Minim cahaya, pengap, dan sulit bernafas. Itulah yang kini Heejin rasakan saat dirinya terkurung di sebuah ruangan. Perasaannya bercampur aduk dengan rasa sakit di kakinya, belum lagi ikatan tali yang juga mengikat kedua pergelangan tangannya membuat Heejin sulit bergerak. Berteriak tidak bisa ia lakukan karena ada sebuah kain yang menutup rapat mulutnya.
Gelap. Heejin sangat membenci hal itu, kegelapan kali ini membuatnya kembali merasakan kenangan buruk yang terjadi di masa lalunya yang seolah terjadi lagi untuk kedua kalinya dan lebih menakutkan.
Bertahun-tahun Heejin berusaha melupakan kejadian mengerikan itu, namun saat ini ingatan akan kejadian hari itu terulang kembali.
Saat itu Heejin berusia tujuh tahun, terlalu kecil untuk menjadi saksi bisu pembunuhan sadis.
*** Flashback
"Heejin!"
"Minju!"
Heejin, Ryujin, Minju. Tiga sekawan yang besar bersama di panti asuhan tengah bermain petak umpet, Ryujin yang menjaga sedangkan Heejin dan Minju bersembunyi di tempat mana saja sekitar lingkungan panti asuhan.
Sayangnya baru beberapa menit Minju sudah kalah karena dirinya ditemukan dengan cepat oleh Ryujin di balik pohon besar di halaman panti asuhan yang menjadi tempat persembunyian andalannya.
"Kena kau!"
"Ah, bagaimana kau bisa tahu aku ada disini sih? Padahal aku sudah mencari tempat yang terbaik disini." Minju menghentak-hentakkan kakinya dan merasa kesal pada Ryujin.
"Siapa dulu, Ryujin."
Usai Ryujin menyombongkan diri ia pun bersama Minju mulai mencari Heejin yang entah bersembunyi dimana.
"Heejin!"
"Jeon Heejin!"
Dua gadis cilik itu terus meneriaki nama Heejin untuk memberitahunya bahwa permainan ini telah selesai karena jam sudah memasuki waktu makan malam, namun tidak ada sahutan maupun Heejin yang keluar dari tempat persembunyiannya.
Didalam gudang yang terletak di belakang panti asuhan Heejin tengah bersembunyi di dalam sebuah lemari kayu usang, ia dengan bangga dan yakin bahwa Ryujin temannya itu tidak akan bisa menemukannya dengan mudah disana sehingga Heejin tetap bertahan ditempat persembunyiannya.
"Aku sungguh tidak tahu!"
"Kau selalu berbohong untuk menyembunyikan kebenarannya! Katakan padaku dimana bayi perempuan yang kini sudah berumur tujuh tahun itu!"
"Ada banyak bayi perempuan berumur tujuh tahun di panti asuhan ini."
"Jangan pura-pura tidak tahu maksud kedatanganku di sini!"
"Sungguh, aku tidak---"
"Aaaaa!!!"
"Dasar wanita tua tidak berguna! Cepat katakan dimana anak itu atau nyawamu akan aku habisi!"
"Aku tidak tahu---"
Door!!!
Di dalam lemari, Heejin menyaksikan semuanya dengan jelas meski melalui celah lemari. Saat orang itu menempelkan ujung pistolnya pada pelipis ketua panti asuhan dan saat orang itu benar-benar menembak kepala wanita paruh baya tidak berdosa itu.
Suara tembakan yang terdengar jelas itu sontak membuat Heejin menutup telinganya serta kedua matanya rapat, dan tubuh mungil gadis cilik itu gemetar hebat saat melihat cairan kental berwarna merah pekat mengalir deras dari pelipis kepala wanita paruh baya yang sudah terkapar tidak berdaya di lantai itu.
"Nyonya Song..." Heejin segera membungkam mulutnya sendiri dengan telapak tangannya.
"Suara itu?"
"Ada apa, Tuan? Suara apa yang kau dengar?"
"Aku mendengar sesuatu dari dalam lemari kayu itu, apa mungkin..."
Saat pria bertopi hitam itu merasa curiga dan mulai mendekat dan siap membuka lemari itu, namun tiba-tiba langkahnya terhenti."Heejin!"
"Heejin! Kau dimana?!"
"Jeon Heejin!"
"Tuan, apa yang kita lakukan dengan mayat wanita tua ini?"
"Bawa dia, kita akan membuangnya tapi tidak di daerah ini. Ayo, cepat bawa dia dan pergi dari sini sebelum ada yang mempergoki kita!"
Di dalam lemari kayu yang gelap Heejin menangis tanpa suara dengan telapak tangan yang terus membungkam mulutnya sendiri, semua itu membuatnya takut, sangat takut. Bahkan untuk keluar dari tempat persembunyiannya ia tidak mampu karena begitu lemas dan tidak berdaya.
Keadaan semakin gelap saat gudang tersebut di tutup dan meninggalkan Heejin sendirian di dalam lemari kayu yang usang itu, bersamaan dengan suara samar-samar yang meneriaki namanya, gadis cilik itu sudah memejamkan kedua matanya dan terkulai lemas.
Flashback End ***
"Hei, Jeon Heejin. Buka matamu."
"Ini aku, Hyunjin."
"Semuanya sekarang baik-baik saja, tidak ada yang perlu kau takuti."
"Sudah tidak ada kegelapan disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring it Back : Heejin Jaemin ✓
FanfictionMeski hanya sebatas status dan tidak ada apapun yang diharapkan saat Heejin dan pria itu menikah, seharusnya Heejin mencari tahu pasti lebih dulu seluk-beluk keluarga pria tersebut, karena saat Heejin menerima jaminan itu perlahan-lahan berbagai mas...