Sejak kejadian kemarin Luna benar-benar mengusir kehadiran Septian di kamarnya, ia sangat malu sekali. Seperti saat ini Luna akhirnya menyerah, menatap sinis Septian yang cengar-cengir membawa satu kantong camilan dan duduk di kursi dekat meja belajar.
"Jangan natap gue gitu dong, mau gue terkam? Udah gue kunci lho..." goda Septian sambil menunjuk pintu dengan tawa terbahak-bahak.
Luna hanya bisa mendesis, merapatkan selimut dan memunggungi Septian yang tak lepas menatapnya. Septian beranjak saat mendengar suara bel pintu utama. Ia ternyata kedatangan kurir pengantar pesanannya, berhubung Luna tidak memasak- dan Septian tidak mau mati kesumpal masakan Luna yang terbanting jauh dengan masakan Mamanya. Setelah membayar semua tagihan pesanannya, Septian membawa kotak box chicken katsu dan sebotol minuman herbal.
Septian melemparkan botol tersebut di dekat kaki Luna hingga membuat gadis itu terbangun. "Noh minum, air kumur-kumur dukun sama air sesajen." Jawabnya ngawur sambil membuka box makanan.
Luna mendudukkan tubuhnya dengan susah payah, meraih botol dengan kemasan berwarna oranye yang tak asing di penglihatannya. Setelah memastikan isi dari botol tersebut, Luna tersenyum masam, melempar botol dengan merk KIRANTI di sebelah nya lalu kembali menutupi tubuhnya dengan selimut.
Sedangkan Septian sudah bersendawa lebar sambil mengusap perutnya.
"Lah, Lun kenapa ini gak lo minum?" tanya Septian sambil mengangkat botol tersebut.
Luna tak merespon, akhirnya Septian membuka tutup botol tersebut dan mencium baunya. "Hah apa nih? Jamu... Jamu kuat? Wagelaseh, worth it ini pasti!"Tanpa aba-aba ia sudah meneguk jamu botolan itu hingga habis, Luna yang merasa janggal akhirnya menyibak selimutnya dan menatap aneh Septian yang masih menyecap rasa minuman jamu tersebut.
"Kok rasanya kayak kobokan tangan dakjal sih?" gumamnya sambil membalik botol dan membaca kemasan tersebut. Raut mukanya langsung memerah menatap nyalang Luna. "LO GAK NGOMONG KALO INI BUAT BETINA?! ANJAI SEPTI BENERAN JADI CIWI-CIWI YATUHAN"
Luna menutup kedua telinganya dan menatap jengkel Septian.
Sedangkan Septian sudah menyesal dan menyudutkan dirinya di sudut kamar serasa ternodai.
"Septi gak nyangka kenapa bisa minum jamu buat menstruasi, kalo burung gue berdarah gimana anjai ngeri..." Septian bergidik ngeri.
"Gausa alay." Sinis Luna sambil menyuapkan sesendok chicken katsu yang Septian taruh diatas nakas.
"Heh gue gak mau burung gue jadi gua hira! Enak aja... Nanti lo mantab-mantabnya gimana?" ketus Septian sambil duduk di tempat semula. Ia meraih gua gelas susu dengan warna berbeda. "Ini buat gue semua ya lo kan udah ada susu-"
Luna melotot garang saat Septian menunjuk... Ah lupakan.
"Iya, iya galak banget kek anjing rabies, nih rasa Kelengkeng eh mana ada anjing, adanya Rasa Pepaya." Cerocos Septian sambil menaruh susu berwarna putih di nakas. Sedangkan dirinya membawa satu gelas susu rasa coklat.
Baru saja menandaskan segelas susu, panggilan masuk kedalam ponselnya, mau tak mau Septian menaruh susu tersebut di meja.
"Halo dengan kaepsi, jasa penggal kepala dan cuci jenazah?"
'Yan, kamu Mama kebiri ya!'
"Ampun, Kanjeng... Iya ada apa Nyai?"
'Luna udah minum jamunya?'
"Belum, Bang Ian yang minum Ma-"
'Astaga Bang, yaallah kamu kayaknya perlu les keahklakan dan keadaban nih!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua Osis
Roman pour Adolescents[Atmadja series] "Jika lo kulkasnya mau dong jadi stop kontak nya..." Septian Wira Putra Atmadja bertemu dengan cewek yang memiliki fobia pada sentuhan atau di sebut dengan Haphephobia. Luna itu dingin dan tertutup, ia membenci keramaian, ia membenc...