📍chapter 18.

425 47 9
                                    

Jangan lupa VOTE dulu ya-!

Follow Instagram:
@mandayntaa_



HAPPY READING-!!!

•••••

"Jika memang hanya sebatas cinta, seharusnya relakan dia bahagia walau bukan bersamamu. Jangan rusak kebahagiannya karena keegoisanmu."

-Dhifa Nizyatarin-

Sejak tadi, Ravka terus menatap lekat wajah Raswa. Entah kenapa, ia merasa sangat nyaman ketika melihat gadis di depannya ini. Ia mengusap pelan rambut Raswa, lalu cowok itu melepas kaca mata Raswa yang masih bertengger manis di hidungnya.

Ravka menatap kaca mata itu beberapa detik, ia baru ingat satu hal. Kaca mata Raswa yang kemarin belum ia kembalikan karena Raswa yang pulang bersama Jevanso.

Andai saja Ravka mengenal Raswa sejak lama, mungkin Ravka akan sangat bahagia. Bagi Ravka, gadis di depannya ini sangat unik, pemberani dan tidak pernah kasar. Raswa juga memiliki bakat yang mungkin tidak pernah ia tunjukkan kepada orang-orang.

Terlihat Rayfan yang sedang berdiri di dekat pintu UKS menatap gadis itu juga. Ia tidak ingin masuk karena takut hatinya akan semakin sakit melihat betapa semangatnya Ravka mengejar Raswa. Bahkan, Ravka terlihat berubah sekarang.

Sejak kejadian di masa lalu, tidak ada lagi Ravka yang peduli keadaan sekitar, tidak ada Ravka yang jika berbicara sangat sopan. Yang ada hanya Ravka yang ketus, berbicara seenaknya dan selalu kasar jika ada yang mengatur hidupnya.

Rayfan sudah terlanjur terjebak dalam perasaannya sendiri. Haruskah ia mundur atau tetap mengejar Raswa?

Cowok itu bertekad, untuk kali ini biarkan dirinya berjuang dan mendapatkan bahagianya walau akhirnya akan menyakiti perasaan orang tersayangnya. Yaitu adiknya sendiri.

Rayfan berbalik, mendapati Randero dengan tatapan sendu miliknya. Rayfan merasakan ada yang Randero sembunyikan darinya dan juga yang lain. Tapi, ia tidak akan memaksa Randero untuk bercerita. Ia ingin Randero menceritakannya sendiri tanpa paksaan.

"Ngapain?" tanya Rayfan yang hanya basa-basi.

"Ravka kayaknya udah nemuin cinta barunya ya?" ucap Randero yang membuat Rayfan bingung.

"Lo sakit, Ran? Gue nanya apa lo jawabnya apa."

"Pertanyaan lo gak penting, menurut lo gue di sini ngapain?"

Rayfan hanya mengangguk, ia baru menyadari tidak adanya kehadiran ketiga sahabat adiknya itu.

"Kemana trio sinting?" tanya Rayfan.

"Kantin, katanya laper."

"Oh, sekarang mending lo temenin gue pantau cewek yang tadi gue kasih hukuman." Kemudian Rayfan merangkul pundak Randero dengan senyuman terbaiknya.

Sejak adanya Raswa, Rayfan mulai teledor akan tugasnya sebagai ketua OSIS. Yang ada dipikiran cowok itu hanya Raswa, Raswa dan Raswa. Tidak ada yang lain.

Sampai kapan Rayfan akan terus berjuang?

•••••

RAVKA & RASWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang