"Pak, ini saya dari Medan. Bawa oleh-oleh buat bapak," ucap Nayeong sambil menyerahkan bika ambon ke Pak Haruto.
"Terima kasih,Nayeong. Ini namanya apa?" ucap Haruto sambil menerima bika ambon tersebut.
"Bika ambon, Pak." ucap Nayeong.
"Katamu dari Medan, kenapa bawa oleh-oleh dari Ambon?"
Yoonbin, dosen satu ruang dengan Haruto, menahan ketawa. Ia masih ragu apa kampus Haruto sadar saat memberikan predikat cumlaude pada teman satu ruangannya tersebut saat kelulusan magisternya.
"Bika ambon asalnya dari Medan, Pak." Ucap Nayeong sambil tetawa kecil dan pamit keluar dari ruangan Haruto.
Minggu ini adalah minggu pengambilan mata kuliah dan sebagai dosen wali, Haruto harus memverifikasi mata kuliah anak walinya. Sebenarnya Haruto cukup santai, ia tidak mengharuskan mereka untuk menemuinya. Apabila dirasa tidak ada masalah, mereka dapat menghubunginya by whatsapp dan akan langsung ia verifikasi. Tapi entah kenapa, anak walinya sukanya bertemu langsung dengannya. Perlu kalian ketahui, 80% anak wali Haruto adalah perempuan.
"To, itu meja udah kaya hypermart aja. Banyak bener makananannya," ucap Yoonbin pada Haruto.
Yoonbin tidak salah sih. Meja Haruto sekarang sudah penuh makanan dari berbagai daerah, mulai dari bika ambon, bakpia, serabi, sampai kripik apel. Haruto memang menjadwalkan hari ini sebagai hari perwalian, dan Nayeong adalah anak wali ke-5 dimana anak-anak wali sebelumnya juga membawa oleh-oleh.
"Apa tradisi di kampus kita harus bawain dosennya oleh-oleh ya?" ucap Haruto.
Tak selang berapa lama, tiba-tiba ada mahasiswi mengetuk pintu ruangan Haruto.
"Masuk saja," ucap Yoonbin dan mahasiswi tersebut menuju meja Haruto.
"Ada yang bisa saya bantu?" ucap Haruto pada mahasiswi tersebut.
"Ini Pak, saya bawa pai susu buat bapak." ucap mahasiswi tersebut.
"Kamu anak wali saya?"
"Bukan, saya mahasiswa yang menjadi ketua kelas di kelas bapak semester lalu."
Haruto langsung manggut-manggut. "Lalu yang saya bisa bantu apa?"
"Tidak ada, Pak. Saya hanya ingin berikan bapak oleh-oleh. Saya permisi dulu ya, Pak." ucap mahasiswi tersebut sambil pamit pergi.
"Wah, ngeri bener kamu, To. Sampe mantan murid kelas aja bawain oleh-oleh," ucap Yoonbin berdecak kagum.
"Yang aku bingung sekarang gimana bawa ini semua makanan ke apartemen nanti?" ucap Haruto sambil mengetukkan jarinya di pelipis kanannya.
"Sharing ama aku aja," ucap Yoonbin.
"Nope" ucap Haruto sambil meninggalkan ruangan.
"Salah apa hamba di masa lalu punya teman seruangan pelitnya kaya Haruto," ucap Yoonbin.
Haruto berjalan ke ruang Tata Usaha. Yang ia tahu mbak-mbak Tata Usaha punya segudang perkakak, mulai dari peralatan kantor macam bolpoint sampai peralatan makan macam piring. Haruto berharap ada kantong kresek besar atau tas besar untuk menampung oleh-oleh dari mahasiswanya disana.
"Cari apa Pak Haruto?" ucap mbak Tata Usaha sambil tersenyum manis. Haruto agak heran kenapa setiap orang, baik ibu-ibu cleaning service yang terkenal bermuka datar sampai Bu Sung Kyung, dosen ter-killer departemen Teknik Industri selalu tersenyum manis saat melihatnya.
"Mau cari kantong plastik atau tas besar tidak terpakai. Apa mbak punya?" ucap Haruto.
"Kalau tas ini muat tidak?" ucap mbak Tata Usaha sambil menujukkan tas selempang yang cukup besar.
"Oh muat," ucap Haruto sambil tersenyum cerah.
"Sebentar, saya keluarkan isinya dulu," ucap mbak Tata Usaha sambil mengeluarkan isi tas tersebut.
"Eh mbak, tidak usah kalau memang dipakai." Ucap Haruto sambil menggoyangkan tangannya untuk menandakan ia tidak jadi meminjam.
"Ngga papa Pak, ini saya pinjamkan. Besok bapak bisa balikan," ucap mbak Tata Usaha sambil menyerahkan tas tersebut.
"Baiklah, terima kasih sebelumnya," ucap Haruto sebelum kembali ke ruangannya.
"Balik balik udah dapat tas aja," ucap Yoonbin ketika melihat rekannya membawa tas ke ruangan.
"Dipinjami mbak Tata Usaha,"
"Mbak Yoo In-na?" ucap Yoonbin. Mbak Tata Usaha ada dua orang, Yoo In-na dan Jessi.
"Mbak Jessi," ucap Haruto santai.
"Demi Dewa Neptunus, seriusan? Itu kan mbak Tata Usaha yang jutek banget,"
"Moodnya lagi baik, mungkin. Tadi aja senyum manis sambil minjemin tas," ucap Haruto sambil memasukkan makanan yang bertebaran di atas mejanya.
"Wajahmu emang bawa hoki ya, To" ucap Yoonbin.
"Wajahku ngga bawa hoki, tapi ketampanan dari surga," ucap Haruto.
Yoonbin yang agak kesel dengan sikap narsis Haruto, tapi tidak bisa membantah karena itu sebenarnya fakta.
Ketika Haruto sudah sampai apartemen, ia melihat Jeongwoo yang sedang makan pizza.
"Pas banget nih," ucap Haruto sambil langsung mencomot pizza Jeongwoo.
"Duh, makanan kesukaan Jeongwoo ludes dilahap Haruto ini" ucap Jeongwoo sewot.
"Gimana ngga jomblo dirimu, Wo, kalau jelek dan pelit begini," ucap Haruto santai.
Jeongwoo langsung memukul kepala Haruto pakai sendok. Haruto tidak mempermasalahkan dan tetap asik dengan pizza di hadapannya.
"Eh To, kenapa bawa-bawa tas besar ? Kamu mau ngebom apartemen kita?" ucap Jeongwoo
"Enak aja. Itu oleh-oleh dari mahasiswa kampus," ucap Haruto.
Jeongwoo langsung membulatkan matanya dan menggeledah tas besar itu. Banyak sekali makanan di dalam tas tersebut.
"Ini semua dari mahasiswa?" ucap Jeongwoo sambil menunjuk isi tas tersebut.
Haruto hanya menganggukkan kepalanya.
"Kamu pelet mahasiswa biar ngasih makanan ya, To?"
"Enak saja, mereka ngasihnya gratis dan tanpa paksaan,"
"Gila, seumur-umur jadi dosen, belum pernah aku dikasih makanan. Malah mereka yang suka minta makananku," curhat Jeongwoo.
"Jangan sedih gitulah, Wo. Udah kamu makan aja. Bika ambon bukannya kesukaanmu?" ucap Haruto.
Jeongwoo langsung bersorak bahagia dan melahap nikmat bika ambon tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Treasure YG] Treasure as Lecturer
Fanfiction**Completed** Apa jadinya jika setiap member Treasure berubah haluan menjadi dosen? Story ini mengisahkan bagaimana cara member Treasure menghadapi berbagai tingkah mahasiswa dengan status mereka sebagai dosen muda. Terdapat cast-cast di luar Treas...