AboutChu! (9) Pelarian Rasa

1.4K 222 119
                                    


























































Entah dari semesta yang ga restu, atau emang alam lagi sedang menguji, Jennie putus harapan tepat di depan pagar rendah rumahnya Jisoo.

Lahan rumah di cat putih itu penuh sama mobil, suara gema obrol keluarga kedengeran hangat dari titik Jennie berdiri, apalagi suara telfon Jisoo, yang ga tau kenapa, punya efek besar yang buat Jennie hampir linglung di sana.

"Ay... abi udah bawa anak temennya di rumah. Hiks~ aku maunya kamu, bukan lain,"

Atau lebih tepatnya, rumah pacarnya Jennie, saat ini lagi dikunjungi tamu yang merupakan calon jodohnya Jisoo, oleh sang abi.

Jennie diem. Kehilangan kata-kata. Kesadarannya sedikit bubar, sampe suara tangis Jisoo lagi-lagi bisa dia denger.

"Aku mau kamu Jen! Kamu!"

Bukan kebiasaan Jennie, dan dia bukan tipe orang dengan perasaan sedih suka berairmata. Tapi tepat pada sore hari itu, tertampar fakta yang ga dia inginkan, Jennie nitisin airmata. Ga sekeras Jisoo dan ga secengeng pikachunya, tapi Jennie keliatan cukup ga berdaya saat matanya merah dan airmatanya ga berenti turun.

Ada saja perkara yang ngehambat, hanya saja untuk kali ini, bukan sesuatu yang kecil.

"Aku harus gimana, sayang?" Kata Jennie lemah dengan komuk yang masih cukup bingung, dia lantas ngambil langkah mundur pergi ke arah motornya.

Suara Jisoo kedengeran lagi, Jennie bisa denger cewek itu nangis dengan suara tertahan. "Kita pergi!"

"Ke mana Chu?" Jennie lirik rumah Jisoo, ngerasa sangat berdosa ketika dia dengerin banyak suara tawa di dalam sana. Berdosa karna ga pernah jujur ke orang tuanya Jisoo, berdosa karna merasa sangat terlambat lamar dia, sama berdosa karna mereka ga berkeinginan saling lepas meski orang-orang di dalam sana lagi bercanda ria, yang tahunya semua bakal berjalan lancar.

Sementara ada dua yang menentang keras di sini.

"Ke mana pun Jen, asal sama kamu"

Mata tajam Jennie yang meremang itu lagi-lagi noleh pandang ke rumah bercat putih polos. "Abi gimana? Orang tua kamu? Keluarga kamu? Bahkan keluarga dari orang yang dijodohin sama kamu?"

"Kamu mau ga sih perjuangin aku, apapun risikonya?"

Dengerin kabar dari Jisoo tentang dia yang bakal dijodohin memang buat Jennie syok, tapi denger kata-kata Jisoo yang barusan keluar, bikin dia tersentak. Cewek ajaib kesayangannya ngomong satu kalimat ucapan yang terdengar tukas juga tandas.

Jennie ngedengus, rambutnya dijambak keras, terlalu bingung. Membawa Jisoo adalah hal yang seharusnya terfatal, karna ketika itu udah berhubungan sama abinya Jisoo, cewek itu yang bakal jadi taruhannya. Tapi kalo ga bawa Jisoo, dan perjodohan ini bakal panjang alurnya, malah memperparah hubungan mereka.

Jennie bukan anak baik-baik, bukan mahasiswa ulung otaknya kayak Seulgi, ga tergolong pinter cari duit kayak Moonbyul, dia sadar dia cuma tukang onar yang sering insaf pas dinasihatin, si raja balapan liar, juga anak dari seseorang yang hartanya terjerat pailit.

Bermasalah? Banget.

Sedang si Jisoo, yang punya abi kelewat perfeksionis. Berantakan dihadapannya dia sama aja bunuh diri. Bingung, bawa enggaknya Jisoo tetep aja salah.

"Okeh, apapun risikonya." Ada jeda, sebelum tarikan napas panjang, Jennie dengan mantap ngomong, "Aku jemput kamu di belakang rumah."

Jennie bener-bener bawa pacarnya dengan laju rendah tanpa arah sore hari itu. Mereka ga ada tujuan. Baik Jennie maupun Jisoo sama-sama diam. Cuma ada pelukan erat diperutnya Jennie sama Jisoo dari belakang, juga isak tangis dia yang tersendat-sendat.

About Chu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang