hurts so good.

277 22 4
                                    

Brett dan Eddy sudah lumayan lama berpacaran. Namun, semenjak mereka memilih untuk meng-upgrade status hubungan mereka, masalah mulai muncul di antara kedua lelaki tersebut. Entah itu saat Eddy tertangkap sedang berselingkuh, saat mereka meneriaki satu sama lain, atau saat Brett sudah lelah dengan semua ini. Tetapi Eddy tidak melepaskan dia. Alasannya, masih sayang.

; hurts so good ;

Jam dinding menunjukan bahwa sudah pukul 11 malam. Tapi Eddy masih belum memunculkan batang hidung nya dirumah. Brett mulai khawatir, panggilan telfon darinya tidak diangkat oleh Eddy. Bahkan di tolak oleh lelaki yang lebih muda. Eddy sering melakukan hal ini, namun manusia mana yang tidak menghawatirkan kekasihnya jika tidak pulang, bahkan sudah larut?

Brett mengigit bibirnya sendiri, badannya memmbeku saat suara pintu depan terbuka. "Aku pulang," Ucap seseorang yang sedang mengarahkan kakinya ke Brett. Brett memandang lelaki itu, Eddy, dengan tatapan datar dan bibir pucatnya. Eddy memeluk lelaki yang lebih tua,  "Kenapa masih belum tidur, sayang?" Bisiknya.

Brett menjauhkan diri dari Eddy, "Kamu habis darimana?" Tanya Brett dengan sangat datar. Brett memerhatikan pakaian dan raut wajah Eddy. 'Berantakan.' Pikirnya. Eddy menatap mata Brett, "Rumah Ray, kok, Habis main aja." Jawabnya santai. 

"Jangan bohong." Mata Brett mulai meneteskan air. "Aku engga bohong, Brett...." Eddy mendekatkan badan nya ke Brett, Brett mendorong badan lelaki bermarga Chen tersebut dengan tenaga yang lumayan keras. "KU BILANG JANGAN BOHONG PADA KU!" Teriaknya.

Brett mulai menangis, "Aku ... capek. Aku tidur dulu." Finalnya. Dia menghiraukan panggilan dari Eddy, memilih berpelukan dengan guling dan menyelimuti dirinya sendiri, membawa badan ke dunia mimpi.

Berbeda dengan Eddy, memikirkan apa yang sudah dia perbuat hingga lelaki manis tersebut meneriakinya seperti itu. Eddy melihat ke arah Brett yang sudah terlelap, letih karena menangisi dirinya. Eddy melangkahkan kakinya ke arah kasur, lalu merebahkan dirinya dan memeluk Brett. Dia tidak bisa tidur, namun memeluk lelaki ini membuatnya bermimpi.

; hurts so good ;

Matahari mulai memunculkan dirinya, dan Brett pun terbangun, menyadari Eddy sudah tidak ada di sisinya. Merenggangkan tulang, lalu melangkahkan kakinya keluar. Saat Brett memegang ganggang pintu, Dia terhenti saat mendengar suara wanita di luar. 

Suara samar tersebut mengambil perhatian Brett, '...dy, aku menyukaimu.'  Kalimat yang sangat Brett tidak ingin dengar, ternyata ia dengar disaat saat hubungan nya dan Eddy renggang. Brett mengeluarkan dirinya dari kamar, terpampang wanita cantik memeluk tangan Eddy.

Kedua orang yang sedang 'bermesraan' tersebut mengalihkan pandangan dari satu sama lain ke arah Brett. Brett menghelakan nafas dengan berat, "Jadi, kau kembali 'normal', hah?" Sindirnya. Saat Eddy ingin membuka mulutnya, Brett melanjutkan kalimatnya. "Sudahlah. Aku capek dengan hubungan sampah ini." Finalnya.

Eddy melepaskan tangan wanita itu dari lengannya, "B-brett ... Ini tidak seperti yang ka-" "Diam, Eddy. Hubungan kita sampai disini." Brett memotong kalimat Eddy, lalu mengeluarkan diri dari rumah mereka.

Brett berjalan, berjalan tanpa arah. Matanya sembab, dan dia kedinginan. Sangat kedinginan. Biasanya, saat Brett kedinginan, Eddy ada untuk memeluknya. Mengatakan kalimat kalimat manis dan hangat di telinga Brett. Namun 'kekasih'nya akan memberikan hal itu ke orang lain.

Oh, tunggu. Kekasihnya? Mereka baru saja putus beberapa menit yang lalu.

Telinga Brett disapa dengan teriakan Eddy, yang membuat Brett semakin ingin pergi dari lingkungan ini. Tempat dimana mereka bermadu kasih. Disaat suara Eddy makin terasa dekat, Brett mulai berlari.

Namun, telat. Tangan Brett sudah digenggam Eddy. Eddy menarik Brett kedalam pelukannya, tetapi Brett mendorong lelaki yang lebih muda. "Cukup. Aku lelah merasakan rasa sakit yang aku tanggung sendiri." lirihnya.

Mendengar hal itu, hati Eddy terluka. "Babe...." ucap Eddy. "Jangan. Jangan panggil aku seperti itu...." Brett menunduk, berusaha mengabaikan suara berat dan wangi badan yang sering ia dekap. Memutuskan hubungan dengan cara yang menyakitkanㅡsepihak, dan melihat dan mengingat betapa sakitnya Brett saat bersamanya, membuat Eddy ingin menyerah begitu saja.

Brett menatap Eddy, mata berkaca - kacanya menatap lelaki tinggi tersebut dalam. "Aku m-mencintaimu ... Tapi tidak, Eddy, tidak. Aku tidak bisa bertahan. Hadirmu menyakitkan namun menyenangkan diwaktu yang sama. Dekapanmu hangat namun menyesakan. Aku menyadari, kita tidak bisa bersama." Ucap Brett panjang lebar.

Pada akhirnya Eddy mengalah, memeluk lelaki yang lebih tua erat. Membiarkan dia menangis didalam pelukannya. Membiarkan hatinya sakit mendengar sesegukan orang yang di cintai. Sensasi seperti diantara surga dan neraka menyelimuti dua permain biola tersebut. 

Eddy dan Brett tak bisa menyangkal, bahwa hal ini, hurts so good.

fin.

tsv oneshots.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang