Siang bolong, makan bertiga, menu mi soto seadanya, full diem. Cuma centingan sendok beradu terdengar. Moonbyul si nyamuk andalan khusyuk memotong dengan sendok telur rebus yang tenggelam dalam kuah kekuningan soto, susah, soalnya dari tadi nggak berhasil. Heran juga Jennie bikin mi instan air-nya segalon mungkin.
Cukup tiba-tiba, ada daheman dari Jennie. Sedikit keras hingga Moonbyul merasa di kode. Mata dua sahabat sepenanggungan itu bersiborok. Moonbyul geleng kepala, lirik Jisoo nggak mau ketauan. Jennie balas geleng, lebih keras kepala nggak mau kalah.
"Telur bebek agak amis ya, tapi enak."
Momentum geleng kepala saling tolak terhenti. Jennie, Moonbyul bawa perhatian ke arah Jisoo. Posisinya duduk samping Moonbyul, berhadapan sama Jennie. Fokus banget ke mangkuk si cantik, ngaduk kuah, sesekali icip, tanpa peduliin tatap-menatap yang terjadi antara Jennie serta Moonbyul.
Masih ceria kayak biasanya. Garis mata senyum Jisoo menjereng dari tadi, belum lagi ketawanya, bibir senyum miringnya, sama kedipan maut becanda gadis itu nggak ada absen. Jennie nggak habis pikir, Jisoo masih bisa stabil dibalik gelisahnya dia. Padahal pacarnya rapuh total, Jennie paham kok, Kim Jisoo-nya lagi sok kuat.
"Pas kantor pailit, Mama pernah masak menu makan 5 hari lamanya pake telur bebek. Alasannya, sedikit gede dari telur ayam, sama enak."
Sapu sayang kepala, Jennie senyum, cerah banget, sampe gusi merahnya keliatan. Manis asli, pacarnya, tapi Jisoo masih setia pandangin isi mangkuk. Yang jelas, hati gadis itu ricuh, bukan mi dan telur bebek di matanya, bukan, tapi rasa gelisah juga bimbang, satu dari yang gadis itu nggak bisa tutupi.
"Chu," Nada Jennie beralih sendu. Resah dan trauma, tentu menjadikan Jisoo sensitif mendengar apapun tentang kesedihan. Angkat kepala, menghadap lurus ke depan, kali ini natap. Demi apapun nggak kuat.
Ke mana hari-hari mereka di kampus yang seru itu?!
Jujur, Moonbyul benci suasana melankolis. Bocah jomblo itu tarik mangkuknya keluar kos-an. Napasnya sempat mengembur gusar, Jennie tertunduk kepala.
Moonbyul marah ke Jennie, jelas. Gara-gara terlalu nekat bawa lari anak orang, belum lagi masalah finansial dan kesiapan diri dan hati Jennie yang jadi persoalan hingga kini. Efeknya tentu parah.
Orang tua Jisoo naik pitam, menunggu tanpa maaf di rumah. Siap menghukum apapun, untuk buat cewek itu pertanggung-jawabkan segala konsekuensi kenakalan yang diperbuat. Moonbyul paham Jisoo banget.
Cewek ceria itu paling nggak suka kena bentak, trauma karena sikap keras Abi-nya. Hati kelewat lembut, sampe sindiran bahkan kata-kata orang sering buat Jisoo kepikiran semalaman. Bayangin itu semua, Moonbyul nggak tega.
"Jujur Chu, waktu Moonbyul mau pukul muka karna dia kesel aku buat gini, aku udah ikhlas."
Jisoo peka. Paham ketegangan Jennie, Moonbyul, dan Seulgi. Menentang penuh perbuatan Jennie. Lagi pula, memang betul permintaan ini murni dari Jisoo, tapi bodohnya dia mengiyakan, salah tetaplah Jennie. Sudah tau cuma modal nekat, mana tentu bisa, dunia mampu tuntut banyak ke dia. Seperti apa yang terjadi sekarang.
"Aku rasa, sudah sepantasnya kata Abi, aku berengsek."
Jisoo tetap diam, hanya saja kali ini bawa balik atensinya kembali ke arah mangkuk. Selalu menyerah setiap melihat Jennie bertingkah jadi paling tersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
About Chu!
FanfictionSoal bagaimana Jennie ga bisa lirik cewek lain selain Jisoo