📍chapter 27.

366 22 1
                                    

Jangan lupa VOTE dulu ya.

Follow Instagram :

@mandayntaa_


HAPPY READING-!!!

°°°°°

"Cewek cantik rupa emang banyak, tapi yang cantik wajah juga cantik hatinya itu susah dicari."

-Aldrich Ravka Willyard-

Setelah acara pembagian piala, sekarang giliran pemilihan panitia terbaik. Pemilihan ini dipilih berdasarkan voting terbanyak. Siapa yang banyak dipilih, maka ia berhak mendapat penghargaan dari sekolah. Dipilih dua orang, satu cewek dan satu cowok.

"Habis ini pesta yeay, gue bisa lihat cogan tampil lagi."

"Tau dari mana lo?" tanya Silva tanpa melirik Nadya.

"Apa sih yang gue nggak tau? Kan sebelum acara ditutup, setiap sekolah wajib nyumbang lagu dari band sekolah mereka masing-masing." Girang Nadya.

"Ohh," ucap Silva pelan.

"Baiklah, saya Rahayu Saputri selaku wakil ketos ingin mengumumkan panitia terbaik. Disini saya akan menyebutkan nama panitia yang mendapat suara terbanyak dari hasil voting. Saya minta, nama yang saya sebutkan nanti, langsung maju ke depan ya."

Sorakan para siswa-siswi membuat suasana semakin meriah. Ditambah teriakan Nadya yang melengking.

"Pasti gue dong, soalnya gue kan rajin!" pekik Nadya sambil loncat-loncat.

"Rajin nyerocos sama keliling nyari cogan maksud lo?" sindir Irhan.

"Apaan sih, nyebelin!"

"Eh, btw Dhifa kemana ya? Dari tadi kok nggak keliatan?"

"Woi!" Nadya tersentak saat Dhifa berteriak sambil menepuk pundaknya. Gadis itu baru nongol dengan Raswa.

"Dari mana kalian?" tanya Silva sambil merapat pada Nadya.

"Kantin, laper gue. Soalnya tadi pagi nggak sempat sarapan."

"Oh gitu."

Dengan spontan mereka kembali memfokuskan perhatiannya pada Rahayu. Gadis manis di atas panggung itu masih menggantungkan ucapannya. Mengundang rasa penasaran banyak orang, terutama para panitia.

"Ciee penasaran yaa?" goda Rahayu dengan senyum merekah. "Yang pertama di raih oleh Aldrech Rayfan Willyard! Beri tepuk tangan buat Rayfan," pekik Rahayu sembari tepuk tangan.

Mendengar namanya disebut, Rayfan langsung naik ke atas panggung diriingi tepuk tangan juga jeritan histeris para kaum hawa.

"Yah, kok bukan Ravka sih?" gumam Dhifa di samping Raswa.

"Emangnya kenapa, Fa?" bisik Raswa.

Dhifa menoleh sebentar menatap Raswa kemudian mengalihkan pandangannya pada Rayfan kembali.

RAVKA & RASWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang