ADZAN

5 1 0
                                    

Selamat Membaca!...
Mohon Maaf bila ada kesamaan,nama,tokoh dan latar tempat cerita ya🙏😄

⚠️ JIKA ADA KATA ATAU BAHASA YANG TIDAK DI MENGERTI SILAHKAN KOMENTAR ⚠️

"Sel,kamu pulang aja ya sayang. Biar Ibu yang jaga Bapak"

Ucap Ibu dengan lembut sambil mengelus rambut ku,aku hanya diam dan mengangguk.
Aku dan Fadimas pun pulang ke rumah,kami sudah satu Minggu di Rumah Sakit untuk menjaga Bapak yang masih saja belum sadar.

Ku gendong tas yang berisikan pakaian ku selama aku di RS dan aku masuk ke dalam mobil yang biasanya di bawa oleh Bapak tapi kali ini bukan Bapak yang mengendarai nya.

Sepanjang jalan aku hanya melamun menatap ke jendela mobil,sesekali ku buka handphone ku. Setelah sampai di rumah aku segera masuk ke kamar,ku keluarkan pakaian yang ku bawa di tas dan segera menyuci nya. Setelah mencuci pakaian ku,aku kembali ke kamar. Di kamar aku menangis sendiri,entah berapa kali sudah aku menangis. Rasanya hampir setiap hari aku menangis menyesal dan merasa sangat bodoh

Entah mengapa hari ini tangisanku berbeda,ada sesuatu yang ingin ku lakukan rasanya. Aku pun mandi dan meminta tali tambah kepada Om Satpam di rumahku ini.

"Buat apa mba?" Tanya Om.

"Buat tugas om" jawabku.

Aku pun membawa tali ini ke dalam kamarku,ku ambil kursi dan berdiri di atasnya. Ku ikat tali ini di langit-langit kamar ku. Aku ingin gantung diri,mengakhiri hidupku sampai disini,aku sudah merasa tidak kuat. Ku pegang tali tambang ini,ku masukkan ke dalam kepalaku. Sekarang tali ini tepat berada di leherku,bagaikan kalung yang akan membawa ku pada kematian.

Aku pun kembali menangis,tangisan ini sangat menyayat hatiku. Seketika semua hal yang terjadi padaku muncul kembali di kepalaku,dari bejatnya Denny pacarku yang tidak bertanggung jawab itu sampai kecelakaan yang menimpa Bapak. Saat aku ingin berjalan maju melompat dari kursi ini agar leherku tertarik tali tambang di leher ini, tiba-tiba ada suara keras dari Masjid.

"Allahuakbar!

"Allahuakbar!"

Aku pun terdiam,segera ku lepaskan tali tambang ini dari leherku. Ku lempar tali ini jauh-jauh dariku,sampai aku terjatuh dari kursi. Aku pun menangis sejadi-jadinya di saat Adzan berkumandang,Acil Aas pun panik sehingga masuk ke kamarku.

"Astaghfirullah,Selia?!"

Acil Aas pun memeluk ku dan menyuruhku untuk beristighfar.

"Istighfar sel! Istighfar! Astaghfirullahaladzim!" Ucapnya sambil menangis juga.

Aku menjadi merasa sangat bodoh. Sudah mencoba bunuh diri,tidak bersyukur atas apa yang ada. Bapak di Rumah Sakit sedang berjuang untuk hidup, sedangkan aku disini ingin bunuh diri. Akhirnya aku di baringkan oleh Acil Aas di atas kasur ku,aku sangat merasa bersalah padanya.

"Acil,jangan kasih tau siapa-siapa ya aku begini"

"Iya,kamu tidur ya. Di Rumah Sakit pasti gak karuan tidur kan? Tidur sekarang ya" Ucap Acil Aas dengan penuh kasih sayang.

"Tapi belum shalat Ashar cil" jawabku.

"Oh iya,Shalat dulu ya" Acil Aas membantuku berdiri dari tempat tidur.

Kami shalat bersama di Musholla rumah ku,Om Satpam yang menjadi Imam. Seusia shalat ashar,aku tertunduk menangis.

"Selia... Sudah jangan nangis terus ya. Nanti kalau Bapaknya tau,kasihan lho" Acil Aas memelukku.

"Selia ini bodoh banget cil,udah di kasih hidup malah mau mati. Bodohkan?" Ucapku.

"Selia... Kamu itu perempuan hebat, perempuan kuat. Banyak-banyak dzikir ya,ingat Allah"

Acil Aas berusaha menenangkan ku. Acil Aas memang sangat baik dan lembut terhadap ku,walau dia hanya pembantu di rumah ini tetapi dia sudah ku anggap seperti orang tuaku sendiri. Memang Acil Aas menjadi pembantu di rumah ini saat aku berusia 10 tahun,tapi hanya dia yang paling dekat denganku dirumah ini selain Keluarga.

Syukur saja tidak ada Fadimas dirumah, mungkin jika ada dia akan bercerita pada Ibu. Itu akan membuat Ibu semakin terpukul.

⚠️ JIKA ADA KATA ATAU BAHASA YANG TIDAK DI MENGERTI SILAHKAN KOMENTAR ⚠️

⛔ DILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA TANPA IZIN PENULIS⛔

Pohon KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang