Two
Aku berjalan cepat menelusuri lorong kelas 11. Kadang-kadang kaki ku tersandung yang mengakibatkan jantung ku berdegup lebih cepat. Tetapi aku tak peduli, aku sudah terlambat.
Aku bergerak cepat menuruni tangga. Tangan ku berkesiap menangkap buku tebal ku kalau jatuh. Tetapi aku salah. Nyata nya, buku ku sama sekali tidak jatuh sampai aku berada di bangunan klub.
Tangan ku menarik cepat pintu klub. Terlihat Drake dengan cangkir teh nya. Dia menoleh secara perlahan.
“Kau terlambat.”
“Aku tahu,”ujar ku lelah. Ku tarik kursi yang berada di depan Drake. Menghempaskan buku tebal ku ke meja. Lalu melipat tangan ku di dada.
“Ada apa?”
“Cantika ingin masuk klub kita,”
Mata ku melebar. Tubuh ku segera ku tegakkan. “Secara asli?”
Drake menghela nafas. Ia menaruh cangkir nya. Lalu menatapku lekat. “Alexa ngomong apa sama dia?”
Drake sedang serius. Sialan.
“Tidak ada hal serius. Kita hanya berbincang seperti teman biasa. Mungkin dia hanya tertarik dengan klub ini?”
“Bukan begitu maksud ku. Kita tidak bisa menerima dia di klub kita. Lagipula aku hanya menugaskan kalian untuk mencari tahu tentang dia, bukan berkenalan dengannya. Apalagi berteman dengan nya.”
“Jadi kau menyuruh kami agar tidak berteman dengan dia?”
“Bukan begitu juga, Kina! Uh, god.”
Aku menyipitkan mata ku. Tanda kalau aku memang tidak ingin main-main. Pernyataan Drake sama sekali tidak masuk akal.
“Aku tidak bisa memberitahu mu, tetapi aku tak akan menerima dia di klub kita. Dan kau harus memberitahu nya.”
Aku bangun dari kursi ku dengan kasar. “Kau tidak sanggup memberitahunya sendiri? Sejak kapan kau menjadi pengecut, Drake?”
“Aku bisa! Tetapi-ugh, aku hanya tidak bisa memberitahu nya pada mu!”sahut Drake. Dia mendongak dengan kening nya yang sudah berkerut.
Nada ku meninggi. “Dan sejak kapan pula kau main rahasia-rahasiaan dengan ku, Drake? Kita ini satu klub, dan kita juga sudah berteman sejak kecil. Walaupun pernah hilang kontak, tetapi-oh apa maksud mu?!”
“Bilang saja ke Cantika. Apa susah nya untuk menerima tugas dari ku, Kina Grannis?” Drake bangun dari kursi nya, menatap ku tajam.
Aku diam tak membalas pertanyaannya. Ku balas tatapan dia dengan tajam. Sampai 15 detik, tidak ada yang bergerak sama sekali. Aku terlalu kesal untuk pergi.
Pintu bergerak terbuka. Alexa tampak masuk dengan sekantong plastik berwarna putih. “Hei kalian, aku membeli makanan kalau kalian tidak keberatan—”. Perkataannya terpotong ketika mengetahui aku dan Drake sedang saling melemparkan tatapan tajam.
Aku menghela nafas kasar. Lalu berjalan keluar dari ruangan klub.
-
“Kau bersikap kekanak-kanakan kalau kau tidak minta maaf dengan Drake. Sungguh, kalian memang sering berantem, tetapi tidak sampai selama ini.”
Aku mengaduk jus alpukat ku seraya mengangguk karena perkataan Alexa.
Alexa mencibir. Dia merebut gelas jus alpukat dari depan mata ku.
“Minta maaf atau tidak?!”
“Aku terlalu malas untuk minta maaf, Alexa! Lagipula mengapa dia tidak mengijinkan Cantika untuk masuk ke klub kita?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lachen {ON HOLD}
FantasyApa yang harus kulakukan ketika melihat ia tersenyum terakhir kali nya di depan ku? Apa yang harus kulakukan ketika sadar kalau aku termasuk klan tak kenal empati itu? Apa yang harus kulakukan ketika melihat sahabat ku melemparkan tatapan tersentak...