4. Pantaskah?

27 5 0
                                    


“Dia sekarang memang ada di atas tapi suatu saat Dia pasti akan merasakan bagaimana rasanya ada di bawah, hidup itu seperti roda yang berputar kadang kita di atas dan kadang kita di bawah.”
-Mala Kumalasari

Juni pulang dengan wajah yang murung, ia melihat kakak dan ibunya di ruang tamu tapi tak seperti biasanya, Juni tidak menyapa kakak dan ibunya ia langsung berjalan ke kamarnya, membuat kakak dan ibunya heran dengan tingkah Juni kali ini.

Juni melempar tas nya kesembarang tempat, ia memeluk erat guling yang ada di kasurnya dengan keadaan telungkup, perlahan-lahan bulir bening jatuh dari matanya, “Juni salah ya? ka..kalau Juni mau dapet juara sa..salah ya Juni kalau Juni berusaha?” ucap Juni menangis diatas kasurnya itu.

“Sama sekali gak salah kok Juni,  malahan kamu bagus mau berusaha,” ucap Kak Dewi dari depan pintu, ia tadi mengikuti Juni karena merasa ada sesuatu yang aneh dengan adiknya.

“Terus kenapa Lisa ngejek Juni kayak gitu kak, kakak tau? Juni tadi pagi bangun jam 4  cuma gara-gara mau belajar, Juni juga hampir telat gara-gara belajar, dan untuk pertama kalinya apa yang dibahas oleh guru Juni paham malahan paham banget, terus Juni gak ke kantin gara-gara Juni mau mastiin biar Juni gak lupa lagi caranya, te..terus Juni pertama kalinya beraniin diri buat jawab kedepan,” ucap Juni panjang kepada kakaknya, disela tangisnya. “Apa Juni gak pantes buat dapet juara apa mimpi Juni terlalu tinggi yang cuma bisa Juni impikan bukan wujudkan, kenapa kak kenapa??” lanjut Juni dengan tangis semakin menjadi-jadi.

“Udah-udah kamu bukan Juni yang kakak kenal ah.. Juni yang kakak kenal orang nya itu gak gampang putus asa dan gak cengeng kayak gini,” ucap lembut kakaknya pada Juni

“Terus Juni harus gimana lagi kak? Juni muak diledek terus sama Lisa karna Juni cuman bisa berkhayal dapet juara, Juni gak bisa wujudin sedangkan dia setiap semester selalu jadi peringkat pertama sedangkan Juni cuma di tingkat belasan,” ucap Juni sambil mengusap air matanya.

“Mau kakak kasi tau rahasia kakak yang satu lagi?” ucap kak Dewi, sontak membuat Juni bangun dan menghadap kepada kakaknya.

“Apa kak??” Tanya Juni tak sabaran sambil mengusap kedua matanya.

Tangisnya langsung reda seketika,  digantikan oleh rasa penasaran yang tinggi.

“Sabar-sabar, kamu mandi dulu gih bau tau.. kamu ada janji kan sama temen-temen kamu kayak biasanya?” ucap Kak Dewi membuat Juni kembali Murung.

“Nanti kalau udah dateng dari belajar kakak kasih tau deh,” Bisik kak Dewi di telinga Juni lalu keluar dari kamar tersebut.

“Ahh.. Kak Dewi ngeselin deh bikin orang kepo aja. Mending langsung mandi deh trus ke rumahnya Ita, sekarang kan jadwalnya belajar di rumahnya Ita,” ujar Juni dan langsung menuju ke kamar mandi.

***
Kini Lima orang sahabat itu sudah ada di rumah Ita, mereka sedang fokus belajar karena besok mereka ada ulangan Matematika.

“Juni.. Juni kamu hebat banget tadi deh, kamu tau gak setelah kamu keluar dari kelas itu Pak Artha muji kamu, aku bangga deh sama kamu Juni, kamu udah banyak berubah dalam satu hari aja,” ujar Mala memulai pembicaraan, karena tidak seperti biasanya Juni yang selalu ceria mendadak murung seperti ini.

“Iya tuh Juni, kita bangga sama kamu. Meski belum sempurna kamu harus terus berusaha dan tetep semangat. Jangan suatu hal kecil bisa membuat kamu jatuh,” timpal Tini memberikan semangat pada Juni.

“Tapi kan Juni banyak salah tadi, gak pantes kalian ngomong kayak gitu. Juni itu Cuma orang yang bisanya menghayal aja, mimpi Juni itu terlalu tinggi,” ucap Juni semakin lesu mengingat perkataan kasar Lisa tadi pagi padanya.

“Astaga Juni!! kamu masih aja mikirin soal tadi, kamu tau gak?. Tadi setelah kamu keluar kelas si Lisa tuh malu abis udah ledekin kamu, kamu bahkan bener semua tadi Cuma yang no 1 aja kamu kurang cara pengerjaan lagi selangkah, bukannya kamu salah,” ujar Ita pada Juni , ia geram dari tadi Juni murung karena memikirkan hal yang tidak penting seperti itu.

“Dia sekarang memang ada di atas tapi suatu saat Dia pasti akan merasakan bagaimana rasanya ada di bawah,hidup itu seperti roda yang berputar kadang kita di atas dan kadang kita di bawah,” Ujar Mala seperti penasehat yang ulung.

“Saat ini si Lisa memang seseorang yang top di kelas karena dia selalu jadi juara bertahan dari Tk , tapi kita tidak tau kan kapan dia akan di bawah dan pada saat itu tiba dia pasti akan merasakan bagaimana rasanya jadi kamu Juni, dan roda itu pasti berputar,” lanjutnya lagi.

“Ah elah… bisa aja kamu La,” ujar Asih sambil tertawa mendengar perkataan Mala, suasana yang tadinya haru kini berubah menjadi tawa.

“Ih. .Asih  kamu ngerusak suasana aja,” ucap Mala cemberut, melihat wajah Mala yang cemberut seperti itu Juni , Ita dan Tini pun ikut tertawa.

“Udah-udah jangan rebut lagi mending kita belajar lagi,” pinta Tini pada sahabatnya.

Tini itu orangnya kalem gak banyak bicara tapi orang nya pengertian. Dia itu orang yang paling dewasa diantara kelima sahabat tersebut. Dia dan Mala adalah orang yang paling pintar diantara mereka berlima, bahkan Tini dan Mala pernah memperebutkan juara kelas namun mereka tak pernah bisa mengalahkan Lisa.

***
Hari sudah semakin sore, kelima sahabat itu sudah selesai belajar. Mereka pun berpamitan pada Ita untuk pulang.

“Eh.. Juni tunggu sebentar,” cegah Ita pada Juni yang ingin pulang.

“Kenapa Ta?” Tanya Juni bingung.

“Besok cari aku ya? pagi-pagi pokoknya,” pinta Ita pada Juni.

“Ah.. males kamu itu tidurnya kaya kebo, susah kalau dibangunin, lagi pula kamu tau sendiri Juni kan gak ada bedanya kalau bangun sama kamu, sama-sama gak bisa bangun pagi,” ujar Juni menolak permintaan Ita.

“Ah iya ya, kita itu sama. Percuma dong tadi nyegah kamu, seharusnya Tini aja. Ah kamu itu,” ucap Ita kesal pada dirinya, kenapa ia tidak mencegah Tini malah mencegah Juni.

***
Juni sampai dirumah, ia langsung kekamarnya untuk menaruh buku kemudian ia mandi. Juni keluar dari kamar mandi dengan handuk masih di kepalanya, ia kaget melihat seorang gadis berambut panjang lurus berparas cantik itu duduk di atas kasurnya.

“Kak Dewi?” panggil juni. “Tumben kakak ada di sini,” lanjutnya.

“Iya, kan kakak udah janji buat kasi tau kamu rahasia kakak yang terakhir,” kata Kak Dewi membuat Juni penasaran.

“Apa Kak??” tanya Juni tak sabaran, ia sudah terlalu lama dibuat menunggu oleh kakaknya.

“Besok siang kamu jangan belajar dulu sama temen-temen kamu ya, kakak mau ajak kamu kesuatu tempat,” kata Kak Dewi dan diangguki oleh Juni.

“Siap Kak!” ujar Juni semangat.

“Yaudah kamu sekarang makan dulu, abis itu langsung tidur, mulai besok kakak akan bantu kamu meraih impian kamu,” ucap Kak Dewi membuat Juni tersenyum lebar

“Bener ya kak,” ucap Juni memastikan perkataan kakaknya.

“Iya-iya,” balas kakaknya.

***

Hai hai hai 😆

Aku update lagi nih!!!

Siapa yang penasaran sama rahasianya Kak Dewi?  Kira kira apa ya? 

Yukk sebelum kalian nebak-nebak vote dulu dong!! 😁

Semakin banyak Vote dari kalian semakin aku semangat nulisnya, jadi semakin cepet kalian tau rahasianya Kak Dewi!!

Jan lupa Vote, Komen dan share yaa!!

Love you all 💜

JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang