4. Planned

26K 1.2K 52
                                    

[ A N A S Y A ' S POV ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ A N A S Y A ' S POV ]

Bukannya mereka tidak mencoba.

Sebelum menikah, mereka melakukan pembicaraan soal bagaimana rencana hidup ke depan. Dimana mereka akan tinggal? Bagaimana pengaturannya? Apa Anas masih bisa tetap bekerja? Apa Saka punya masalah kalau mereka tinggal di rumah Anas? Apa mereka akan mengontrak dulu? Sewa apartemen? Langsung beli rumah?

Bagaimana pengaturan gaji? Siapa yang pegang? Bagaimana perhitungannya? Apa yang perlu dimiliki? Apa yang perlu ditambah? Atau malah perlu dikurangi? Apa mereka harus beli mobil lagi?

Lalu anak, tentu saja. Apa mereka mau langsung punya anak? Atau membuat program lain sebelumnya? Menunda? Menunggu?

Oh, dan mereka membuat prenup – atau prenuptial agreement, perjanjian pra nikah – yang, walaupun idenya datang dari Saka, tapi sebenarnya Anas sempat bertanya sebelumnya. Dia tahu soal perjanjian model itu, dia cuma gatau namanya. Dan waktu Anas tanya Saka, pria itu mengusulkan – well, dipikir-pikir lagi, sepertinya dulu itu dia lebih ke bertanya sih "Apa kamu mau prenup?" – dan Anas kemudian bertanya makin jauh.

Dan memutuskan iya setelahnya.

Oh tentu itu ditentang banyak orang awalnya. Dapat gunjingan. Jadi bahan pembicaraan. Termasuk dari keluarga.

Tapi untungnya, papa sama mama bisa ngerti. Mas Adit agak susah, tapi toh paham juga. Sempet mau berantem dulu sama Saka, mastiin itu bukan akal-akalan atau apa. Tapi pas udah dijelasin dan bahkan memang akan lebih banyak melindungi Anas – Saka rela kok pengaturannya dibuat demikian – akhirnya keluarga Anas on board with that decision.

Including the decision of Saka marrying her.

Cukup alot sih. Belum lagi mengingat fakta bahwa Tante Prita udah diceritain – entah apa aja – sama Tiara. Juga well, cerita yang kadung beredar. Penuh bumbu, tentu saja.

Tapi toh akhirnya mereka menikah juga. Buat Anas, sepanjang keluarga intinya – dalam hal ini ya cukup papa, mama, Mbak Adel dan Mas Adit – setuju dan mendukung, then she'll be fine. Dan restu empat orang itu udah cukup.

Well ralat. Lima, sama Opa.

Dan kalau balik lagi ke masalah soal anak – dan mungkin semua pertanyaan sebelum menikah lainnya itu – maka jawabannya adalah mereka memang sengaja tidak mau buru-buru. Gak nunda juga sih, tapi memang gak berencana secepatnya. Enam bulan pertama, mereka memang sudah sepakat belum serius soal anak. Tapi enam bulan setelahnya, malah makin pengen punya anak. Mungkin karena Saka yang sering lihat interaksi Bang Jere – seniornya – dengan anaknya kalau sedang video call.

Sementara Anas? Ya apalagi kalau bukan Abby yang sudah full time ke café sejak sekitar empat bulan lalu, dengan membawa anak laki-lakinya yang, kalau sekarang sih – enam bulan kemudian – akan berumur satu tahun.

Collide (Adult Content)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang