Bagian: 10

121 20 11
                                    

Mafuyu merasakan butiran salju menjatuhi dirinya. Pipinya bersemu merah, tapi tangannya hangat.

'Ibu Amatsuki-kun sangat baik padaku. Beliau memberiku sepanci nabe yang bisa kumakan bersama ibu nanti. Semoga dengan ini ibu akan memaafkanku. ' Pikir Mafuyu dalam hati. Kini ia tengah dalam perjalanan menuju rumahnya, bergegas namun juga hati-hati agar makanan hangat itu tidak tumpah.

Mafuyu membuka gerbang. Angin berhembus melewati dirinya. Tapi, entah mengapa itu terasa hangat.

'Aku pulang, ibu. ' Ucap Mafu dalam hati. Kemudian tangannya tergerak untuk membuka pintu, ia lupa membersihkan salju diatas kepalanya.
Cklek!

Ia terpaku. Ada seseorang di depannya, itu adalah Amatsuki. Untuk apa ia ada disana? Sebelumnya ia tak pernah lancang untuk masuk rumahnya tanpa seijin Mafu sendiri. Hendak mengatakan sesuatu, dirinya kembali dikejutkan dengan seseorang di belakang Amatsuki.

"Kakak? "

"MAFUYU! " Shoose berlari dan langsung memeluk adiknya sayang. Bagai diterpa angin musim semi, hati Mafu terasa hangat. Ia hendak meneteskan air matanya-matanya berkaca-kaca. Nqrse juga ikut memeluk adiknya, wanita itu sudah menangis duluan.

"Ke-kenapa bisa...? " Tanya Mafu seraya bergetar antara senang dan terkejut. Senyum canggung terbentuk di bibir pucat-nya.

"Kakak... Diberitahu oleh Soraru-kun. Ia memintaku untuk menyelamatkanmu. Maaf telah membuatmu menunggu, Mafuyu." Shoose menatap Mafuyu hangat. "Mari, kita pulang. "

***

Keempat orang itu berkumpul di ruang tamu. Saling menghangatkan diri di kotatsu. Di hadapan mereka, terdapat sepanci nabe. Wajah mereka terlihat canggung, ini adalah pertama kalinya mereka saling berpandang-kecuali Amatsuki tentu saja.

"Amatsuki-kun... Ibumu, memberikan nabe untukku... Mari kita makan bersama. " Tawar Mafu pada mereka semua.

"Sebentar Mafuyu-chan, apa maksud perkataanmu tadi? Ke-kenapa kau menolak? " Shoose tidak percaya akan perkataan apa yang telah keluar dari mulut adiknya itu.

"Mafu pikir... Cukup bertemu seperti ini saja... Aku sudah senang. Ibu membutuhkanku, kakak. " kata Mafuyu ragu. Entah mengapa, ia bimbang.

Ada apa dengan dirinya? Bukankah ia tadi ingin keluar dari belenggu ibunya? Kenapa sekarang ia ragu? Ada sesuatu yang menjanggal, seperti sesuatu yang buruk akan terjadi... Pada ibunya.

"Aku ingin menemani ibu lebih lama. Kumohon... Ijinkan aku... Kakak. " Mohon Mafu pada Shoose. Shoose menggeleng.

"Tidak bisa, kau sudah cukup menderita. Mendengar kau kehilangan kemampuan mendengarmu saja, aku sudah ingin mengutuk diriku sendiri atas kelalaianku. " Ucap Shoose tegas.

Hening. Tidak ada yang membuka suara. Tak lama, suara pintu terbuka menginterupsi perhatian mereka semua.

"Mafuyu~sudah siapkan makan malam? Aku-hik-lapar sekali~" Seorang wanita yang tampak sangat berantakan dan berbau alkohol memasuki ruang tamu. Itu adalah ibu Mafuyu.

Mafu menoleh, ia sangat terkejut! Ini bukan saat yang tepat untuk ibunya muncul!

Ibu Mafu langsung tersadar dari mabuknya. Dia menunjuk Shoose.

"Kau!--Sial! " Ibu Mafu melesat pergi. Shoose mengejar, diikuti Mafuyu.

"Berhenti! Atau hukumanmu semakin berat! " Teriak Shoose pada ibu Mafu. Ibu Mafu mempercepat lajunya.

Don't go from me... [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang