Arrested

10.4K 1.7K 526
                                    

"Tuan Jeno kami tahan atas dugaan penculikan, penyiksaan, dan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur." Jeno terdiam mencerna apa yang baru saja ia dengar.
.
.
.

"HAAH!?!"

PAPA!

"HAAH!?!" Bukan Jeno. Tapi ayah dan bundanya.

Mereka terkejut. Karena awalnya, polisi hanya memberi tahu ayah dan bunda bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberi tahu Jeno bahwa Renjun sudah ditemukan.

Polisi dengan cepat menghampiri Jeno untuk memborgolnya karena status Jeno yang saat ini adalah tersangka.

"Lo gila?" Ayah dan bunda tidak bisa berkata apa-apa saat polisi mulai memborgol Jeno. Lidah mereka kelu.

"WOI! LO GILA KALI YA?! GUA UDAH NYEKOLAHIN RENJUN, GUA KASIH MAKAN, BAJU, TEMPAT TINGGAL, GUA RAWAT SAMPE ITU BADAN SEHAT SEKARANG, DAN LO NUDUH GUA NYIKSA DAN NGELECEHIN RENJUN? SINTING KALI LO!"

"Berdasarkan keterangan saksi dan korban, anda dinyatakan bersalah dan tetap akan kami tahan. Untuk itu dipersilahkan kepada bapak dan ibu untuk menyiapkan pengacara di sidang nanti."

"SAKSI? SIAPA SAKSINYA HUH?! KORBAN? RENJUN? MANA MUNGKIN DIA BOHONG TENTANG GUA! JANGAN JADIIN RENJUN ALESAN BUAT LO NAHAN GUA, BANGSAT! LO GATAU APA-APA TENTANG DIA DAN IBUNYA YANG UDAH KELEWAT SINTING!"

Jeno kalap. Ia sudah termakan emosi yang membuncah. Napasnya naik turun menahan emosi. Namun, karena tangannya yang diborgol, ia pun tidak bisa melakukan apa-apa.

"Kami tidak bisa memberi tahu siapa saksinya pada anda, tuan."

"ALAH BULLSHIT!"

"Udah, kamu tenang dulu Jeno." Kata ayah.

"GA BISA, YAH! ORANG-ORANG TOLOL INI HARUS TAU GIMANA JENO HARUS MATI-MATIAN NGERAWAT RENJUN SELAMA TIGA BULAN INI. GIMANA JENO KERJA DI PEKERJAAN YANG BENER-BENER ASING BUAT JENO SAMPE SETIAP HARI DIBENTAK ATASAN CUMA UNTUK NYEKOLAHIN RENJUN, NGASIH MAKAN ENAK, BAJU, TEMPAT TINGGAL, SEMUANYA YAH! BAHKAN JENO RELA DICIBIR ABIS-ABISAN SETIAP JENO BAWA RENJUN KE KAMPUS!"

"JENO CUKUP!" Jeno terdiam. Ayah telah meninggikan suaranya. Ya, ia membentak Jeno untuk pertama kalinya dalam hidup Jeno dan seketika atmosfer berubah menjadi sedikit mencekam dalam artian dapat membuat orang yang ada disana tertekan dan merasa sedikit tidak nyaman.

"Kamu tidak pernah ayah ajarkan untuk mengeluh, Jeno. Kalau seandainya kamu tau akan seperti ini, kenapa waktu itu kamu bawa dia pulang?! Kamu bisa ninggalin dia gitu aja kok, toh dia juga akan memilih orang lain! Iya kan?!" Jeno terdiam. Membenarkan perkataan ayahnya di dalam hati.

"Kenapa diem?! Harusnya kamu pikir itu dari awal! Semua itu butuh pemikiran matang Jeno! Dan satu lagi, ayah dan bunda sudah memberi kamu kepercayaan untuk menyelesaikan masalah ini tapi apa sekarang? Masalah belum selesai dan kamu udah mengeluh gitu aja? Kamu ga mikir perasaan ayah sama bunda seperti apa ngeliat kamu yang kayak gini, hm? Jujur ayah dan bunda sangat kecewa Jeno!" Jeno masih diam, mencerna kata-kata ayahnya. Ia tidak bisa berpikir jernih sekarang. Sedangkan bunda tengah menenangkan suaminya sembari menangis.

"Lihat mata ayah. Coba kamu pikir kenapa kamu waktu itu benar-benar ingin menyelesaikan masalah ini? Apa alasan utama kamu ingin repot-repot menyelesaikan masalah ini? hm...? Bukankah itu sesuatu yang sangat penting? Ayah ingin kamu merenungi semua itu dengan kepala dingin." Jeno menatap ayahnya yang tengah menatapnya tajam dan dalam.

PAPA! Noren [Remake || END✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang