Septian duduk di tepi lapangan dengan kaki menyelonjor, kedua tangan nya di tumpukan diatas tanah, wajahnya mendongak penuh keringat membasahi dahinya. Tangannya terulur membuka segelan botol mineral di tangannya, lalu meneguknya cepat.
Belum sampai masuk ke perut, air tersebut sudah tersembur keluar dari mulutnya saat seseorang menepuk bahunya cukup kencang.
"Woee kalo mau gelandangan yok bareng-bareng sok miskin lo!" Akmal menepuk bahunya cukup kencang.
Septian mengguyur wajah Akmal dengan air yang berada di botol yang tersisa setengah. "Mati kesedak sesajen lo! Anjing banget untung gue gak mati muda dalam keadaan perjaka!" ketus Septian sambil membuka jerseynya, menyisakan tubuhnya yang di penuhi oleh otot-otot keras yang tercetak rapi di bagian perut, dada dan lengan, semua ini berkat usahanya olahraga tiap pagi selain molor dan nyemil, benar-benar hidup Septian layaknya tuan putri yang jika berkata A akan diberi A dalam kurun waktu kurang dari setahun eh sedetik.
"Minum ape lo? Pedes banget tuh mulut doain gue kesedak sesajen, gue colok mata lo pake dupa ya!" Akmal merebut botol dari tangan Septian dan meneguk sisa nya.
"Lo minum satu botol sama gue, berarti kita udah..." Septian melirik geli Akmal, lalu melanjutkan ucapan nya. "Kita udah ciuman, argh... Fist kiss Septi- aw babi sakit anjing!"
Akmal terus menghujani Septian pukulan botol di kepalanya agar otaknya steril kembali. "Gue santet lo lama-lama, njing kesel gue, zigzag ya lo!"
"Gue bercanda, nyet. Baperan pake softek noh!" Septian meraup wajah Akmal, lalu memakai jerseynya kembali dan segera melapisi dengan jaket bomber hitam miliknya. "Septi pulang neng Malika, babay..."
Kumat lagi, Akmal sampai harus melepaskan sepatu futsalnya untuk memukul wajah Septian yamg menjijikkan. Septian hanya terkikik saja segera pulang karena Mamanya sudah membombardir berbagai pertanyaan tentang kepulangan nya.
*
"Yuhu dengan kaepsi? Paket lengkap sesajen dan es comberan, murah lho kak hanya jual ginjal-"
'Diem lo, babi. Lo mau tau nggak?!'
"Duh kasar Septi nggak suka... Daapa bangsat?" nadanya berubah meninggi.
'Lo tau...'
"Yaa?"
'Lo tau kalau...'
"APAAN ANYENG! GUE KEPO DAJJAL!" Septian langsung naik pintam tanpa etika langsung ngegas hingga membuat beberapa urat lehernya menonjol.
'Santai dong, ngegas babunya firaun nih. Sekarang lo ke club-'
"Maaf Septi ukhti, haram haram..." balasnya sambil terkikik.
'Lo nggak mau kesini gue jamin pacar lo udah ngamar sama cowok lain!'
Spontan, Septian langsung berjengit kaget. "Serius? Sela selingkuh?! Dasar l*nte babi!-"
'Daripada lo cuma maki-maki yang bikin kuping gue ngelag, mending lo langsung ke orangnya, jangan kasih kendoorr! Gue di belakang lo...'
"Lah ngapain, nyet di belakang gue? Nyemangatin gue?"
'Enggaklah, babi... Gue di belakang lo jualan bakwan sambil teriak yang anget yang anget, terus abis lo baku hantam sama selingkuhan nya Sela gue kasih racun dajjal biar sekalian tidur di alam kubur.'
"Hm iya iya bacot kali kau, dah ah gue mau cabut! Tungguin gue, kalo dia maju gue mundur, gue mana berani maju sendiri."
Tutt...
Septian bergegas menyambar kunci motor miliknya, tanpa basa-basi ia sudah menuruni tangga dan keluar dari rumahnya dengan cepat, lalu segera mengambil motornya dan menyalakan mesin nya. Septian segera memacu laju motornya diatas rata-rata hingga ia sudah memarkirkan motornya di depan sebuah club tersembunyi, namun di dalamnya ia gemerlap lampu disko dan suara musik ala club langsung menyambutnya, bau alkohol tercium jelas, banyak wanita-wanita penggoda dengan pakaian serba mini mengumbar aurat tengah melakukan berbagai aktifitas seperti menari, melayani pelanggan, minum-minum dan menggoda pelanggan, Septian hanya bisa menghela lamgkahnya tak tergoda pada jalang yang bertebaran menggodanya.
"Mal..." sapanya.
Akmal langsung menghampiri Septian, lalu menariknya menuju sebuah bar yang di penuhi oleh beberapa orang dengan aktifitas terlarang. Mata Septian langsung berkilat melihat sang pacar yang tengah duduk di pangkuan om-om gadun.
"Sela!" ia langsung menarik bahu Sela cukup kuat hingga perempuan itu terdorong cukup kuat. "Oooh jadi lo main nya sama bapak-bapak bau minyak urut nih? Apa gak sekalian kakek-kakek tuh?!" sinisnya.
"Septian... Aku bisa jelas-"
"Siptiin... Iki bisi jilisin. JELASIN TELOR BAPAK KAU! DAH KITA PUTUS!" Septian menepis tangan Sela hingga gadis itu terdorong kembali ke pangkuan om-om genit berbau minyak urut.
Sedangkan Septian duduk di kursi bar dengan nafas memburu, amarahnya membeludak.
"Gue haus..." Septian mengangsurkan beberapa lembar uang diatas meja bar. Barista tersebut dengan sigap menuangkan minuman terlarang tersebut di dalam gelas kecil dan langsung Septian teguk.Tak bisa terdeskripsikan bagaimana yang jelas Septian serasa pusing, ia bahkan meracau beberapa kali. Akmal datang langsung memapah tubuh Septian keluar dari club.
"Sadar woi, masih bocah gini main minum-minum, segelas udah pusing cemen lo!" bukan nya membantu menyadarkan Septian, Akmal malah mengolok-olok Septian sambil menoyor keningnya.
"Kuy ngamar..."
PLUAAKKK!
"Sadar woi! Ini anak udah belok-belok menanjak nih perlu di luruskan!" Akmal menggerutu sambil meninju lengan Septian.
Ia membeli minuman berperasa lemon yang katanya dapat menghilangkan rasa mabuk. Septian langsung meneguknya, perlahan mabuk nya pun berangsur, tidak separah tadi.
"Gue mau pulang..." ujarnya singkat sambil menyalakan mesin motornya.
"Lo masih setengah mabok, kambing! Udah nebeng gue aja!"
"Li misih sitingih mibik, kimbing! Idih nibing gii ijii! Bodoamat Malika bacot gue patah hati!"
Tanpa bisa di cegah, Septian sudah melajukan motornya membelah kegelapan malam sendirian dengan sedikiti mabuk menggelayuti, matanya beberapa kali memburam dan pusing kepala juga terkadang menyerang. Bertepatan saat matanya memburam, ia tidak melihat seorang gadis yang tengah menyebrang di depan halte bus yang sepi hingga dirinya yang mendadak tidak bisa mengendalikan motornya dan terlanjur menabrak gadis tersebut. Septian berusaha mengerem motornya dan mengendalikan motornya namun naas, nasi sudah menjadi bubur, tubuhnya terjatuh tertimpa motor dan gadis yang ia tabrak pun tubuhnya sudah terpental beberapa meter dari nya.
Septian mengusap siku nya yang berdarah, bahkan jaketnya sampai sobek di bagian siku hingga menembus permukaan kulitnya. Septian berusaha membangunkan motornya yang menindih tubuhnya sendiri, yang ia pikirkan nasib gadis yang tak sengaja ia tabrak.
Matanya membelak lebar saat melihat tubuh gadis yang ia tabrak meringkuk dengan darah merembes di bagian kaki. Saat ia mencoba membalikkan badan gadis tersebut alangkah terkejut luar biasa.
"Lu... Luna?!"
*
Mau diapanih neh Luna-nya🙈🙈 jangan lupa vote+komen, satu bab menunggu kalian noh di draft, akhirnya Rhie bisa lepas dr kerjaan dan nulis Bang Ian dua chapter jam 12 malam, alhamdulillah ada longgar, doakan jadwal apdet Rhie lancar ya, ini nulis IY gakelar2 masih 9 part anjai😭
Oke bacot, see you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua Osis
Teen Fiction[Atmadja series] "Jika lo kulkasnya mau dong jadi stop kontak nya..." Septian Wira Putra Atmadja bertemu dengan cewek yang memiliki fobia pada sentuhan atau di sebut dengan Haphephobia. Luna itu dingin dan tertutup, ia membenci keramaian, ia membenc...