(Follow sebelum membaca!)
"Gue gak akan pernah mau dijodohkan sama cewek aneh kayak elo!"
_Axel Dirgantara_
"Tapi aku mau dijodohkan sama kamu!"
_Clara Adinda Wijaya_
************************************
Bagaimana jadinya jika seorang pria tidak ma...
Annyeonghaseyo gusy✋ Ini cerita pertama aku ya kalau ada typo yang bertebaran mohon di maafkan ya, xixixi😁
Axel Dirgantara
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading;)😇
*** "Hah? DIJODOHKAN? Apa gak salah?" teriak cowok ganteng berbadan athletis dengan nyaring. Walau wajahnya menunjukkan kemarahan tapi dia tetap saja tak bisa menyembunyikan kelembutan diwajah cowok manis itu.
Axel Dirgantara, nama cowok itu, terlihat sangat marah pada Bundanya namun Axel tetap berusaha tak berkata kasar kepada Bunda. Axel sangat menyayangi dan menghormati sang Bunda lebih dari siapapun.
"Sayang, perjodohan ini sudah lama direncanakan. Semuanya atas usul Opa." Nyonya Fely Bunda Axel, mencoba menenangkan Axel.
Axel gelisah, hampir saja kakinya menendang meja yang ada didekatnya. Menurutnya perjodohan merupakan hal yg sangat kuno. Di zaman modern ini semua orang berhak mendapatkan pendamping sesuai pilihan masing-masing. Axel tak menyangka, Bundanya yang merupakan wanita karier yang modern masih memikirkan masalah Perjodohan.
"Bunda, sekarang Axel udah gede. Axel sekarang udah kelas sebelas SMA! Axel bisa nyari pacar Axel sendiri, gak usah pake acara dijodoh-jodohin! Bunda kayak orang kuno aja," Nada bicara Axel semakin meninggi.
"Axel, jaga bicara kamu! Apa kamu pantas bicara seperti itu dengan bunda kamu!" Tuan Gerald Dirgantara, Ayah Axel, baru saja tiba di rumah.
"Axel minta maaf, tapi Axel gk setuju dengan perjodohan ini!" Axel tetap berkeras dengan keputusannya.
"Axel, Bunda pikir sebaiknya kamu temui dulu calon istri kamu. Anaknya manis dan cantik walaupun agak manja tapi dia hebat masak lho" jelas Bunda dengan sabar.
"CALON ISTRI?" Apa Axel gak salah dengar ... Bunda Axel masih SMA. Axel gak percaya Bunda nyuruh Axel nikah? Apa-Apaan sih Bunda? Lagipula Opa udah gak ada, jadi perjodohan ini bisa dibatalkan." Axel tambah marah mendengar Bundanya menyebutkan calon istri.
"Axel, kamu tidak boleh bicara seperti itu. Perjodohan ini adalah pesan terakhir Opa kamu! Dan kalau kamu berani membangkang berarti kamu tidak sayang dengan Opa," ancam Ayah Axel bingung. Tuan Gerald bingung dengan anak terakhirnya namun juga anak kesayangannya.
Axel diam. Dia hanya memandangi kedua orang tua nya dengan lesu. Pikirannya menerawang entah kemana. Yang ada di kepalanya hanyalah ada kata KENAPA. Begitu banyak kata kenapa hingga membuat Axel menyesal menjadi anak keluarga Dirgantara.
"Kenapa Axel Yah? Kenapa harus Axel Bun? Kenapa bukan kak Alvin?" tanya Axel tiba-tiba.
Ayah dan Bunda Axel tidak bisa menjawab pertanyaan Axel. Suasana pun menjadi hening, dengan langkah tergesa-gesa Axel meninggalkan ruang keluarga. Tak dipedulikannya panggilan dari Ayah maupun Bundanya. Dibantingnya pintu kamar dengan keras.
"Axel udah punya pacar, gak usah pakai acara dijodohkan segala! Axel gak suka," teriak Axel nyaring.
Dihempaskanya tubuh cowok itu ke ranjang kesayangannya. Diambilnya handphonenya di saku celana jeans nya. Dipencetnya nomor sahabat akrabnya.
"Rey, ini gue Axel. Gue lagi bete. Temenin gue hangout ya," Axel duduk di ranjang dengan muka yang kusut. Tangannya membuat rambut hitam Axel acak-acakan.
"Oke Bos, tapi traktir gue ya! Gue lagi bokek!" jawab Rey, sahabat Axel.
"Whateverlah, sekarang gue ke rumah elo."
Axel segera mengganti bajunya tanpa mempedulikan rambut acak-acakan nya. Walaupun tidak mendapatkan izin orang tuanya, Axel nekat keluar dari rumah. Axel mengemudikan mobil dengan kencang. Musik rock dari radio mengiringi perjalanan Axel.
Gimana-gimana seru gak ceritanya jangan lupa vote sama komen ya, biar aku semangat nulisnya😊 Kalau ada kata yang typo mohon dimaafkan 🙏😊💕
Jangan lupa baca!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.