S A T U

121 16 17
                                    

Happy Reading♡

"Yang berdiri di dekat pohon! Maju ke depan!" teriak sang senior tegas membuat beberapa peserta menolehkan kepalanya. Ikut penasaran siapakah yang akan mendapat hukuman.

Cewek dengan mata belo itu mulai melangkah dengan gemetar. Tak pernah menyangka jika dihari pertamanya MOS akan mendapatkan hukuman.

Dengan takut ia berdiri di hadapan cowok yang merupakan seniornya itu. Wajahnya pun tertunduk takut. Enggan untuk menatap mata tajam yang kapan saja akan menghunusnya.

"Siapa yang suruh lo nunduk?! Angkat kepala!" teriak seniornya membuat cewek itu terkesiap.

Daripada ia mendapat masalah lagi, dengan perlahan ia mulai mengangkat kepalanya.

Jantungnya berdetak kencang saat sepasang mata tajam itu bertemu dengan mata teduhnya. Dilihat dari cara tatapannya, ia merasa cowok di depannya ini mempunyai sifat yang arogan.

"Kenapa nggak bawa tanda pengenal?" tanyanya dengan nada terdengar tegas.

Ia mengerjap beberapa kali. Mencoba fokus pada pertanyaan yang diajukan sang senior. Ia sampai meneguk ludahnya sebentar sebelum menjawab.

"Emm... aku lupa bawa kak. Tapi tadi malam ud-"

"Alasan klasik," potong cowok di depannya. Delisha hanya dapat merutuk dalam hati melihat kelakuan seniornya ini.

"Untuk semua peserta! Jika besok ada yang tertinggal barangnya akan langsung berhadapan dengan saya! Dan tunggu hukuman yang akan saya berikan! Silakan cari kelompok dan segera masuk ke aula!" teriaknya kepada seluruh peserta MOS.

Mereka semua mengangguk dan segera berpencar mencari kelompok masing-masing.

Sedangkan Delisha masih saja berdiri di depan sang senior. Ia ingin pergi, tapi pikirannya langsung tertuju jika ia akan kena marah lagi. Ia tak mau menambah masalah baru yang akan membuatnya disorot oleh para senior.

"Lo! Ikut gue sekarang!" ucap sang senior dan segera berbalik meninggalkannya.

Ia mendengus, dengan langkah yang terkesan buru-buru mengikuti sang senior yang memasuki salah satu ruangan.

Saat masuk, di dalamnya ternyata hanya ada satu meja besar ditengah-tengah ruangan dilengkapi dengan kursi yang berjajar rapi mengelilingi meja. Bisa dikatakan ini seperti ruang rapat. Tapi untuk apa ia diajak kesini?

"Lo mau berdiri terus di situ?" tanya cowok bermata tajam itu membuatnya lagi-lagi tersentak.

Ia segera duduk disalah satu kursi. Memilih agak menjauh dari cowok itu. Mengantisipasi jika akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Sebagai hukumannya. Lo bersihin ruangan ini. Sampai bersih!" titahnya kembali berdiri dari posisi duduknya. Sebelum keluar dari ruangan, cowok itu berbalik menatap ke arahnya.

"Oh ya, nama lo?" tanyanya sambil bersedekap dada.

Ia yang ditanyai tersebut menjadi gugup. Bukan karena apa, hanya saja tatapan cowok di depannya ini berubah tajam. Bagaikan elang yang siap menerkam mangsanya.

"Delisha Kak," jawabnya pelan tanpa menatap cowok di depannya itu.

"Oke, lo nggak perlu tau nama gue kan? Kalau penasaran cari tau aja sendiri," ucapnya songong dan segera meninggalkan Delisha sendirian di ruangan itu.

Karena tidak mau mengulur waktu, Delisha segera mengambil sapu disudut ruangan. Ruangan ini cukup luas jika hanya dirinya saja yang membersihkan. Jadi tak heran dalam waktu sebentar saja ia merasa lelah.

DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang