S E B E L A S

24 9 0
                                    

Happy Reading♡

Sepulang sekolah Delisha terpaksa tidak pulang bersama Melvin karena tiba-tiba saja Billa mengiriminya pesan agar ia datang ke rumah sahabatnya itu.

"Beneran nggak mau di anter? Nggak papa kok," tawar Melvin lagi entah sudah ke berapa kalinya. Delisha menggeleng menolak tawaran Melvin. Ia tak enak dengan cowok itu. Apalagi arah rumah Billa dan Melvin berbeda arah.

"Enggak, Kak Melvin pulang duluan aja," jawab Delisha. Melvin menghela nafas dan mau tidak mau ia harus pulang sendiri. Padahal tadi ia akan mengajak cewek itu ke suatu tempat.

"Yaudah iya. Gue pulang dulu. Hati-hati di jalan," ucap Melvin mengacak rambut Delisha sambil memberi senyuman manis ke arah cewek itu sebelum melangkahkan kakinya menuju parkiran dimana motornya berada.

Delisha hanya tersenyum tipis mendapat perlakuan tersebut dari Melvin. Ia pun melangkah menuju gerbang untuk menunggu ojek onlinenya.

Delisha masuk ke kamar Billa dengan membawa martabak telur di tangannya. Tadi ia sempat mampir sebentar sebelum ke sini. Cewek itu melihat Billa tengah menyisir rambutnya di depan meja rias. Sepertinya cewek itu habis selesai mandi.

"Ada apa?" tanya Delisha duduk di sofa. Ia membuka martabak itu dan mengambilnya. Tak lupa juga ia menawarkan kepada Billa.

"Gue ada berita bagus buat lo," jawab Billa seraya tersenyum lebar.

"Apaan? Penasaran gue," tanya Delisha tak sabar. Billa duduk di samping Rissa. Sebelum memulai sesi ngobrolnya, ia mengambil sepotong martabak dan memakannya.

"Gue tadi abis chcek up. Terus lo tau nggak Dokter Saras bilang apa?" tanya Billa yang di jawab gelengan kepala oleh Rissa. Memang benar kan kalau dia tidak tau?

"Gue boleh sekolah!" seru Billa antusias. Tawa bahagia sukses keluar dari kedua cewek itu. Delisha memeluk sahabatnya itu dengan erat. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

"Ishh! Kok lo malah nangis sih?!" tanya Billa saat melihat Delisha meneteskan air matanya. Cewek itu menggeleng kembali memeluk Billa. "Gue terharu Bil, bukan nangis," gerutu Delisha sambil menyeka air matanya.

Keduanya terkekeh sebelum melepaskan pelukan. "Dan rencananya gue mau sekolah di sekolah yang sama kayak lo. Gimana?" tanya Billa. Delisha mengangguk mengiyakan. Pasti Vinka juga akan senang mendengar kabar ini.

"Ide bagus. Semoga aja kita satu kelas," ucap Delisha tersenyum lebar.

"Iya, tapi kata Dokter Saras gue nggak boleh kecapean. Takutnya drop," ucap Billa.

Delisha mengangguk mengerti "Yaiyalah, lo harus banyak istirahat. Jadi kapan mulai berangkat sekolahnya?" tanya Delisha.

"Tadi pagi Mama lagi ngurus pendaftarannya. Kayaknya besok udah berangkat deh," jawab Billa. Cewek itu terlihat antusias sekali. Dan Delisha ikut bahagia melihatnya.

"Besok mau berangkat bareng?" tawar Delisha. Billa berpikir sejenak.

"Enggak deh. Gue dianterin supir aja," tolak Billa halus yang di angguki oleh Delisha.

"Oh iya! Gue hampir lupa!" ucap Delisha lalu merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponsel. Dengan cepat cewek itu membuka galeri dan menujukan foto sekumpulan cowok Andalas yang ia mata-matai waktu itu.

"Hmm sebenernya ini udah beberapa hari yang lalu gue fotonya. Tapi lupa terus mau nujukkin itu ke lo," ucap Rissa terkekeh pelan.

"Nih ada nggak cowok yang lo maksud?" tanya Delisha. Billa mengamati foto di ponsel sahabatnya sambil meneliti satu perastu wajah mereka. Menghela nafas pelan saat yang dicarinya tidak ada.

"Enggak ada. Gue sempat lihat mukanya tapi nggak terlalu jelas. Dan disini nggak ada," jawab Billa.

"Eh? Besok kan gue sekolah di sana. Semoga aja ketemu deh," harap Billa yang diangguki Delisha. Setelah lama mengobrol Delisha pamit untuk pulang karena hari sudah semakin sore.

Sesampainya di rumah cewek langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang queen sizenya. Hari ini sangat melelahkan menurutnya. Karena kegiatan sekolah yang mulai padat membuar Delisha sering kelelahan. Cewek itu beranjak dari posisinya dan segera masuk ke kamar mandi. Mungkin dengan itu bisa mengurangi sedikit rasa lelahnya.

Setelah selesai dengan berbagai rutinitasnya, Delisha keluar dari kamar menuju lantai bawah. Bisa ia lihat Mamanya sedang berkutat dengan peralatan dapurnya.

"Mau Lisha bantuin nggak Ma?" tawar cewek yang kin memakai baju rumahan bergambar doraemon. Berjalan mendekati mamanya. Rika tersenyum melihat putrinya.

"Emang kamu bisa?" tanya Rika disertai senyuman jailnya.

"Bisalah Ma, apasih yang nggak Lisha bisa," jawabnya tertawa kecil.

"Yaudah, kamu potong wortel ini. Bentuk dadu aja," ucap Mamanya yang di angguki oleh cewek itu. Dengan telaten Delisha memotong wortel itu sesuai yang di perintahkan oleh Rika.

"Oh iya. Tadi kamu ke rumah Billa kan? Gimana keadaanya?"tanya Rika disela ia menggoreng lauk.

Delisha menghentikan kegiatannya. "Makin membaik Ma. Bahkan kata Dokter Saras udah boleh sekolah normal lagi,"jawab Delisha tak menyembunyikan raut bahagianya.

"Syukurlah kalau gitu. Mama nggak tega liat Billa kayak gitu."

"Iya ma. Lisha yakin Billa bakalan cepet sembuh dari penyakitnya,"ucap Delisha yakin sambil mengaminkan dalam hati. Ia akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Billa.

Rika menatap putrinya itu dengan senyuman tipis tersungging di bibirnya. Tak menyangka putrinya sudah bertambah dewasa. Bahkan rasanya baru kemarin Rika masih memandikan putrinya. Keduanya pun larut dengan kegiatannya masing-masing. Tak jarang juga mereka melempar candaan membuat suasana rumah menjadi ramai.

~♡~

DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang