9-[Daun Pandan]

2.3K 250 33
                                    

Septian menarik brutal dasi yang melingkar di kerah seragamnya, lalu segera menghempaskan tubuhnya di sofa, memijat pelipisnya yang berdenyut. Mendekati pensi yang diadakan seminggu setelah MOS berlangsung membuat Septian yang notabene nya sebagai Ketua Osis pun jadi sok sibuk katanya ada urusan negara.

"Gimana besok gue jadi presiden ya, pasti botak sebelah nih, anjai gue santet buat yang milih gue sebagai kandidat ketua Osis!" gerutu Septian sambil membalik-balik kertas berisi semua perencanaan untuk pelaksanaan pensi. Besok ia harus rapat lagi, memantau anak-anak pensi, meskipun di bantu para anggota disinilah Septian yang berkorban besar seperti Kepala Keluarga republik SMA Nusa Pemuda atau di singkat SMA Nuspem.

Sambil membaca berkas-berkas data peserta pensi, matanya melirik Jendela yang berkabut akan embun, hari ini hujan, Septian beruntung bisa pulang sebelum hujan di guyur deras, namun satu pertanyaannya, kemanakah Luna? Apakah istrinya itu baik-baik saja? Apa kehujanan? Atau sudah hanyut di kali Ciliwung?

Septian mengendikkan bahunya tak peduli, beberapa menit terbuang untuk bermain ponsel, namun hatinya mendadak mencemaskan Luna.

Jangan-jangan Septi udah jatuh cintrong sama Luntas itu? Ah tidak! Septi masih ada harga diri yang harus di jaga.

Gumamnya asal sambil melirik pintu rumah yang masih tertutup, berharap pintu tersebut terbuka dan kehadiran Luna disana, namun tidak sampai ia ngorok dan mencetak iler satu samudra barulah Septian terbangun saat mendengar deru mesin mobil.

Septian melangkahkan kakinya menuju jendela, mengelap embun tersebut agar pemandangan kaca bisa jelas, ia melihat Luna keluar dari mobil tersebut tanpa takut terkena hujan. Kehadiran seorang cowok membuat Septian memincingkan matanya melihat wajah cowok tersebut namun samar teredam kabut hujan. Sampai Luna sudah berjalan kecil membuka pagar, lalu melepas sepatunya dan membuka pintu.

Luna melirik Septian yang memasang wajah sok garangnya dengan melipat tangan di dada. "Oooh jadi selingkuh nih?"

Luna hanya diam, menggesek telapak kakinya di keset agar titik air hujan yang merembes di sepatunya tidak memberikan bercak di lantai putih rumah.

Baru saja membuka mulut lagi, Septian cukup di bungkam saat melihat di balik seragam Luna yang tembus ia bisa melihat... Astaga, kedua pipinya sungguh memerah, ia memalingkan wajahnya.

Anjai gue bisa liat gunung berapinya pake beha. Septian membatin sambil melirik-lirik Luna yang tidak sadar bahwa seragam putihnya menembus terkena air hujan. Luna masih membersihkan kedua kakinya.

"Ehmm, gunung..."

Gadis tersebut berhenti menyampirkan tas nya pada gantungan di sebelah pintu, menatap Septian yang menunduk dengan wajah memerah.

"Nembus woi! Gue bukan dukun tapi gatau kenapa gue bisa liat tanpa pake mata batin." Luna mengikuti arah jari Septian yang menunjuk...

Buru-buru Luna menyeret langkahnya dengan cepat untuk menutupi seragamnya yang ternyata menembus, di sela wajah datarnya diam-diam ia menyimpan malu amat luar biasa. Luna berbalik meninggalkan Septian, namun pandangan cowok itu mengarah pada rok belakang abu-abu Luna yang sekarang berubah warna menjadi merah.

"Lu-Luntas... Lo sundel bolong belakang ya?" wajahnya mendadak pias, belum lagi melihat wajah Luna yang pucat dengan rambut tergerai menutupi sebagian wajahnya yang menambah kesan seram.

Luna menoleh.

Septian serasa di intimidasi oleh sundel bolong saat ini terlebih melihat ada bercak darah di bagian rok belakang Luna.

"Lo-lo abis bunuh orang terus lo dudukin ya darahnya?"
"Atau lo abis makan orok terus mencret darah?"
"Atau lo... Keguguran? Anjai gue mantap-mantapin elo aja belum apalagi hamil, plis gue gak mau tanggung jawab itu bukan anak gue lo inget terakhir mantap-mantap sama siapa jangan bilang gue."

Luna meraba rok belakangnya dan benar saja, sontak ia menambah laju jalannya dengan terseok menuju kamar mandi, belum sampai menyentuh knop pintu, tubuhnya sudah limbung dengan darah mengalir di paha bagian belakang. Septian menjerit, tak tahu harus apa.

"Gue gak siap di penjara dalam status duda, Septi harus apa tuhan?" gerutunya sambil mondar-mandir. "Masa di hamil, siapa sih yang perkosa anak autis macam dia eh gabole ngatai istri pahal eh dosa."

Akhirnya ia memutuskan untuk menelfon sang Mama dan membantunya untuk menangani Luna yang masih tergeletak di depan pintu kamar.

"Kamu apain Luna Bang, yaallah... Mama bilang nggak usah hamilin Luna dulu! Kalo sampe Mama dapat kabar buruk, Mama jadiin es potong burung kamu!"

Glek...
Septian menelan ludahnya membayangkan, ah jangan seram sekali. Mau protes bahwa ia saja belum menananninu si Luna namun ia kalah telak, laki-laki selalu salah di mata perempuan jadi ia diam saja.

Septian hanya bisa membalik badannya saat Lia menggantikan baju Luna, pingin sih tapi di pelototi ibu peri nggak berani jadinya.

"Mungkin cuma menstruasi, kamu beliin pembalut ya Bang." Lia menaruh handuk kecil di dahi Luna yang masih dalam keadaan pingsan.

"Pe-pembalut? Apatuh? Semen? Atau produk makanan baru?"

"Gausah sok polos Bang! Udah beliin pembalut! Gpl!"

"Kemana Ma belinya? Toko bangunan? Warnet? Wateg? Cafe?"

Lia ingin saja menghantam kepala anaknya namun sayang. "Ke mini market Bang yaallah!"

Alhasil Septian hanya bisa manut, menyambar motor miliknya dan melawan hujan dengan sehelai mantel hitam yang membalut tubuhnya. Kini Septian sudah sampai di mini market, ia langsung ngacir setelah membuka mantelnya.

Sudah keliling mencari rak khusus untuk pembalut, bahkan ia mati-matian jalan tetakhir yaitu bertanya pada mba-mba kasir.

Ia sudah berdiri di depan benda keramat kecewek-cewek an dengan bervarian jenis.

"Hello kitty? Bisa request upin-ipin atau gak doraemon aja sih? Kiko juga bagus tuh ada ikan-ikanan nya kan lucuk!"

"Buat malem? Emangnya kenapa? Ada gerhana nya ya?"

"Cooling fresh? Emangnya ada AC nya gitu wih canggih, pen nyoba jadinya sama Malika haha."

"Daun sirih? Kenapa gak daun pisang aja ya."

"Duh Septi pilih yang mana? Semua aja kali? eh tapi sayang cuma buat beli ini, dahlah..." tangannya memasukkan benda tersebut secara acak kedalam keranjang. Saat di kasir ia mesemi oleh mbak-mbak kasir yang membuat Septian bertanya-tanya.

"Kenapa mbak mesem-mesem?" tanya Septian.

"Jarang aja lihat cowo beli ini lho Mas, saya kaget."

Sedangkan Septian membeku di tempatnya, ternyata ia di jahili sang Mama.

Pulang-pulang dari khayangan gue jejelin mulut Luntas pake ekstra daun pandan sama yang cooling fresh!

*

Jiahh, syukak nulis pasangan absurd ini apalagi yang Bang Ian huahaha. Gimana? Gimana ngakak nggak? Garing atau ngakak syih? Pen tau haha. Alhamdulillah jadwal lancar jaya sentosa😍😍 dan bisa update buat kaliann
Jangan lupa vote+komen nya ya qaqa... Sudah terpenuhi janji Rhie if Bang Ian dapat 1k vote yeayy makasih 1k nya sayaangg...

Isi chat absurd Bang Septi dan Bang Maliqah

Isi chat absurd Bang Septi dan Bang Maliqah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Married With Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang