5. Dia

32 5 0
                                    

5. Dia

“Semakin kamu dingin semakin aku tertantang” –Dwi Juniantari

“Juni!! Juni!! ayo bangun!!” teriak Kak Dewi membangunkan Juni.

“Aduh kak, bentaran deh Juni masih ngantuk banget,” ujar Juni sambil menarik selimutnya sehingga menutupi seluruh tubuhnya.

“Oh gitu?  yaudah gak akan kakak kasih tau kamu rahasia kakak yang terakhir… tidur aja puasin! pantes selalu gagal malesnya gak ilang ilang,” omel Kak Dewi karena Juni tidak juga kunjung bangun.

Kak Dewi bangun dan pergi dari kamar milik Juni. “Tunggu-tunggu Kak, iya ini Juni bangun sekarang,” pasrah Juni.

Kak Dewi berbalik, “Yaudah, sekarang kamu mandi dulu dan langsung siap-siap!" perintah Kak Dewi, setelah itu melanjutkan langkahnya pergi dari kamar Juni.

Juni mengusap kedua matanya, ia melihat jam dinding di kamarnya. “Ya ampun Kak Dewi!! ini baru jam lima pagi loh,” keluh Juni setelah tau kakaknya membangunkannya sepagi ini.

Kalau aja gak karna rahasia terakhir Kak Dewi aku gak bakalan bisa bangun sepagi ini, ucapnya dalam hati.

Pukul lima lebih lima belas menit Juni sudah siap  dengan seragamnya, Juni adalah tipikal gadis yang bisa bersiap dengan cepat, karena biasanya ia hanya dapat waktu beberapa menit untuk bersiap.

Juni duduk termenung di ruang tamu, “Huft.. kak Dewi kemana sih? Belum juga selesai siap-siapnya.”

“Udah ah, samperin aja ke kamarnya!” Juni segera bangun dari sofa dan pergi ke kamar kakaknya itu.

Tok tok tok, terdengar suara ketokan pintu dari luar kamar. Karena kesal pintu yang diketuk oleh gadis itu tak kunjung terbuka, ia langsung membukanya begitu saja karna pintu kamar itu tidak terkunci. “Yaampun Kak, kakak yang nyuruh aku bangun tapi malah kakak yang tidur lagi, gimana sih!” ucap Juni kesal pada kakaknya.

Ih, tau gini mendingan Juni tidur lagi tadi. Enaknya Kak Dewi diapain ya? Kesel juga di kerjain tadi, batin Juni.

Salah satu sudut bibir gadis itu terangkat, muncul ide konyol dalam otaknya. Ia pergi keluar kamar kakaknya dan mengambil sesuatu, setelah itu ia kembali ke kamar kakaknya itu.

Satu…  Juni mulai menghitung dalam hati, Dua… ia mengangkat kedua sudut bibirnya itu, Ti….ga ia langsung menghantamkan kedua benda yang ada ditangannya itu dengan keras.

Prang!!!…prang!!…prang!!  “KAK DEWI BANGUN UDAH SIANG!! KAKAK NANTI TELAT LOH INI UDAH JAM 7 PAGI…. HAHAHA KAKAK KESIANGAN CEPETAN BANGUN KAK!!” suara keras itu seketika membuat Kak Dewi terbangun kaget.

“HAH?! APA!! Kakak kesiangan? Aduh mati kakak kalau telat,” ucap Kak Dewi panik.

“Juni.. kenapa kamu udah siap? Mana seragam kakak? Haduk mana handuk? Aduh kenapa bisa sesiang ini sih?” ujar Kak Dewi semakin panik.

Kak Dewi terdiam sebentar, ia memperhatikan sekeliling dan matanya tertuju pada sebuah jam dinding bulat berwana hijau menunjukan pukul 5.30 pagi.

“JUNI!! BERANINYA KAMU NGERJAIN KAKAK, SINI KAMU!!” teriak Kak Dewi setelah tau bahwa ia sudah di kerjai oleh adiknya itu.

Juni berlarian keluar kamar itu, “Makanya jangan ngerjain Juni duluan, sekarang kena batunya kan?” ucapnya pada Kak Dewi yang sedang mengejarnya.

***
Juni sekarang sedang berada dijalanan, sambil menendang batu yang ada dihadapannya. “Sekarang Juni harus kemana ya?” ucapnya bingung.
“Kalau balik kerumah gak mungkin, nanti yang ada malah kena amukan Kak Dewi. Kalau langsung ke sekolah… ah serem, masih gelap kayak gini juga,” ujarnya semakin bingung mau kemana. “Ah iya! Juni ke rumahnya Ita aja, kan kemarin disuruh nyari pagi-pagi,” ucapnya lagi dan langsung menuju jalan ke rumah Ita.

JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang