Nine

150 9 0
                                    

Nine

"Aku bisa menjelaskannya.."

"Menjelaskan apa?"tanya Drake dengan wajah datar. "Semua nya sudah jelas. Kau menyembunyikan sesuatu dari kami, dan sesuatu itu adalah hal besar."

"..Aku-"

"Apa, Kina?!"

Aku menoleh, memandangi Alexa yang sudah berkaca-kaca. "Kau apa?! Kau termasuk klan Pandora dan kau merahasiakannya dari kami?"

"Bukan, tapi-"

"Kau tahu, Chris mati karena nenek moyang mu!"

Aku tersentak kaget.

Ku rasakan aura Alexa yang sudah menghilang dari rumah ku. Ia menggunakan teleport dari tab nya. dan aku bahkan belum sempat untuk menjelaskan semua nya.

"Aku tidak percaya, Kina. Kau pasti berbohong kan?"tawa Cantika sarkas. Ia tersenyum aneh. "Ya kan?"

Aku terdiam. Ku tundukan kepala ku, melihat kaki ku yang membeku di lantai.

Cantika terhenyak. Ia terisak, kemudian berlari keluar dari ruang tamu.

Aku kembali menatap ke depan, melihat mata Drake yang memandang ku dengan rasa sedih. "Kau tahu, Kina. Aku sudah berusaha untuk percaya padamu,"

Drake terdiam sejenak, menarik nafas nya dalam-dalam.

"Dan seperti nya itu tidak berhasil."

Mata nya memandang ku lurus. Sebuah kilat tampak menyambar di dalam nya.

"Jangan tatap aku seperti itu."batin ku pilu.

Drake menggeleng. Ia berjalan pelan melewati ku. Tetapi bagi ku, ia telah berjalan cepat meninggalkan hidup ku.

Aku melirik Azalia yang sedari tadi terdiam, tidak memberikan ekspresi apa-apa. "Apa? Kau juga mau menyakiti hati ku sekarang? Go ahead. Sekalian saja. Tidak usah sungkan."

Azalia memejamkan mata nya sejenak. Lalu ia berjalan ke arah ku secara perlahan.

Aku menunduk, pasrah dengan Azalia yang akan meninggalkan ku. Sekejam nya itu aku sampai ia yang sering mengejek ku tidak bisa berkata lagi?

Dua detik.

Azalia berada di depan ku.

Sesuatu hangat terasa di badan ku, melingkar di pundak ku.

Aku terkejut.

Azalia memeluk ku.

Dan itulah di saat pertama kali nya air mata ku jatuh, setelah dua tahun aku menahannya.

-

Aku menyeruput teh ku perlahan, lalu kembali melirik Azalia yang masih membaca diari mama ku.

"Seperti nya mereka memang salah paham,"ujar Azalia, setelah 5 menit tidak berbicara.

Aku meletakkan cangkir teh ku di atas nampan, lalu menghela nafas. "Iya, benar."

Azalia terdiam sejenak. Ia menarik nafas nya, lalu meletakkan diari mama ku di meja pendek depan sofa. Ia menggabungkan tangan nya, lalu menumpu kan siku nya di lutut. Genggaman tangannya menyentuh bibir tipis nya, terlihat seakan ia sedang berfikir. "Lalu? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Aku mengalihkan pandangan ku menuju jendela. Mulut ku tersegel. Tak ingin mengungkit masa lalu ku yang pilu. "Entahlah."jawab ku.

Azalia memutar mata nya. "Sebenarnya aku sudah perhatikan kau dari dulu, tetapi aku belum tahu sama sekali tentang keluarga mu."

Lachen {ON HOLD}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang