"Belajar udah, doa udah, niat udah apa lagi yang kurang cobak? Harus berjuang gimana lagi supaya bisa dapet juara?"
-Dwi JuniantariWaktu menunjukkan pukul 1 siang, Juni segera merapikan buku-bukunya dan memasukannya kedalam tas untuk dibawanya belajar bersama dengan para sahabatnya. Juni memang setiap hari belajar bersama dengan para sahabatnya tapi entah mengapa otaknya tidak bisa menangkap materi dengan cepat, ia berambisi untuk bisa mendapatkan juara, namun dengan kemampuan otaknya ia selalu gagal.
"Huh kapan sih Juni bisa dapet juara, niat udah ada, berusaha udah, belajar tiap hari udah, bingung Juni ah apa Juni yang bodoh atau temen-temen yang lain terlalu pinter, auah mikir itu aja udah pusing," omelnya pada diri sendiri.
“Dor!! Ngomel mulu, yuk berangkat,” ujar Ita mengejutkan Juni.
"Eh Tapa udah dateng aja yuk berangkat Juni juga udah siap, kok bisa masuk?" tanya Juni.
“Iya, tadi ada Kak Dewi di depan,” jawabnya.
Mereka berdua berjalan bersama sama ke rumah Mala, kenapa tidak diantar? Karena kelima sahabat ini lebih suka berjalan mereka bilang biar lebih sehat dan tidak mau merepotkan. Jarak rumah mereka berlimapun tidak terlalu jauh.
Di jalan Juni dan Ita mengobrol, bercerita tentang berbagai hal, iya mereka berdua bagaikan sepasang sepatu kemana-mana pasti selalu berdua. Dibanding dengan ketiga temannya yang lain Juni lebih terbuka pada Ita, begitupun sebaliknya."Ta, apa kita bisa selalu kayak gini ya? Nanti kalau udah besar apa kita bisa terus bareng-bareng kayak gini lagi?" ucap Juni disela tawa mereka.
"Ngomong apaan sih Juni, ya bisalah kita kan best friend forever," ucap Ita dengan senyum lebarnya.
"Ta, sebelum ke rumah Mala kita mampir dulu yuk ke warungnya bu gendut," ajak Juni.
"Boleh, aku juga belum makan siang nih tadi buru-buru soalnya pulang sekolah aku ketiduran," ucap Ita.
"Tidur mulu, hobbi mu tidur ya?" tanya Juni sambil tertawa.
Mereka sampai di warung bu gendut, mereka membeli bubur terlebih dahulu disana. Rumah Mala hanya diseberang jalan dari warung bu gendut jadi mereka santai memakan buburnya. Setelah selesai memakan bubur mereka langsung membayar dan segera pergi ke rumah Mala, mereka tau pasti ketiga sahabatnya itu sedang menunggu mereka.
"Hai guys kita dateng, yuk belajar," ajak Ita.
"Yuk, hari ini kita belajar apa?" tanya Mala.
"Kita belajar bahasa Indonesia hari ini ya," jawab Tini.
"Iya, yuk belajar!" Ucap Juni.
"Yuk!" balas keempat sahabatnya serempak.
Dalam urusan belajar mereka memang sangat serius dan tekun apalagi Mala dan Tini, mereka berdua merupakan anak yang pintar sering kali mereka mendapatkan juara, berbeda dengan Juni meskipun ia belajar dengan sangat keras tetap saja rankingnya berada di angka belasan.
***
"Daa Mala!! kita pulang dulu yaa.., " ucap Juni ketika mereka semua selesai belajar.
"Ta.. Apa sih yang kurang dari aku? kenapa sih ranking ku gak pernah naik? usaha udah, doa udah, belajar tiap hari udah," ucap Juni ketika di perjalanan pulang dengan Ita. Asih dan Tini? Rumah Mereka berlawanan arah dengan rumah Juni dan Ita.
"Juni Juni gimana mau naik... Kamu aja ngeluh terus, berjuang itu gak boleh ngeluh tau," saran Ita.
"Iya deh gak bakal ngeluh lagi... Semangat Juni!!" ucap Juni memberi motivasi pada dirinya sendiri.
Juni tiba di rumahnya, ia langsung pergi ke kamarnya dan merebahkantubuhnya di kasur. Tanpa sadar ia mulai tidur lelap.
"Juni, bangun nak udah sore mandi dulu terus makan," ucap mamanya Juni
"Iya ma, Juni mandi sekarang," ucap Juni dan segera ke kamar mandi membawa handuknya.
**
Juni tiba di ruang makan, disana sudah ada mama, papa dan kakaknya Juni.
"Eh Juni... Tadi gimana belajarnya bisa? " tanya mama Juni.
"Kayak biasanya ma.. Pas belajar aku inget sekarang udah lupa lagi," ucap Juni sambil memasukan sesendok nasi ke mulutnya.
"kak Dewi.. Gimana sih caranya supaya pinter? Juni belajar udah, niat udah, doa juga udah apalagi yang kurang? Kok kak dewi bisa sih selalu dapet ranking satu terus? Sedangkan Juni gak pernah sama sekali," ucap Juni pada kakaknya yang sedang fokus pada makanannya.
Kakaknya pun menoleh pada Juni, "Juni nih kakak kasih tips buat kamu deh.. Pertama niatnya di perkuat, kedua doanya dipersering, ketiga kalau belajarnya udah tiap hari seharusnya gak ada masalah sih asalkan waktu belajar jangan main-main," ucap kak Dewi memberikan saran pada Juni. "dan satu lagi.. " Kak Dewi menggantungkan ucapannya.
"dan satu lagi apa kak?" tanya Juni penasaran.
" kayaknya yang ini kamu belum perlu deh, nanti aja kalau kamu emang tetep gak bisa walau udah serius jalanin ketiga saran kakak," ucap kak Dewi kemudan melanjutkan makannya.
**
Kini Juni berada di kamarnya, duduk di kursi belajarnya sambil menatap jadwal pelajaran untuk besok."Hem.. Besok dapet apa aja ya?" ujar Juni sambil menatap malas jadwal pelajarannya "Oh.. Matematika, bahasa indonesia, ips sama ipa, kenapa sih semua mapel itu susah?" keluhnya dan memasukan buku-buku untuk besok ke dalam tasnya.
"Apa niat Juni kurang ya makanya selalu gak bisa dapet juara?" ujarnya lesu.
"Eh iya.. Ita bilang Juni gak boleh ngeluh, Juni harus terus semangat... Ya!! Juni harus semangat, never giveup Juni.. Kamu pasti bisa!" ujar Juni menyemangati dirinya sendiri.
"Juni harus membuka semangat baru untuk besok, hari baru semangat baru, yaa!! Semangat Juni!" ujarnya menggebu-gebu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Juni
Teen FictionUntuk pertama kalinya hati ku berdetak sangat kencang di hadapan seseorang apakah ini cinta atau hanya hayalan semata?? Untuk pertama kalinya aku merasakan cinta dan untuk pertama kalinya aku merasakan cinta tetapi tak terbalaskan Untuk pertama ka...