Atas anggukan tanpa rasa ikhlas Jennie, di hari itu, jam dan detik itu juga, Jisoo memutuskan untuk pulang ke rumah. Air mata mengucur menemani setiap tarikan langkah, terisak-isak dia hingga bahu naik turun persis bocah kecil ditinggal temannya bermain.
"Asal kamu bahagia Chu, aku ikhlas. Lain kali kita harus berjodoh ya.."
Kata terakhir Jennie bagai bom atom, sukses porak-porandakan seluruh isi hatinya, dunianya. Seandainya kalau mau meminta, Jisoo ingin Tuhan cabut semua memori tentang Jennie. Karena mana bisa dia tanpa Jennie. Maksudnya, mahkluk berpipi tembam itu sumber bahagianya. Tempat Jisoo jadi apa adanya.
Mana bisa, demi apapun, mana bisa Kim Jisoo tanpa squishy favoritnya.
Persimpangan jalan sudah jauh di belakang, pohon beringin lebat tiba depan mata buram penuh air mata seorang Kim Jisoo. Tanda jelas, bahwa rumahnya sudah sangat dekat. Hingga Abi melihat itu, menyadari putrinya berjalan terseok sambil tangan kucek mata, benar-benar mirip anak kecil. Segera tanpa berpikir, Abi berjalan tergesa, tangan berototnya terlentang lebar, menyambut Jisoo bersama pelukan hangat.
Marah?
Nggak marah, Abi untuk saat ini rindu berat pada putrinya.
"Maafin abi sudah kasar," Abi bicara tanpa nada menakutkan, dia melepaskan pelukan, pindah sapu sayang kepala Jisoo. Matanya merah, serius keliatan menyesal. "Abi cuma mau yang terbaik buat kamu."
Jisoo nggak jawab apapun, lebih ke nggak bisa jawab Abinya. Dimatanya selalu Jennie yang terbaik. Abi mana mungkin terima tanpa amarah pada jawaban itu. Hanya akan menyinggung hatinya, dan kembali menumpahkan makian tanpa segan terhadap Jennie.
Memberikan yang terbaik --kata orang-tua, konon.
"Ayo nak!" Abi merangkul Jisoo. Memberi pegangan pada tubuh, sebab kaki Jisoo seiring berangsur lemah. Rumah hampir dipijak. Sekali lagi air matanya menetes. Memikirkan pulang ke rumah dan masa depannya, Jisoo takut setengah mati.
Perjodohan? Menikah? Masa depan bersama selain dengan Jennie?
Mungkin terlalu berat hingga pandangan matanya nggak lagi buram, cuma ada gelap dan rasa hilang keseimbangan. Petang itu, di depan rumahnya, Kim Jisoo berakhir tumbang, jatuh tak sadarkan diri pada rengkuhan Abinya.
.....
Kesamaan Abi dan Jennie itu identik. Sama-sama pegang ucapan. Jadi, perjodohan tetap berlaku. Pernikahan sudah tentu dilangsungkan. Meski semua dijalani Jisoo tanpa tulus. Pikirannya sibuk melanglang buana. Mata kosong nggak berjudul. Tubuh bergerak laksana mumi, kaku tidak berhasrat.
Tepat hari ini, momentum sah Jisoo menjadi ratu sehari-semalam. Pernikahannya berlangsung khidmat dan lancar. Keluarga besar di boyong Abi. Ah.. Abi, manusia paling bahagia di muka bumi, mungkin. Dari tadi Jisoo menyadari senyum si pemarah itu belum runtuh. Dia sibuk menyambut tamu dari kiri-kanan sudut pesta.
Moonbyul, Seulgi, dan tentu saja Jennie nggak datang. Bukan nggak niat undang, tapi Abi lebih dulu pasang bendera permusuhan, mewanti pasukan tukang pukulnya untuk menghajar habis kalau sampai terlihat mata. Ngeri? Abi seorang Kim Jisoo adalah ahlinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
About Chu!
FanfictionSoal bagaimana Jennie ga bisa lirik cewek lain selain Jisoo