Bagian: 15

87 17 2
                                    

Satu hari itu, entah berapa kali flash menangkap gambarku. Sinarnya amat terang, seperti ingin membutakan. Orang-orang berbicara di hadapanku hampir bersamaan. Gadis di sampingku gemetar, tapi saat mata kami bertemu ia lebih memilih tersenyum lembut.

Siapa gadis itu?

Kenapa aku ada disini?

Kemudian, suara teriakan orang-orang membuat gadis itu semakin ketakutan. Lalu, ditunjukkannya melalui layar yang lebar, satu orang gadis lain. Ia kelihatan habis menangis. Namun, aku merasa bahwa itu adalah air mata palsu.

Orang-orang semakin berteriak, dan menghina kami berdua. Beberapa orang disebelahku ikut berteriak, sepertinya mereka membelaku.

Lalu, sebuah keputusan diambil lebih awal agar informasi itu menjadi suatu kebenaran. Aku harus pergi ke gadis satunya. Entah untuk apa, tapi aku merasa begitu. Perasaan marah yang kurasakan saat itu benar-benar suatu hal yang jarang, kuyakin begitu.

"Aku pergi dulu ya, Ma####"

Huh? Apa yang kukatakan?! Siapa nama gadis disebelahku itu?!

"Hati-hati di jalan, So####-san" Apa yang dikatakan gadis itu? Apakah itu namaku?

Semua berjalan lancar sampai, asap hitam membumbung di atap. Apa itu? Dimana ini? Lalu, kegelapan yang dingin dan mencekam kurasakan.

***

Mafuyu tengah berjalan pulang dengan anggota USSS. Sesekali mereka bercanda tawa satu sama lain.

"Kau beruntung sekali ya, Senra! " Seorang pria bersurai terong menepuk punggung sahabatnya yang bersurai kuning.

"Ahaha! Aku juga tak menyangka, Shima-san! Mafuyu-chan, mohon bantuannya! " Senra tertawa mendengar tanggapan kawan-kawannya itu.

"Lain kali giliranku ya! " Seorang pemuda bersurai apel melompat senang.

"Tentu saja, aku akan membuatkan lagu persahabatan untuk Sakata-kun. Aku juga ingin menyanyi bersama kalian semua! " Mafuyu tersenyum lembut.

"Nah, Mafuyu-chan! Kau mau kuantar? " Tawar Urata pada Mafuyu.

"Eh?! Apa tidak merepotkan? " Pekik Mafu kaget.

"Tentu saja tidak! "
"Nee, Urata-san! Bukannya aku yang, menyetir ya? Kenapa Urata-san yang menawarkan? " Tanya Sakata seraya mengangkat kunci mobilnya.

"Kau ini! Kalau kau belum menawarkan ya tentu saja aku yang menawarkan! Kau mau membiarkan Mafuyu-chan jalan sendirian ke rumahnya?! " Tanya Urata setengah berteriak.

"Eh?! Te-Tentu saja tidak! Ayo Mafuyu-chan! " Baru saja ingin menghidupkan mesin mobilnya, Sakata menyadari sesuatu. "Lho?! Bannya kok kempes? Siapa yang ngempesin nih? " Tanya Sakata entah pada siapa.

"Trus kita pulangnya gimana? Taksi aja? Lagipula searah. " Usul Urata pada yang lain.

"Aku tak masalah, lagipula aku sudah senang karena kalian mau mengantarku." Kata Mafuyu.

"Yaah~ siapa sih yang kempesin ban mobilku?! Jangan-jangan heaters lagi! Waah, Urata-san! Aku takut! " Kata Sakata seraya memeluk tubuh pendek Urata.

"Kita harus mengatakannya pada security keamanan. Aho, untuk beberapa hari ini kau tetap bersamaku saja! Jangan sendirian kemana-mana! " Perintah Urata pada Sakata. Sakata hanya bisa mengangguk-angguk tanda mengerti.

Don't go from me... [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang