5-[Balas budi]

2.2K 265 65
                                    

Dampak kejadian kemarin membuat Mamanya marah besar, Septian hanya bisa meringkus di sofa tempat ruang perawatan Luna, gara-gara kecelakaan kemarin, Luna ternyata patah tulang di bagian kaki hingga membuat fungsi kaki Luna bermasalah.

"Bang Ian, Mama mau ngomong sama kamu!" Lia berkacak pinggang di depan anaknya. "Jelasin semuanya, Bang!"

Septian menaruh bungkus keripik kentang yang diam-diam di tengah perdebatan ia cemili. "Emm... Kemarin Bang Ian ke rumahnya Akmal, terus ya gitu nggak sengaja nabrak, salah Luna sendiri Ma nyebrang jalan pake dengkul bukan pake mata-" Septian terpaksa berbohong karena ia takut diamuk para macan-macan yang bersemayam di aisi tubuh keluarganya, macan babon alias Lia dan Macan king alias Bara pasti akan mencabiknya hingga tersisa butiran debu.

"Heh, ya kamu itu yang ngendarain motor gak pake mata! Mulai besok kamu ke sekolah pake bis umum!"

Mendengarnya, Septian langsung melotot alay. "Ma, sumpah, Mama sama Papa kan sugih sih, masa biarin anaknya kere!" protes Septian.

"Nggak ada tapi-tapian! Dan... Mama masih buat perhitungan pada kamu kalau Luna benar-benar pincang!"

Sedangkan wajah Septian sudah butek seperti air kobokan, ia menatap nyalang Luna yang masih di rawat dengan perban meliliti kaki kirinya. Oke, semuanya gara-gara Luna. Nampak, Mamanya itu sedang meyakinkan Luna untuk Lia suapi, namun gadis itu menolak, menggelengkan kepalanya.

"Nggak papa, Lun... Biar tante suapi-"

"Dia itu anti di pegang sama orang jelek, Ma... Sok banget kan?" Septian ikut berdiri di sisi Lia.

Lia langsung mencubit pinggang Septian. "Diam, Bang! Kamu ngatain Mama jelek? Iya?!" Lia melotot horor, pelototan legendaris tersebut membuat nyali Septian ciut.

Septian meringis, menangkupkan kedua tangan nya di depan dada. "Ehe nuwun hapura, nyai..." Lia hanya bisa berdecak saja melihat kelakukan anaknya yang makin besar makin bobrok.

Lia pamit untuk menemui dokter yang merawat Luna, katanya ada hal yang ingin di sampaikan, jadi Septian yang harus menemani Luna kali ini.

"Lun-Luntass, kalo kaki lo gue jepitin di pintu lift sakit gak?"
"Lun, kalo lo gak mau makan biar lo yang gue jadiin makanan nya Dugong."
"Lo merem dong, jangan natap gue sinis gitu ntar suka sama gue."

Celotehan tak berguna Septian membuat Luna menutup telinga dan memunggungi Septian.

Lia kembali ke dalam ruangan dengan raut khawatir. Lalu mendekati Septian dan menarik tangan anaknya.

"Bang, Mama mau ngomong!"

"Hem apa? Ngomong aja Ma daripada di tahan kek kentut, huahaha..." Septian tergelak sambil menggigit kulit kuaci.

"Kamu harus nikahin Luna, Bang!"

Uhuk uhuk uhuk...
Sontak tiga butir kuaci tersangkut di tenggorokan Septian. Ia mendelik menatap Lia.

"Ma, sumpah nggak jelas banget, Bang Ian cuma nabrak doang, ntar Bang Ian ganti rugi operasinya deh, kok malah kawinin Luna!"

Lia menghela nafas, ia sudah mengira Septian akan menolak keinginan nya. "Masalahnya, Bang... Luna itu hidup sebatang kara, bulan-bulan ini tante nya yang ngurus juga udah meninggal, Mama gaakan biarin dia hidup sendirian, Bang... Kasihan-"

"Ya Mama asuh tuh kek anjing-"

"Bang!"

"Iye maap iye. Ya Mama asuh aja jadiin anak, enak gapake buat-"

Lia langsung menyumpal mulut Septian dengan kuaci yang banyak hingga Septian tersedak. "Mulutnya inii! Kamu jadi manusia itu harus tanggung jawab, Bang! Intinya Mama gak kasih pilihan, kamu harus tanggung jawab!" Lia melotot seram kearah Septian.

"Huu gaadil, kenapa gak ngawinin ama si Ilo sih, Ma... Bang Ian masih bocil." Septian mengerucutkan bibirnya sebal.

"Heh kebalik! Ilo itu masih SMP masa nikah sih?!"

"Bang Ian juga masih esema masa udah kawin sih?!"

"Tapi yang buat ulah nyangkutin anak gadis orang siapa?! Kamu kan Bang!"

"Iya, Kanjeng iya, Ian sebagai babu diam iya diam!" Septian mengepalkan tangan nya gemas, setitik rasa kasihan tak muncul saat mendengar kisah hidup Luna yang ternyata tinggal sendirian bersama tante nya, entah apa yang membuat Luna sampai memiliki fobia seperti itu Septian tidak tahu secara jelas, Luna terlalu tertutup untuk dirinya yang selalu terbuka, haha.

Septian duduk di kursi tunggu sambil berdecak malas, memikirkan semuanya. Ia harus tanggung jawab menikahi Luna, tapi gadis itu memiliki fobia yang tidak masuk akal sama sekali.

"Malam pertama gue masa diem-dieman anjay gaasik!"
"Terus, nanti abis ijab kobul gue cium apanya nih, orang di sentuh dikit aja pingsan, asem masa gue yang cium penghulunya sih?"
"Terus nanti kalau dia di dandanin, masa dandan sendiri si anyeng! Arghh Septi gila yaallah nikahi anak titisan setan yang anti sentuhan!"
"GUE GAMAU NIKAH SAMA ORANG AUTIS ANJING!"

*

"Jadi... Kamu setuju, Lun?"

Luna melirik tipis Septian yang melotot-lotot di balik Lia, Septian mengambil handuk kecil dan membuntalnya lalu mengarahkan garpu menusuk-nusuk boneka tersebut dengan bibir bergerak berucap. 'Kalo lo nerima gue santet'

Sedangkan Lia tersenyum selebar sayap bidadari, ia menatap hangat Luna yang diam, menatap datar semuanya.

Hanya anggukan kecil yang dapat membuat Lia tersenyum senang.

"Kenapa kamu nerima nikah sama Septian?"

"Karena saya gak bisa ngelunasin uang operasinya, Tante... Saya berhutang budi."

"Ya kerja dodol atau gak jaga lilin, ngeped gitu, berhutang budi telur kuda! Dahah Jengkol gue jengkol!" Septian berteriak heboh sambil terus menusuk handuk kecil di tangan nya seakan menyantet seseorang.

Ia segera melempar benda keramat penyalur sarana santet nya, lalu duduk di sebelah Ilo yang diam bermain ponsel.

"Kenapa lo butek amat kayak air got?" Callio menyahut sambil bersandar di sofa.

"Gue mo kawin, anying!" Septian menjitak kepala Callio, padahal adik nya ini sudah mendengar tentang perjodohan yang di rencanakan Lia.

"Wah enak dong, kalo malam ada yang nina bobo-in di puk-pukin, gue aja di nina boboin ama kucing nya Ila, anjai!"

"Makanya nikah sono!"

"Sama siapa, Bang? Gaada calon nya, udah muter keliling satu akhirat, sampe dapat voucher makan gratis di neraka." Sahutnya sambil melirik Luna yang sedang tertidur.

"Gue kasih nomer bininya malaikat izrail noh, asik bisa gelut sabet-sabetan pake celurit!" Septian bertepuk tangan.

"Gini mo nikah bobroknya ga luntur, kucek gih otak lo Bang, gue jamin si Luntas-"

"Luna, Luna woi!"

"Iyamaap Luna maksudnya gabakal mau sama lo, beneran- eh kok tangan gue sakit nying?!"

"Pasti santetnya ngalir ke saham lo, udah lo diem bae gausah bacot, urusan Luna mau apa gak sama gue gue gak peduli, yang jelas..."

"Apa? Apa?"

"Gue pas malamnya ada yang kelonin huahaha."

*

Heyooo Rhie kembali, jangan lupa vote+komen maaf update ny gak lancar masih sibuk ngejar-ngetik-ngerevisi naskah anjai🥴 belum lagi cari referensi😭 huhu cape akutu pen nyerahhh tapi gapapa Rhie kuat koo...

See you...
Kutinggal ngetik harus banyak vote+komentarnya nanti Rhie kasih undangan Bang Ian kawenn.

Married With Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang