Dibawah teriknya bagaskara, Melvin terdiam seraya menyaksikan Jia yang tengah disibukan dengan aktivitas memanahnya. Pikirannya berkecamuk. Realitas dan kata wajar seakan tengah berburu dan saling unjuk siapa yang paling pantas.
Dirinya merasa lelah, entah mengapa, ia mulai merasa segalanya berjalan tidak sesuai dengan porsinya.
Sampai kapan ia akan hidup seperti biduk catur di hidup Jia.
Gadis itu seakan tengah menjadi pioner dalam kehidupan Melvin. Sewaktu-waktu, Melvin juga pernah merasa jengah. Namun, dalam alam bawah sadarnya, ia harus bersedia mengikuti kemana Jia mengemudikan hidupnya.
Ia bimbang. Dengan orangtua nya saja, dirinya belum bisa menjadi anak yang berbakti. Tapi jika dengan Jia, kenapa ia selalu menuruti segenap kehendaknya?
Bukankah sebagai kekasih Jia harusnya menumbuhkan rasa percaya padanya?
"Ayo pulang."
Suara Jia menginterupsi, Melvin tersadar dari kontemplasi yang sempat mengalihkan atensinya. Ia beralih menatap Jia yang sudah berdiri tegap di hadapannya, ia bahkan tidak menyadari jika Jia sudah menyelesaikan latihan memanah.
Tidak ingin ambil pusing, ia pun mengangguk, dan memilih meraih tas Jia untuk ia bawakan, dan segera berjalan mendahului.
“Vin,”
Hanya deheman yang mampu Melvin berikan sebagai respon. Entahlah, Melvin tengah kehilangan mood baiknya saat ini.
"Ke toko bunga," nampaknya Jia masih belum memahami keadaan. Ia tidak menyadari bahwa sedari awal mulai latihannya, mood Melvin sudah jauh dari kata baik.
Perasaannya menjadi sedikit kesal sebenarnya. Tapi, ia tak sampai hati mengungkapkannya. Dia harus menemani Jia latihan dua jam lamanya, tanpa memegang ponsel. Dan sekarang, dengan semau-maunya, Jia kembali mewajibkan Melvin untuk mengikuti kemanapun Jia ingin.
Dan yah ... segala kekesalannya kembali tersimpan dalam diri Melvin, tanpa mampu ia ungkapkan.
Jia hanya takut kehilangannya.
____________________________
“Hoahmmm.”
Haikal menguap lebar dalam duduknya. Setelah pulang sekolah, ia ditarik paksa oleh Arsen untuk mampir di cafe dekat sekolah mereka.
Dan disinilah mereka sekarang, duduk mengamati orang-orang yang ada didalam cafe. Mayoritas di jumpai dengan banyaknya remaja yang menggunakan seragam yang sama dengan dirinya.
Tujuan Arsen menarik Haikal adalah, mereka hari ini sudah teragenda ada perkumpulan dengan anak-anak basket lain. Jadi mereka memutuskan untuk menunggu di cafe ini.