1-[Awal]

6.5K 422 76
                                    

"Assalamualaikum ya ahli kubur, terimakasih untuk rakyat Dakjal yang sudah memilih saya menjadi ketua kelas, semoga dosa-dosa kalian di terima Allah dan pahala-pahala kalian di hapuskan, al fatihah..." Septian dengan tidak malu memimpin doa di depan kelas sok khusyu' yang mengundang gelak tawa, unjuk rasa, demontrasi dan lain sebagainya.

"Weleh-weleh kurang panjang azabnya tuh." Celetuk sahabat karib Septian yang bernama Akmal.

"Hadirin tante-tante dan bandot-bandot yang di laknat, Terimakasih sudah mencoblos saya dengan nomor peserta 3, selamat kalian akan menempuh hidup baru di kelas jahannam ini..." Septian kembali menyambung pidatonya yang di sambut gelak tawa oleh semua anggota kelas, memiliki ketua kelas yang somplaknya tingkat surga memiliki kebahagiaan tersendiri.

Septian akhirnya undur diri, ia berjalan sombong menuju bang ku nya, laki-laki berseragam putih abu-abu itu melirik jam yang tertempel di dinding kelas. "Yok ah cabut gue traktir mie gelas atas apresiasi pelantikan anak presiden bikini batem"

"Yaahh.." semua berteriak kesal, apa-apaan orang kaya menraktir mie gelas yang harganya... Seribuan.

Septian terkikik jahil. Ia duduk dengan santai di sebelah Akmal.

"Septi..." goda Akmal mencolek lengan Septian, oke Akmal bukan pembelokan akal, ia masih demen sama cewek kok, tapi entah kenapa menggoda sahabatnya itu sangat menyenangkan seperti di kibasi angin dari rok-rok bidadari.

"Hm nama banci gue terpanggil" Septian langsung menggetok kepala Akmal kuat. "Tuh mampus tuh lepas tuh otak."

Ia benci harus di panggil dengan nama menjijikkan 'Septi' yang di karang langsung oleh Akmal dan berlabel halal di belakangnya dan ber-ISBN.

"Kuy ke kantin."

"Lah ngapain?"

"Jual pecel sambil kayang! Ya makan lah begok! Tolol lo ber-ISBN dah."

Septian dan Akmal langsung keluar kelas tanpa dosa padahal guru piket sudah memberi tugas.

Selama di perjalanan bibir Septian menceng kesana-kesini bersiul menggoda gerombolan cewek yang kegenitan sampai kegatalan minta di garuk dengan kasih sayang. Matanya terus aktif menjelajah wajah-wajah bidadari surga penjaga nasi pecel kelak di neraka.

"Astagfirullah ughtea auratnya dijaga..." Septian nyeletuk pada seorang perempuan yang berpakaian ketat, rok diatas lutut, seragam ketat hingga membuat lubang-lubang disekitar kancing, meskipun menggiurkan Septian tetap sok suci menjaga wibawanya.

Tiba-tiba saat berada di kantin, matanya menangkap sosok perempuan bersama datar, perempuan tersebut tengah berdiri mengantri pesanan dengan wajah dingin nya. Selintas ide muncul di benaknya.

"Woii ada es serut nih, asli made in kutub timur." Sontak seluruh kantin memandang perempuan yang di tunjuk oleh Septian.

Merasa menjadi pusat perhatian dan di permalukan, Luna memejamkan matanya sesaat sebelum ia merapikan kembali poni dan rambut pendeknya agar menutupi wajahnya.

"Mana ada kutub timur, babi." Komentar Akmal sambil duduk santai di sebelah Luna yang sudah duduk bersama satu mangkok bakso. Sontak Luna berdiri, ia tidak pernah mau berdekatan dengan sesama atau lain jenis, ia akan menghindar dan memilih duduk mengeper daripada duduk bersama orang asing.

Septian tiba-tiba mencekal tangan Luna agar duduk kembali, justru reaksinya membuat Luna melotot dan membeku beberapa saat, tubuhnya melemas, nafasnya tersengal, wajahnya pucat, Septian dapat menangkap reaksi tidak biasa dari Luna.

Luna berusaha menghindar, dadanya sudah sesak, matanya memerah, dadanya menyempit, ia berusaha mencari tempat sepi, Luna berjalan tertatih hingga tubuhnya beberapa kali oleng dan ambruk.

"Lumba-lumba?!! Eh tolol maksudnya- luntas siapa namanya Mal?" di saat getir seperti ini Septian salah sebut nama juga, malu-maluin martabak eh martabat. Belum lagi ia dengan natural dan polos bertanya siapa nama gadis yang baru saja ambruk ini.

Akmal menepuk jidat nya, tak banyak omong ia segera mengangkat tubuh Luna, namun di cegah oleh Septian. "Eh eh enak aja, gue yang bikin mati- maksudnya pingsan, gue juga yang gendong."

"Lah, gendong anak orang itu berat nyet, ngapain lo mau-mau aja."

"Hehe... Ada enaknya, nemplok gunung Kelud tanpa ke Kediri cuy" Septian menyahut enteng sambil menarik tubuh Luna. Akhirnya mereka tarik-tarikan tubuh Luna yang tak berdaya.

"Heh kalian ini malah rebutan, tolol banget itu mau mati itu woi!" teriak salah satu siswa yang geram melihat keduanya masih berebut seperti anak kecil berebut mainan.

Septian yang tersadar langsung membawa tubuh Luna menuju UKS dan membaringkan diatas brankar, dan langsung di tangani oleh beberapa petugas PMR yang menjaga.

"Dia mati gak? Butuh nafas buatan?" tanya Septian abstrak sambil menyengir.

Petugas PMR itu hanya geleng-geleng kepala, ketua OSIS yang gantengnya gak ketulungan namun sifatnya bobrok, konyol, sengklek, semprul dan banyak sebutan untuknya. Septian merupakan idola sekolah yang gantengnya mencolok satu kabupaten.

"Aku Kak butuh nafas buatan!" tiba-tiba salah satu PMR menatap Septian genit.

Septian membuang muka. "Dih najis, ciuman gue buat istri gue kelak." Sahutnya sambil melirik-lirik tirai yang terbuka sedikit, menampakkan Luna yang bersandar di kepala brankar dengan nafas sedikit terengah.

Septian melangkah dan menyibak tirai tersebut, lalu duduk di sebelah Luna tanpa mengingat dosa.

"Jadi si tuyul ini kenapa?" tanya Septian sambil menunjuk Luna dengan jari tengah nya. Oke, jin satu ini minta gelut, tapi Luna hanya diam sambil memalingkan wajahnya.

"Emm, kita belum periksa soalnya Kak Luna nggak mau di sentuh-"

"Gue sentuh mau gak? Bonus mahar emas satu kilo." Sela Septian jahil. "Sok jual mahal lo, eh denger ya lo itu di periksa bukan mau di nana-ninu sama dia..." Septian menunjuk salah satu petugas PMR. "Dia juga lurus kok gak belok apalagi zig-zag."

Luna hanya diam, Septian berkesimpulan bahwa Luna itu bisu.

"Heh lo bisu ya, sini gue ajarin dari materi bayi, ayo lo bilang Mama Papa bisa gak?"

Petugas PMR sudah geleng-geleng kepala saja melihat kebobrokan kakak kelasnya itu, sedikit semprul tapi menghibur, lucu juga jahil di balik wajah tampan nya.

"Gue bisa ngomong."

Septian terkesima. "Wah anjir perlu di laminating nih suara lo, ayo yang keras nak bersyahadat, asyhadu Allah ila ha illahlah..." Septian seperti Pak Ustad dadakan yang mengajari orang non muslim menjadi mualaf.

"Gila" Gumam Luna dingin sambil beranjak dari brankar.

"Kalo lo nginjek ubin gue cium."

Luna tidak memedulikan, ia terus berjalan meninggalkan UKS.

"Woi kalo lo keluar UKS gue raba."

Baru saja mencekal tangan nya Luna sudah ambruk kembali.

Oke, mati suri jilid ke dua.

*

Ada yg rikuess buat Squell Bang Ian... Pasti tahu dong siapa Bang Ian ituu? [MF lovers mana suaranya wkwk]
Jangan lupa ramaikan lapaknya Bang Ian ini yaa... Laf yuu

Married With Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang