untuk menahan agar tidak tidur siang. Walaupun terkadang kebablasan dan akhirnya tertidur.

Pernah, Nathaya sampai sakit karena tidak makan. Saat itu, terakhir ia makan adalah kemarin siang. Itupun bukan makan nasi. Pada malam hari, ia tidak makan. Dan keesokan nya, Nathaya memilih untuk berpuasa, tetapi sama sekali tidak sahur.

Sampai pada akhirnya di sekolah ia merasa pusing dan perutnya terasa perih. Saat di UKS, Nathaya mendapat wejangan dari gurunya ketika mengetahui Nathaya belum makan sama sekali. Akhirnya, Nathaya disuruh untuk membatalkan puasanya. Karena Nathaya bisa saja pingsan jika tidak makan.

Iya, seekstrem itu memang cara Nathaya. Berolahraga? Sudah kok. Mungkin Nathaya salah dengan tidak makan seperti itu. Silahkan katakan Nathaya bodoh karena telah membahayakan kesehatan nya sendiri.

Tetapi mau bagaimana lagi?

Nathaya terlalu muak dengan semua ucapan orang. Hei, Nathaya juga ingin hidup normal, Tanpa komentar dari orang orang. Nathaya juga ingin merasakan bagaimana rasanya dipuji, bukan dikritik seperti makanannya sehari-hari.

Nathaya tidak lagi memperdulikan kesehatan nya. Yang ia pikirkan hanyalah, menjadi seperti yang orang lain inginkan.

Memang, sebegitu besarnya tekanan batin yang Nathaya alami, sehingga ia tidak bisa berpikir jernih lagi.

Memangnya, siapa sih yang tahan jika menjadi seperti Nathaya?

Ah, rasanya Nathaya sudah tidak napsu lagi untuk menelan makanannya.

"Padahal umur kamu masih kecil kan, ya. Tapi badannya udah sebesar Mamanya."

"Iya ya, sama Tasya aja sama gedenya."

InsecureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang