Brett mengambil selimutnya yang menjauh darinya, lalu menyelimuti dirinya dan Eddy. Eddy terlihat tampan walaupun sedang mengatupkan matanya. Brett memerhatikan setiap inci dari wajah yang lebih muda, sinar bulan yang cukup redup membantu Brett menganalisis wajahnya. Ia menyentuh pipi Eddy, terasa lembut, hangat, dan pas di tangan Brett.
"Tidur, Brett." ucap Eddy dengan mata yang masih tertutup. Eddy mengapai tangan Brett yang mampir dipipi nya, mengelusnya pelan. "Eddy," Panggil Brett. Eddy menjawab dengan gumaman. Brett melemaskan tangannya yang berada di pipi Eddy, "Kamu akan lakukan apapun untukku, bukan?" Tanya Brett.
Eddy membuka setengah matanya, "Tentu saja, Kamu teman terbaikku." Balas Eddy. Eddy mengusap rambut Brett, lalu tersenyum tipis. "Aku akan mengambil bintang untukmu, jika kamu mau." Tawarnya.
Brett terkekeh pelan, namun tidak mengatakan apa - apa. Didalam hati Brett, Brett tidak mau apa - apa. Hanya malam ini yang Brett inginkan. Bersama Eddy, menelentang dengannya dikasur. Memerhatikan satu sama lain, mencintai Eddy segenap hati, walaupun Brett tahu, Eddy tidak akan membalas perasaannya.
Brett mengarahkan tangannya ke telapak tangan Eddy, menautkan jari mereka. Brett menatap mata Eddy dalam, mencari dirinya didalam iris berwarna coklat tersebut. Lelaki yang lebih tua menggenggam tangan Eddy sedikit kuat, ia menutup matanya.
Dia, Brett, sangat tak ingin semua ini berlalu. Tentangnya, Eddy, kebersamaan mereka berdua. Semua terasa seperti mimpi bagi Brett. Dimana mereka mengelilingi dunia, menghabiskan waktu untuk pergi memburu teh susu mutiara, syuting video berjam - jam lalu tertidur di sofa bersama, atau bahkan selalu berada disamping satu sama lain disaat membutuhkan.
; purple night. ;
Pada malam hari setelah mereka meng-upload video baru di channel youtube mereka, mereka memutuskan untuk bermain never have i ever di kediaman Eddy. Namun, karena dibalik layar, mereka memutuskan untuk mengganti bubble tea dengan alkohol. Brett melepaskan jaketnya, suhu ruangan sedikit panas untuknya.
Eddy menuangkan cairan berwarna kuning keoranyean didakam gelas Brett dan dirinya. Eddy menanyakan pertanyaan pertama, "Never have i ever, main biola di acara TV." Eddy terkekeh dengan pertanyaanya sendiri. Brett kesal, "Ish, tidak adil!" Ucapnya. Dengan terpaksa, Brett meneguk minuman tersebut.
Brett melontarkan pertanyaannya, "Never have i ever, melupakan biola sendiri." lalu terkekeh dengan Eddy. "Ehm, kalau pertanyaan itu, kamu juga pernah, kan?" Timpalnya. Mereka berdua terkekeh, lalu meneguk cairan yang membakar tenggorokan tersebut.
Setelah 10 pertanyaan berikutnya, Brett dan Eddy mulai sedikit mabuk. "Uh ... N-never have i ever, ugh. Aku tidak bisa memikirkan sebuah pertanyaan...." Gumam Eddy yang bahkan hampir tidak terdengar. Brett menopang dagunya, melihat Eddy yang sudah bersender ke sofa dengan mata yang layu.
Brett memerhatikan bibir Eddy yang terbuka sedikit, pikirannya melayang kemana - mana. Brett menampar pelan dirinya sendiri, lalu mengambil selimut untuk Eddy. Lelaki yang lebih tua menyelimuti Eddy dengan lembut, Brett memikirkan tangan lelaki yang lebih muda berada di perutnya dan memeluknya erat, atau bahkan menyium dahi halus nan mulus nya.
Eddy menarik tangan Brett, membawa badan yang lebih tua ke dalam dekapannya. "Jangan memerhatikanku seperti itu," Ucap Eddy. Ia mengeratkan tangannya di perut Brett, membisikannya kata - kata yang sangat tidak mungkin bagi Brett untuk dicerna.
"Aku mencintaimu, Brett Yang"
; purple night. ;Brett terbangun dari tidurnya, terduduk dikasur dengan tempo nafas yang tidak teratur. Dia memakai kacamatanya, dan menyenderkan badannya dikasur. Brett menatap bagian kasur disebelahnya, berharap bahwa Eddy berada disana seperti mimpinya. Memeluknya, mengatakan kata - kata manis yang Brett sukai, dan menghabiskan semua waktunya dengan Brett.
Namun kenyataan berkata lain. Eddy pergi dari sisinya, sebagai Eddy Chen yang ia cintai. Eddy Chen yang Brett sangat cintai telah berada didekapan orang lain dari 3 tahun yang lalu. Eddy berubah, waktunya tidak dihabiskan bersama Brett lagi, tangan kekarnya tidak ada untuk mendekap erat Brett kembali.
Setiap malam yang memunculkan awan ungu, Brett memimpikan hal yang sama. Dia tahu hal tersebut tidak nyata, hanya hal - hal dari bawah alam sadarnya. Brett melangkahkan kakinya ke arah balkon, mendongakan kepala melihat awan dilapisi warna yang sangat ia sukai dan benci dalam waktu yang sama.
Dia, Brett, membenci malam berwarna ungu ini karena selalu membawa Eddy ke dalam mimpinya, membuatnya memikirkan tentang pria tampan tersebut berulang kali. Brett meneteskan air matanya, lalu mengelap dengan tangan nya sendiri.
Brett mengetahui Eddy mencintainya, namun keluarga Eddy tak merestui Brett dan Eddy, pada akhirnya Eddy dipaksa untuk menikahi perempuan agar dia kembali 'normal'. Bahkan menemui Eddy sangat sangat sangat susah bagi Brett, orang tua Eddy dan istrinya akan mengetahui Eddy dan Brett bertemu entah bagaimana caranya.
Begitu menyesakan dan menyakitkan bagi Brett untuk kehilangan seseorang yang sangat ia cintai, untuk berusaha tidak berhenti memikirkan bahwa ia sangat ingin menghabiskan waktunya hingga ia mati didalam pelukan Eddy, untuk mencoba berhenti mencintai lelaki yang tidak sempurna tersebut.
Brett menundukan kepalanya, lalu terkaget merasakan seseorang memeluknya dari belakang.
"Brett, Aku merindukanmu." Ucap Eddy, orang yang rela memberi apapun untuk Brett, bahkan memilih jalan untuk kabur dari keluarganya dan pindah ke Brisbane, Australia dengan Brett lalu menjalani hidup baru dengan Brett.
Eddy sangat mencintai Brett, begitu pula sebaliknya. Namun sayang, apa yang Brett inginkan tersebut harus pupus, karena itu hanya imajinasinya semata.
fin.
KAMU SEDANG MEMBACA
tsv oneshots.
FanfictionA Twosetviolin / Breddy Fanfiction. Bahasa Indonesia 2020 | boildtequila