Bagian: 9

99 18 23
                                    

Mafu tengah merenung di ambang jendela. Terkadang, ia suka menatap langit malam yang begitu indah dari sana. Kelam, namun bertabur gemerlapnya bintang.

Di siang hari, sore hari, saat mendung, cerah bahkan bersalju seperti sekarang. Mafu sangat suka menatap langit. Apapun kondisinya, karena langitlah yang mengingatkan dirinya untuk terus melihat ke atas.

Oleh karena itu, ia tidak menyukai ruang bawah tanah. Selain itu adalah tempat yang amat mengerikan, ia juga tidak bisa melihat langitnya.

Bagi Mafu, langit itu... Sangatlah indah. Langit... Sora?

'Soraru-san?'

Mafu teringat ketika Soraru terakhir kali bertemu dengannya. Mafu tidak percaya bisa bertemu kembali dengan Soraru.

Mafu kembali masuk ke dalam kamarnya dan menutup jendela.

Mafu kembali mengingat pertemuan pertama mereka. Saat itu adalah hari yang sangat panas. Soraru, ada disana tergeletak lemas di atas paving taman. Entah apa yang terjadi padanya, tapi Mafu tahu satu hal. Ia sedang tertekan.

Soraru tersenyum padanya, tapi ia tahu bahwa hari itu sangatlah sulit baginya. Saat itu Soraru masihlah seumuran dengannya yang saat ini. Apa yang sebenarnya ia pikirkan saat itu? Mafu penasaran. Ia juga tidak tahu, mengapa saat pertama kali bertemu dengannya, jantungnya berdegup dengan kencang? Apa dia sakit?

'Soraru-san, saat ini sedang melakukan apa? Apa dia masih mengingatku? Apa maksudnya dengan akan memberiku kejutan? ' Pikir Mafu dalam hati. Ia beranjak turun untuk menyiapkan makan siang untuk dirinya sendiri. Jam segini biasanya ibunya belum pulang.

'Hari ini aku tidak boleh sekolah. Apa sebaiknya aku membantu di toko lebih awal ya? Setidaknya selain belajar, membantu di toko dapat membunuh waktuku. ' Pikir Mafu dalam hati. Ia segera menyelesaikan makan siang sederhananya dan pergi ke toko keluarga Amatsuki. Mafu keluar dari pintu disebelah gerbang dan menguncinya.

***

Berselang beberapa menit dari kepergian Mafu dari kediamannya. Shoose datang bersama Nqrse dan Amatsuki ke rumahnya yang kosong tanpa penghuni.

Dengan sedikit tergesa-gesa, Shoose membuka gerbang. Ah! Sial, itu terkunci dari dalam. Nqrse memandangi Shoose seolah berkata: Apa yang harus kita lakukan sekarang?

Amatsuki mengusulkan untuk memanjat dinding pagar saja. Ia mengatakan bahwa biasanya jam segini ibu Mafu belum pulang atau setidaknya tengah tertidur. Maka dari itu, setidaknya mereka tidak akan ketahuan dan dapat mengamankan Mafu dari cengkraman ibunya.

"Aku akan mengangkatmu, Nqrse-chan. Nanti tolong bukakan gerbangnya dari dalam, mengerti? " Kata Shoose pada adiknya.

"Siap! Cepetan gih, angkat aku! " Nqrse menaiki kakaknya yang menunduk agar ia bisa memanjat. Tapi ia masih kesulitan.

"Ah! Kakak, lebih tinggi dong! Aku tidak bisa sampai nih! Aku kan ringan. " Adunya pada kakaknya.

"Se-sebentar dong! Kamu berat tahu.." Shoose berusaha keras agar bisa mengangkat adiknya yang katanya 'ringan' itu.

"Apa?! Aku berat?! Iiiih, nii-chan jahat! " Nqrse memukul kepala Shoose kesal. Shoose mengadu kesakitan.

"Hei! Jangan bercanda mulu! Cepat panjat pagarnya! " Teriak Amatsuki kesal. Shoose dan Nqrse terdiam. Sejak kapan anak SMA bisa bentak anak kuliahan dan orang tua? Hm... Jaman dah berubah, atau karena ia sangat mengkhawatirkan Mafuyu ya? Ah, sudahlah.

Don't go from me... [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang