11-[Bekal untuk Septian]

1.2K 127 28
                                    

"Jadi gimana menurut lo?"

"Ha?"

Dimas menghela nafas, menatap Septian dengan kesal karena di sepanjang rapat Septian hanya melamun saja, bahkan usulan dan penjelasan beberapa anggota OSIS seperti masuk di telinga kanan keluar di telinga kiri Septian.

"Rapat hari ini kita tutup, dan untuk anggota yang hadir di persilahkan untuk meninggalkan ruangan." Tangan Septian mencabut kabel proyektor, merapikan kertas-kertas berisi data untuk keperluan acara pensi dan memasukkan kedalam map biru. Ia segera bersandar di kursi.

Dimas memyambar botol air mineral dan meneguknya, lalu menepuk bahu Septian. "Lo kenapa, bro?" Tanya Dimas sambil duduk di sebelah bangku yang di huni Septian.

Septian menghela nafas. "Kepo lo, Juminten."

"YEU DASAR SEPTI DI KASIHANI!" Balas Dimas nyolot sambil menggetok kepala Septian dengan botol bekas air mineral yang sudah kosong.

Septian membalas hendak menghantamkan kepala Dimas dengan proyektor namun urung. "Gausah ngegas lo, babi. Gue doain matinya lo ketiban Elpiji sebelas kilo!"

"Gue doain lo mati kesamber petir, nyaut mulu lo kek petir!"

"Bodoamat, gue mati lo gue gentayangin!" Ancam Dimas.

Mendengar hal-hal berbau setan-setan Septian bergidik ngeri, selain takut kucing ia juga takut setan, ia akan berteriak pake toak jika ada pemadaman di rumah nya atau lampu mati hingga tukang PLN mendengar curahan hati Septian yang takut pada kegelapan.

"Gue gentayangin lo ga peduli mo berak, ngupil, tidur, ampe mampus!" Tambah Dimas sambil mengangkat tangan nya memperagakan hantu yang persis di film Bernafas dalam sempak eh kuburan.

"Ntar lo takutin gue, gue lempar tai wajah lo! Dah ah pembahasan macam apa ini." Septian melongok kan kepala nya saat melihat sekelebat bayangan Luna melewati ruang OSIS yang pintu nya terbuka. Septian segera beranjak menyusuli Luna meninggalkan Dimas sendirian di ruangan tersebut.

Ia masih marah pada Luna, di saat dirinya dalam mode kere alias naik bis kesekolah harus nya Luna menemani nya, karena hakikat istri susah senang bersama suami, tapi ini tidak susah senang bareng selingkuhan. Sebut saja Septian cemburu.

"Lun! Culun!"
"Woi es serut! Es degan, es Mirjin, es batu!"
"Ga nyaut gue doain janda ampe mati lo!"

Baru mau menyumpahi Luna dua jilid full, mulut pedas Septian bungkam saat Luna menengoknya sinis. Tanpa menyahut pun Septian sudah mengoceh panjang lebar.

"Lo ye gak takut apa gue kutuk karena lo durhaka sama su- eh..." Buru-buru Septian menampar bibirnya sendiri karena hampir keceplosan, Luna yang mendengarnya pun ikut geregetan dengan mengepalkan tangannya.

"Biasa aja kali natapnya oi, gue colok mata lo pake sapu lidi!"
"Ape? Ga terima lo? Sini maju betumbuk kita!"
"Eh beneran maju lo!"

Septian panik saat tantangan nya kini di terima dengan senang hati oleh Luna, entah Luna yang jahil atau Septian yang terlalu takut, Septian malah memundurkan langkahnya menatap panik Luna yang sudah di liputi kobaran kemarahan.

"Barcanda, serius aje hidupnya!" Sahut Septian. Ini yang di namakan suami takut istri, orang istrinya saja modelannya semenyeramkan ini.

"Jangan lupa makan"
Luna berbalik, hendak melangkah namun ia kembali membalik tubuhnya, tangan yang ia sembunyikan di belakangnya kini terangkat maju, di tangannya ada satu buat pouch kotak makan yang ia tenteng, lalu menyelipkan di gagang pintu ruangan OSIS di dekat Septian, segera ia langsung berjalan meninggalkan Septian yang termenung.

Septian melirik kotak bekal pemberian Luna dengan mata yang berair.

"Sial gue terhura" lirihnya, lalu sedetik itu ia terbahak-bahak seperti orang gila mengintip tutup kotak bekal berwarna pink dengan sendok dan garpu seperti bayi.

Tak mau di tatap lama2 oleh orang-orang, Septian segera membawa kotak bekal tersebut dengan menyembunyikan di belakang tubuhnya, ia mengendap-endap layaknya maling agar orang-orang tidak melihat kotak bekal berwarna pink bunga-bunga lucu bisa jatuh harga dirinya.

Di sepanjang jalan menyusuri lorong banyak yang menyapa Septian, ia merasa seperti menjadi artis papan tulis.

Setelah memastikan rooftop ini cukup aman tanpa ada seseorang, Septian membuka pelan-pelan kotak bekal tersebut. Ia menahan tawa saat kotak ini berisi bento yang di bentuk-bentuk entah apa bentuknya menggemaskan sekali untuk dirinya yang terlalu dewasa ini.

Ia meraba kotak bekal tersebut dan menemukan sebuah sticky note bertuliskan...
'Semoga bayi lo sehat-sehat'

Sialan, ia baru ingat bahwa kemarin dirinya meminum Prenagen.
"Ya walaupun gue belom bisa maafin lo gegara kemarin lo racunin gue kasi minum Prenagen, tapi... Ah bodoamat lah anjeng!"

Septian segera menyendok kan nasi kedalam mulutnya, ya lumayan enak untuk dirinya yang sekarang keadaan nya tengah busung lapar karena rapat tadi.

"Bisa aje dia ngerayu gue pake cara gini, dasar culun"
"Mana enak lagi gue kan jadi pengen nambah tapi gengsi"
"Ternyata es batu bisa masak juga, gue kira masak aer doang"

Cerocos Septian sepanjang ia memakan bekal buatan Luna. Tak di sadarinya Luna sudah berdiri di balik tembok mendengar semua percakapan absurd Septian mengenai dirinya, ia hanya terdiam disana dengan raut datar.

***

Haii masih inget gaaa? Maaf ya ga update sekian abad, ya tau sendiri aku juga sibuk+mager update gaada ide gitu ini juga garing haha dikit pula semoga nanti aku juga bisa update semuaaaanyaa rutinn aminn doain aja yaa
See uu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married With Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang