T U J U H B E L A S

30 10 1
                                    

Happy Reading♡

Hari-hari berikutnya hubungan Melvin dan Delisha benar-benar merenggang. Keduanya sangat jarang bertemu. Delisha yang memang menghindar dan Melvin yang sibuk dengan persiapan ujian nasionalnya.

Mesi kadang keduanya berpapasan tapi dari satu sama lain tidak ada yang menegur. Keduanya bersikap seolah-olah tidak saling mengenal. Perubahan itu membuat dua hati sekaligus merasa tersakiti.

Dan akhir-akhir ini Billa semaki gencar mendekati Melvin. Setiap Melvin selesai latihan dengan soal-soal ujian Billa selalu mengajak cowok itu ke kantin. Dan Melvin pun hanya menurut saja. Cowok itu bahkan tidak menujukkan ekspresi apapun.

"Kak Melvin udah lama ya dekat sam Lisha?" pertanyaan spontan dari Billa membuat Melvin menoleh ke arah cewek di sampingnya ini. Keduanya tengah berada di kantin untuk mengisi perut yang kosong.

"Lumayan," jawab Melvin. Jawaban Melvin ini adalah hal yang patut untuk Billa syukuri. Karena dulu saat ia mengajak cowok itu berbicara, Melvin tak pernah menjawab satu kata pun.

Billa terdiam sebentar. Apakah ia harus mengatakkanya sekarang? Atau harus menunda besok? Tapi jika tidak sekarang kapan waktu yang tepat?

"Emm... Kak Melvin," panggil Billa tersenyum malu. Melvin mengangkat sebelah alisnya melihat wajah Billa yang sudah memerah.

"Sebenaranya dari dulu Billa itu su-"

"Vin! Delisha pingsan di lapangan!" teriak Zaki dari arah pintu kantin. Melvin yang mendengar itu pun segera berlari untuk menemui Delisha dan meninggalkan Billa yang mematung di tempat.

"Bahkan lo masih peduli sama Lisha sampai sekarang," gumam Billa diikuti tetesan air mata yang perlahan meluncur deras.

Seharusnya Billa sadar jika hati Melvin bukan untukknya. Seharusnya ia sadar jika cinta memang tidak bisa di paksa. Tapi apakah ia harus menyerah sebelum kemenangan ada di tangannya? Dan jawabannya tidak!

Melvin berlari secepat mungkin menuju lapangan. Di saat seperti ini rasanya ia berlari sangat lambat.

Dengan nafas yang memburu Melvin membelah kerumunan yang ada di tengah-tengah lapangan. Rasa khawatir jelas terlihat dari raut wajahnya. Dengan cepat ia mengangkat tubuh Delisha yang terasa panas di gendongannya.

Melvin pun berjalan cepat untuk menuju UKS. Dengan sedikit kasar Melvin mendorong pintu berwarna putih di hadapannya.

"Dok! Tolongin pacar gue!" teriak Melvin berjalan cepat ke arah brankar. Bahkan saking khawatirnya ia sampai tidak sadar apa yang ia ucapkan.

Dokter Ilham segera mendekati Melvin yang membawa Delisha.

"Lebih baik Nak Melvin keluar dulu. Saya pastikan keadaannya baik-baik saja," ucap Dokter Ilham.

Dengan langkah berat, Melvin pun mengikuti ucapan Dokter Ilham. Di luar ruangan sudah ada sahabat-sahabatnya yang ikut khawatir akan keadaan Delisha. Melvin mendudukkan dirinya di kursi kayu yang ada di depan UKS. Ia sangat khawatir akan kondisi Delisha di dalam sana.

Menurut cerita yang ia dengar dari Zaki, Delisha tadi sedang menjalani hukuman. Dan sepertinya cewek itu tidak sempat sarapan sehingga perutnya kosong dan berakhir pingsan.

Setelah menunggu bebrapa menit, pintu ruangan di buka oleh Dokter Ilham. Melvin dengan segara masuk untuk melihat keadaan Delisha.

"Delisha nggak papa. Cuma kecapekan aja dan perutnya juga kosong. Jadi mudah sekali untuk pingsan," jelas Dokter Ilham.

Melvin mengangguk mengerti. Setelah menerima obat, Melvin mendekati Delisha yang tengah menatap kosong langit-langit ruangan.

"Delisha," panggil Melvin lirih. Cowok itu sangat merindukan cewek bermata belo di depannya ini.

Delisha masih bergeming. Tak menjawab panggilan Melvin walaupun sebenarnya di dalam hatinya ia ingin sekali menghambur ke pelukan cowok itu. Tapi niat itu ia urungkan ketika ia ingat hubungannya dengan Melvin sudah tak sedekat dulu.

"Sampai kapan kita harus kayak gini?" tanya Melvin lirih.

Helaan nafas terdengar jelas di ruangan bernuansa putih itu.

"Gue kangen sama lo yang dulu," lanjutnya membuat hati Delisha tersentil karenanya.

"Sampai seseorang bahagia. Atau perlu untuk selamanya kita nggak usah ketemu lagi," ucap Delisha.

Tak terasa buliran bening membasahi pipinya. Dengan sedikit kasar Delisha menghapus jejak itu seblelum Melvin melihatnya.

"Siapa orang itu Lhis?!" tanya Melvin menuntut. Delisha menggeleng enggan menjawab pertanyaan Melvin.

Dengan sedikit tenaganya, Delisha mencoba untuk bangun dari tidurnya. "Lisha bisa sendiri Kak," ucapnya menolak bantuan Melvin.

Melvin memandang Delisha sendu. "Apa nggak ada kesempatan buat kita kayak dulu lagi?" tanya Melvin lirih.

Delisha menggeleng sebagai jawaban. Melvin mengalihkan pandangannya. Baru kali ini ia merasakan sakit yang tidak berdarah.

"Kalau gitu beri gue kesempatan satu kali aja buat peluk lo," ucap Melvin.

Sebelum Delisha sempat menolak, tubunya sudah ditarik oleh Melvin dan terjatuh di dekapan hangat cowok itu. Melvin mengeratkan pelukan keduanya. Keduanya merasa nyaman dalam posisi seperti ini.

Hingga tanpa sadar tangan Delisha melingkar di pinggang Melvin. Membalas pelukan cowok di depannya ini. Karena mungkin ini memang yang terkahir kalinya. Karena sebenarnya mereka hanyalah dua hati yang saling tersakiti.

~♡~

DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang