Four

346 15 1
                                    

Four

Kina POV

Hari ini rasanya cerah sekali. Udara sepoi-sepoi menerpa wajah ku. Aku sudah sembuh, well, sepertinya. Drake sudah membiarkan ku pergi ke sekolah jadi ya, mungkin saja itu tanda yang bagus mengetahui dia yang sangat straight. Saat aku sakit, aku tidak pernah pulang ke rumah. Drake tidak mengijinkan ku. Kalian pasti berkata kalau aku seperti anak manja. Tapi aku bukan,

Jadi SHUT UP!

Drake yang membuat ku seperti ini. Pagi ini saja, dia selalu menemani ku kemana-mana. Saat aku pergi ke kamar mandi perempuan sekolah, dia menunggui ku di depan pintu nya! Kelihatan seperti seorang stalker, huh?

“Sungguh, Kina. Kalau kau tidak bernafas tadi, aku sudah mengira kau meninggal dalam keadaan berdiri tahu!”

Drake mengacak-acak rambut ku. Dia tertawa saat aku menatap nya tajam. Kemudian Drake berhenti di depan pintu ruangan klub, dia meraih sebuah kunci berwarna emas di saku nya, lalu memakainya untuk masuk ke dalam ruangan klub. Suara pintu terbuka dan tertutup pun terdengar di telinga ku.

Aku mematung di depan jendela besar yang berada di sebelah ruangan—jangan salah, aku tidak sedih atau apa pun itu. Aku hanya ingin menikmati pemandangan. Jendela itu besar sekali. Pemandangan bangunan-bangunan sekolah bisa terlihat dari sebelah sini.

Bangunan-bangunan EWA mulai dari gedung siswa junior, gedung siswa senior, cafeteria, gym, perpustakaan dan gedung yang sekarang ku tempati itu mengelilingi taman bunga kecil yang sewaktu itu kata ku berada di depan perpustakaan.

Di sebelah gedung klub sekolah ada lapangan. Dan maksud ku benar-benar lapangan. Segala jenis lapangan ada disitu. Lapangan bola, lapangan basket, lapangan tenis dan lain-lain. Dan juga lapangan perlatihan untuk ksatria Wardonata—yang tak pernah terpakai karena siswa EWA yang menjadi ksatria Wardonata lebih memilih lapangan Raisairis.

Raisairis adalah sebuah organisasi yang menjadi bahan tempat berkomunikasi para ksatria wardonata yang berada di bumi. Aku tidak pernah pergi ke bangunan mereka karena memang aku tak butuh bantuan mereka. Lagipula aku sudah merasa damai walaupun tidak mempunyai keluarga—ups, maaf. Drake, Alexa, dan Chris adalah keluarga ku.

“KINA!”

Aku tersentak kaget.

Alexa tertawa puas. Dia menggoyang-goyangkan pinggulnya karena senang. “Oh aku mengejutkan mu! Rasanya menyegarkan sekali!”

Aku mendelik. Ku dorong badan Alexa agar dia bisa terhuyung dan panik. Tetapi yang terjadi, Alexa malah jatuh.

Dia mengelus-elus pantat nya yang nyeri. Kemudian tersenyum menyeringai. “Hehehe,”

Aku menatap nya datar. Lalu berlalu ke ruangan klub sementara Alexa mengikuti ku dari belakang. Di dalam ruangan, terlihat Drake yang seperti nya barusan menutup ponsel nya. Dia menyelipkan ponsel nya di saku, kemudian menoleh.

Drake tersenyum ketika melihat aku dan Alexa masuk. Lalu entah kenapa, mengusap rambutnya pelan.“Hei, Chris katanya mau kesini. Maukah kau membelikannya minuman di cafeteria, Kina? Alexa?”

“Aku saja yang membelinya. Alexa disini saja, aku bosan melihat wajah nya,”tukas ku tanpa ekspresi. Lalu berjalan melewati Alexa agar bisa keluar.

“Huuu!”

Terdengar suara Alexa dari dalam ruangan. Aku tertawa kecil dalam hati, kemudian berjalan cepat ke bawah tangga. Untuk ke cafeteria, aku harus pergi melewati bangunan siswa junior dan siswa senior yang bersebelahan. Yang paling berdekatan dengan cafeteria adalah bangunan siswa senior yang sebenarnya berhubungan dengan cafeteria.

Lachen {ON HOLD}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang