About Chu! (20) Kandidat Hati

344 40 3
                                        



































































































































Waktu itu, jam tepat istirahat makan siang. Jennie berada di kafetaria, pesan roti isi, dan satu mug mungil berisi kopi robusta sedikit gula. Makan Siang Jennie kali ini dibarengi mood yang bagus, karena tiba-tiba si tua galak eks calon papa mantu menelepon, meminta Jennie membawa berkas revisi dan bilang akan mempertimbangkan ulang sekaligus wawancara umum kayak biasa.

Janji temunya pukul 1 siang. Jennie jadi punya waktu luang mempelajari berkas sambil menikmati menu sederhana pesanan yang menyesuaikan isi dompetnya.

Tiba-tiba, "Hai duniaku!" Jisoo nongol mengejutkan, tersenyum menawan sembari melambai-lambai lucu, bibir berbentuk hati miliknya masih terlalu identik bersama gigi-gigi putih berbaris yang itu. Jisoo ambil duduk di depan Jennie, tanpa bertanya, tarik tangan Jennie, gigit kecil roti isi lalu kemudian tersenyum sampai matanya ikut senyum.

Kim Jisoo iniloh, nggak kasian sama hatinya 'kah? Moveon akan semata fatamorgana kalo begini. Nggak bisa!

"Chu.." Lirik kiri, lirik kanan, Jennie menahan gemas. "Orang kantor pada lihat, nanti dilaporin ke Abi. Kamu juga ngapain ke sini?" Mayones di ujung bibir terpaksa Jennie bersihkan, jantungnya yang justru berdebar. "Nanti suami kamu nyariin."

"Menurut kamu, yang nanti bakal interview anak baru siapa?"

Koneksi otak Jennie mendadak kusut, "Maksudnya?"

"Abi udah ijinin aku kerja di perusahaan ini. Handle yang kecil dulu, katanya."

"Bentar," Beneran bingung, Jennie dehem, memastikan pikirnya nggak keliru. "Tadi pagi banget, Abi telepon aku, minta bawa berkas revisi, minta wawancara, terus kamu di sini?"

"Iya Jen, nanti wawancaranya langsung sama aku." Jisoo terkekeh geli, "Tenang aja, kamu langsung lulus tanpa persyaratan apapun." Terus ketawa, ambil alih mug Jennie, sok banget seruput sedikit robusta hitam, padahal ada kandungan gula setengah sendok cuma nggak ngaruh, Jisoo tersedak pahitnya kopi. "Kenapa nggak sirup nenas aja, sih?!" protesnya, bersama bibir mengerucut.

"Tadi rencananya mesen stroberi kutub utara, tapi adanya kopi doang." Jennie geleng-geleng, Kim Jisoo akan selalu Kim Jisoo. Masih atau nggak bersama, dia tetap begini. Sosok wanita dewasa cantik yang akan dia puji sepanjang hidupnya -mungkin, tetaplah unik dan menyenangkan. "Kamu udah, makan?"

"Belum. Mau roti isi pesanan kamu aja, boleh ya?"

"Boleh," Semisal ini masa pacaran, Jennie akan menukarnya dengan ciuman pipi seperti biasa. Barter adil, katanya. Sayangnya itu hanya pengharapan kosong. Kim Jisoo istri orang, bukan istrinya. "Taeyong nggak keberatan 'kan ya aku kerja di perusahaan, ini?" Sodor roti isi ke arah Jisoo, Jennie tarik mug robusta hangat kembali ke sisinya. "Aku nggak mau kamu berantem sama dia perkara sepele."

"Dia bukan cemen sampe bersikap kayak gitu."

Jisoo seperti menampar Jennie kuat-kuat. Padahal, seandainya cerita berbalik, Jennie nggak akan pernah mau Jisoo terlibat di dalam kisah perihal hati. Jennie pencemburu, dan Jennie akui dia amat tersinggung.

"Lagian, buat apa marah? Perusahaan ini murni perusahaan Abi. Urusan kantor dan semua masalahnya nggak ada kaitannya sama dia." Jisoo memperhatikan isi roti, lalu tersenyum mendapati nuget digoreng keemasan dibalutan sayur dan telur dadar. Favorit Jennie masa kuliah, menu andalannya. "Aku mikirnya pas kamu pulang dari Selandia Baru, gaya hidup kamu berubah."

About Chu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang