Dering notifikasi menggugah atensi Jia. Ia pun mengalihkan pandangannya dari isi lemari menuju dimana bunyi-bunyi tanda pesan masuk tersebut berasal.
Di bawa langkahnya perlahan menuju sofa sebagai tempat ia letakan ponsel miliknya. Dengusan malas pun ia lontarkan kala mendapati hanya beberapa chat grup lah yang mendominasi.
Netra Jia menatap lekat gawainya, ia membawa fokusnya untuk sekedar berkontemplasi. Jia teringat akan ponsel Melvin yang lupa ia kembalikan kepada sang pemilik.
Beberapa menit setelahnya, kesadaran diri mengambil alih keadaan. Dengan terburu, ia menggeledah tasnya dan segera mengeluarkan ponsel Melvin dan berdecak kesal saat ponsel tersebut sudah mati karena kehabisan baterai.
Decakan kesal Jia luruhkan, ia memilih untuk mengisi dulu saja daya baterai ponsel Melvin. Seraya menunggu, ia beralih memangku vas bunga yang berisi beberapa tangkai bunga Marigold.
"Aku capek, aku harus apa?" deret fonem yang ia dedahkan merefleksikan kepiluan pada sanubarinya.
Jia kembali pada ponsel miliknya, ia mengernyit saat netranya tidak sengaja mendapati beberapa notif tag dari room chat grup ekskulnya.
Ia pejamkan netranya sejenak. Menghembuskan nafas perlahan sebagai manifestasi sebuah ketenangan diri. Dirasa cukup, kedua netra kelam tersebut pun terbuka perlahan. Jia sedang tidak berminat untuk menambahi beban pikirannya. Ia sering mendapati orang-orang yang berkomentar mengenai dirinya.
Sedikit beruntung sebab Shaletta mampu membungkam mereka semua, perasaan tidak enak ia rasakan perihal ia yang mengatakan dengan lantang tidak butuh seorang teman, tapi kini Shaletta tetap pasang badan untuk dirinya.
Apalagi ia sekarang yang notabenenya adalah pacar dari Melvin. Si kapten basket yang gemar di gandrungi para gadis-gadis itu. Namun, sejauh ini hanya ia yang mampu memiliki tahta tertinggi dalam mahligai asmaraloka mereka, Jia bisa membanggakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I? - Mark Lee✓
Fanfiction❝Harus rayain kelahiran atau kematianmu?❞ ©fleurpuff_