bagian 10

2.3K 109 30
                                    

Hallo aku comeback,, taburkan vote dulu pemirsahh makasih udah nunggu💞

***

Tiga hari sudah Echa menghilang dan masih belum ada kabar dari anak itu, polisi juga belum sempat menemukan Echa. Dewi selaku mama dari Echa benar-benar merasa down. Sampai akhirnya, ia harus di rawat di rumah sakit, kekhawatirannya begitu besar. Dan juga Dewi kurang beristirahat, sibuk mencari sang putri.

Herman mengelus tangan Dewi dengan lembut, tangan yang keadaannya sedang di impus di bagian punggung tangan.

"Cepat bangun Wi, demi Echa!"

"Selamat siang" tiba-tiba ada dua Polisi datang menghampiri Herman dan beberapa orang di dalam ruang rawat.

"Bagaimana Pak? Apa anak saya sudah ditemukan? Lalu dimana dia sekarang?" tanya Herman berbondong-bondong.

"mohon maaf Pak, kami ingin memberitahu, bahwa ternyata putri Bapak sudah meninggal dunia. Kami menemukan jasad anak kecil yang mirip sangat mirip dengan putri bapak" jawab salah satu Polisi tersebut membuat Herman, ibu Yuni dan Bima membulatkan mata lantaran terkejut mendengar pernyataan Polisi.

"Enggak! Gak mungkin! Itu pasti salah Pak! Dia bukan anak saya. Saya yakin! " Herman begitu syok mendengar ucapan Pak Polisi. Tidak mungkin jika itu adalah Echa! Bagaimna jika Dewi mengetahuinya, pasti kondisi Dewi akan bertambah drop.

Bima langsung mendekati Herman dan menenangkan pria itu. Iya tau Herman begitu rapuh. Namun dirinya harus pura-pura tegar di depan Dewi sang istri.

"Ya Allah cucuku" ujar ibu Yuni sambil menangis sendu.

Tangan Dewi bergerak, matanya perlahan mulai terbuka dan bibir pucatnya mengeluarkan suara rintih.

"Ech-echaaa" lontaran Dewi dengan keadaan masih lemas.

Herman yang tersadar jikalau istrinya sudah sadar, segera mendekat ke arah Dewi, kemudian menggengam tangan pucatnya dan menciumnya. Air mata nya tak kuasa untuk mehan tangisan lagi.

"Kamu kenapa?"

Herman menggeleng ia tidak mungkin harus memberitahu Dewi jika putri mereka telah meninggal.

*****

"Adam, kita harus cari Echa kemana lagi?" tanya Intan yang sudah lumayan lelah, sudah tiga jam mereka berdua berkeliling mencari keberadaan Echa.

"Sampai ketemu Tan, kalau kamu capek, istirahat aja. Biar aku yang cari sendirian" Adam berlari meninggalkan Intan yang terlihat sedang kecapean.

"Echa, Echa ini kak Adam! Dimana kamu, Cha!" teriak Adam kesana kemari.

"Mbak, mbak, maaf saya mau tanya, apa mbak pernah lihat anak ini lewat di sekitaran sini?" tanya Adam pada orang-orang yang lewat di sekitarnya sambil menyondongkan foto Echa.

"Enggak" jawab orang tersebut sambil melanjutkan perjalannya yang sempat terhenti.

"Oh terimakasih ya" Adam duduk di bawah pohon didekatnya sambil bersandar.

"Echa dimana sih kamu, Dek!"

"Echa disini!"

"Nah, ketemu kamu" kata Dara sambil tertawa, sekarang ia sedang bermain petak umpet bersama Echa.

"Hahahaa Tantee" tawa Echa renyah saat Dara memeluknya.

"Udah ah capek! Kamu mau makan gak? Kita keluar yuk, cari makan" ajak Dara kepada Echa

"Ayuk, Echa juga sudah lapar ni!"

Dara menggengam tangan mungil Echa lalu membawa nya pergi keluar rumah.

****

"Tante ini dimana? Kok rame banget kayak ada kebakaran" tanya Echa dengan polosnya

"Hehee, bukan sayang, kita ini lagi di festival outdoor, jadi banyak yang jual makanan, mainan dan pakian" jelas Dara memberitahu Echa.

"Kok ayah sama mama gak pernah ajak Echa kesini ya" decak Echa melontarkan kekesalannya

"Umm mungkin mereka sibuk. Yaudah, yuk kita cari makanan" Dara kembali menggandeng Echa.

Setelah mengelilingi beberapa pedagang, Dara membawa Echa ketempat wahana permainan anak, ia ingin Echa merasakan beberapa permainan untuk anak seusianya.

"Tante seru banget! Masa Echa duduk disana terus merosot ke bola kecil warna-warni" ujar Echa. Raut wajahnya begitu bahagia .

"Itu nama nya perosotan Echa, Echa suka gak?" tanya Dara

"Suka banget! Echa mau bermain permainan yang lain boleh, ya?" pinta Echa menunjuk permainan kanak-kanak yang lain.

"Boleh, tapi hati-hati ya. Jangan sampai kamu terluka" peringat Dara

"Iya Tante"Echa langsung bergabung ketempat permainan yang dimana banyak anak-anak seusianya

"Aku merasa punya anak"

Dringg
dringg
driggg

Dara mengambil ponselnya di tas selempang miliknya, handphonenya berdering. Ternyata Stevano meneleponnya

"Hallo, iya kenapa?" tanya Dara setelah mengangkat telepon.

"Dimana kamu? Aku cari kamu dirumah, kata nya kamu gak ada" jawab Stevano di sebrang sana.

"Aku lagi jalan-jalan sama Echa, sebentar lagi juga aku pulang kok"

****

"Hah? Gak mungkin lah Dam, pasti itu bukan Echa!" ucap Intan terkejut yang di beritahu Adam kalau Echa sudah meninggal.

"Tapi polisi yang bilang, Tan. Echa juga katanya sudah si makam 'kan. Ada fotonya yang di jadikan sebagai bukti" jawab Adam sangat frustasi. Ini semua karena dirinya.

"Kasian Echa" rilih Intan lalu menitihkan air mata.

"Pasti bukde Dewi bakalan benci sama aku"

"Jangan gitu, bukan sepenuhnya salah kamu, Adam" Intan mengusap air mata Adam yang berada di pipi. Ia tau pacarnya itu akan merasa bersalah. Merasa ini semua salahnya, karena kelalaiannya menjaga Echa.

"Tapi gimana? Andai aku gak biarin Echa sendirian pasti gak akan gini,  Tan!"

Intan menghamburkan pelukan ke tubuh laki-laki itu. Ia mengusap punggung Adam agar Adam bisa  bersabar dan mencoba mengikhlaskan.

Suka gak sama part ini? Masih mau aku update gak nih! Tapi wajib vote dan komen, ya? Aku juga minta tolong untuk follow juga akun wattpadku dan baca cerita ku yang lain nya. Yang pasti gak kalah seru! Kira-kira endingnya mau happy atau sad? Boleh kasih sarannya, ya mwhehe...

Dua Garis Biru Series 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang