TW: Major Character Death.
------------------------------------
Brett terbangun dari mimpinya, mengelus dada yang terasa sangat nyeri. Disebelah meja tidur, ada foto dia dan Eddy yang sedang berpelukan. Air mata mengalir pelan, jendela tak sengaja tertiup angin kencang membuat Brett kedinginan.
It's been a week since I've seen your face. The most depressing 7 days.
Brett berteriak, "Kenapa, Eddy?! Kenapa kau meninggalkan aku dengan cara yang sangat menyakitkan?! Kenapa.. Kenapa harus aku yang kau sakiti!" Badannya ambruk, lemas, tak berdaya.
"Aku tahu.. kau sudah tidak menyayangi aku seperti 5 tahun yang lalu, Eddy.. t-tapi kenapa.. harus aku..." Lirihnya. Rasa gering seperti ini hadir tiap malam, sangat sulit bagi Brett untuk melupakan Eddy, apalagi mereka baru saja berpisah 1 minggu yang lalu karena Brett mengakui perasaan yang ia punya.
And I got this feeling, you're gonna throw it away.
Brett memeluk kakinya, "Still, I hoped that you would fall for me, Eddy." Brett menutup matanya. "You can't even say those three words back. I don't know how I'm still in tact. You meant to me what I never meant to you.. so call me a fool." Suara angin semakin kencang, pertanda hujan akan turun.
Sudah hujan, jendela kamarnya mau tak mau dia tutup sebelum meja nya basah diguyur air mata langit. Brett duduk dimejanya, memeluk kaki sembari melihat ke jalanan yang silam. Otak yang dia miliki terus mengulangi nama Eddy.
But here I am still waiting around. You're stringing me along and watching me drown. You mean to me what I never meant to you. So call me a fool.
---------------------------------------------
Sudah satu bulan semenjak Brett melihat wajah Eddy untuk terakhir kalinya. Rasa sakit itu masih ada, terus berulang-ulang bertamu setiap malam. Brett tersiksa, dia sangat membutuhkan Eddy.
It's been a month since I've seen your face. The most depressing 30 days.
Brett setiap malam berada disamping jendelanya, duduk dimeja sembari memeluk kedua kaki erat.
I have a feeling, you found someone new.
Mengetahui fakta bahwa Eddy pasti akan mencari orang lain untuk menggeser posisi Brett sebagai sahabat terbaiknya. Kepalanya mengulang kegiatan dia dan Eddy termasuk membeli bubble tea bersama sepulang sekolah, bermain bersama di rumah Brett, dan berpelukan hingga tertidur. Brett sangat berharap tidak jatuh cinta ke Eddy. Namun, Brett tidak bisa.
I wish that i didn't fall for you. Wish you would say those three words to me too. And now i'm hurting, i'd hurt again for you.
---------------------
Suatu pagi di saat Brett ingin memakan sesuatu, Brett menemui seseorang yang sangat mirip dengan Eddy.
Brett terkaget, seseorang tinggi itu memalingkan wajahnya kearah Brett. "Brett?" Ucap Eddy. Brett terdiam, berkedip beberapa kali. Dengan terpaksa, Brett harus tersenyum.
"Hai.. Eddy. Apa kabar?" Tanya Brett. Eddy tersenyum cerah, "Aku baik. Kau juga pasti, kan?" Jawab Eddy. "Oh, tunggu sebentar." Eddy mengeluarkan undangan pernikahan dari mobilnya, memberikan amplop berwarna putih itu ke Brett. "Aku akan menikah dengan Sophie. Aku sadar, bahwa aku berjodoh dengannya."
Hancur. Hancur sudah rencana yang Brett susun. Hancur sudah harapan yang Brett bangun. Brett tertawa, mengambil amplop itu lalu membuangnya. "Aku menunggumu selama 5 tahun, dan setelah berpisah hanya 103 hari saja, kau menikah? Menikah?!" Amuknya.
Brett merintih, merasa jantungnya kembali sakit, lalu semua berubah menjadi gelap.
-----------------
Brett mengetahui bahwa waktu hidupnya hanya 1 bulan. Dengan itu, Brett meminta Eddy untuk menikahinya sebelum ajal menjemput.
Tiba lah dimana Brett dan Eddy akan 'menikah'. Rencananya lancar, dan Brett sangat, sangat, sangat bahagia. Eddy terlihat murung disamping kasur Brett. "Akhirnya.. Aku memilikimu." Ujar Brett. Eddy meneteskan air mata, "Brett, Aku mencintaimu."
"Ya, aku ju-" Suara alat monitor hemodinamik berbunyi, tepat setelah Eddy mengucapkan 3 kata yang sangat ingin Brett dengar.
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
tsv oneshots.
FanfictionA Twosetviolin / Breddy Fanfiction. Bahasa Indonesia 2020 | boildtequila