...
...
...
---bunda, itu si Renjun ga mungkin jadi korban kdrt kan?"
Papa!
Bunda hanya menatap Jeno dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Sepertinya lapor polisi adalah jalan yang tepat, Jeno."
"Jangan bun ah. Nanti Jeno kena kasus penculikan gimana?" Bunda masih bingung. Mereka juga tidak punya bukti kuat akan hal itu.
"Yaudah, kamu rawat Renjun sampe dia bener-bener sembuh sambil kumpulin bukti bahwa Renjun itu korban kdrt." Jeno mengangguk tapi sepersekian detik dia menganga.
"HAH?! T-tapi bun... itu.. nanti—masa—"
"Kamu yang bawa pulang, kamu yang tanggung jawab Jeno."
"T-tapi Jeno kuliah terus bunda juga kerja, siapa yang ngurus---"
"Kamu bawa aja ke kampus. Ayah kamu dulu sering kan bawa kamu."
"Ya elah bun. Ayah kan dosen jadi wajar kalo bawa anak. Jeno kan mahasiswanya bun masa Jeno bawa Renjun? Apa kata temen-temen nanti bun?!"
"Bunda ga peduli Jeno. Belajar untuk bertanggung jawab dengan apa yang telah kamu perbuat." Tubuh Jeno melemas dengan tiba-tiba.
"Haaahh.... bunda bingung deh, kenapa anak semanis Renjun di siksa ya? Orang tuanya mikirin apa sih? Seharusnya kan diumur segini dia sedang membutuhkan kasih sayang lebih." Ucap bunda sembari menghela napas panjang.
•
Hari sudah pagi. Jeno masih bergelut dengan alam mimpinya. Begitu pula dengan si manis Renjun. Tapi, Jeno merasakan sesak seperti ketindihan tapi kok---enteng? Apakah ini yang dinamakan sleep paralyze?
Kalau kata orang sleep paralyze itu sakit, kalian tidak bisa membuka mata walaupun sudah dipaksa. Jeno mencoba untuk membuka matanya.
---eh kok bisa?
Jeno membuka mata dan sesuatu yang pertama kali dilihatnya adalah rambut. Awalnya Jeno takut tapi kalaupun itu hantu tidak mungkin rambutnya pendek. Jeno menoleh untuk melihat ke kaca. Di seberang kanan tempat tidur Jeno ada lemari dengan kaca besar yang menempel pada pintu lemari tersebut.
Dia melihat sesosok anak kecil yang sedang tertidur di atas badannya seperti koala. Siapa lagi kalau bukan si manis Renjun? Jeno melihat pantulan wajah Renjun yang tenang, polos, dan menggemaskan sedang tertidur.
"Jun, bangun lo berat ih gua gabisa napas." Jeno bohong. Sebenarnya Renjun itu tidak berat sama sekali malah sangat ringan. Kalau kata bunda, badannya aja kurus kering gitu.
Jeno akhirnya membiarkan Renjun tidur di atasnya. Masih dengan posisi menghadap kaca, Jeno mengelus surai hitam Renjun.
"Kasian banget sih lo. Untung yang lo peluk bukan orang yang salah, Jun. Bahaya kalo seandainya yang lo peluk om-om cabul. Untung lo ketemu gua." Jeno membayangkan seandainya Renjun memeluk orang yang salah. Jeno tidak kuat untuk membayangkannya. Ia pun menggeleng. Tanpa sadar, Jeno pun bermonolog ria.
"Jun, nanti kalo ayah tau lo disini reaksinya apa ya? Kaget? Serangan jantung? Eh jangan sampe."
"Jun, kalo gua ngampus lo gua taro mana ya? Daycare? OIYA DAYCARE JENO SANGAT JENIUS!"
"Eh, tapi duit dari mana? Si bunda pasti gamau bantuin nih."
"Ya masa gua harus kerja sambilan? Ogah banget. Lagi juga kerja apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA! Noren [Remake || END✔]
Fanfiction"Njun cayang papa!" "Gua juga sayang lo, Njun" - Lee Jeno [Remake dari cerita Jungsushii] #8 in NOREN Sep 2020