"Selamat pagi, Jung."
Soojung yang baru saja memasuki ruangannya dibuat terkejut dengan sambutan Seulgi serta cengiran lebarnya.
"Pagi."
Soojung mengamati ekspresi wajah sahabatnya itu dengan seksama. Dia hanya sedikit khawatir jika Seulgi tiba-tiba menangis seperti kemarin.
"Kau sudah merasa lebih baik, Seul?" tanya Soojung hati-hati.
Seulgi mengangguk. "I'm fine."
"Tapi kau membuatku sedikit khawatir."
Seulgi hanya tertawa, sedangkan Soojung, dia mengernyit aneh melihat sahabatnya itu. Pasalnya kemarin Seulgi menangis tanpa sebab dan sekarang malah tertawa riang seakan tidak ada beban.
"Rapat kita masih dua jam lagi, bagaimana kalau kita minum kopi di cafe depan terlebih dahulu."
Soojung memegang kening Seulgi memastikan bahwa wanita itu tidak demam atau semacamnya. Namun, dengan cepat Seulgi menepis tangan Soojung.
"Kau benar-benar tidak percaya padaku? I'm okay, Jung. Lebih baik kita ke cafe sekarang aku akan menjelaskan sejelas-jelasnya padamu agar kau tidak salah paham lagi."
Soojung pun hanya pasrah saat Seulgi menariknya keluar dari ruangan. Seulgi memberitahu Mina bahwa ia dan Soojung akan minum kopi di cafe depan sebelum rapat jam sembilan nanti. Mina hanya mengangguk dan Soojung hanya diam saja saat Seulgi menariknya menuju cafe depan butiknya.
Soojung dan Seulgi menuju salah satu bangku yang ada di pojok dekat dengan kaca. Ini memang tempat favorit mereka saat ada di cafe ini karena memang dari sini posisinya strategis, bisa lihat jalan raya dan juga tempat ini tidak langsung terkena sinar matahari, namun tetap hangat.
Setelah memesan, Seulgi kembali ke bangkunya dengan Soojung tadi dengan membawa cup berisi kopi miliknya dan coklat panas milik Soojung. Seulgi pun meletakkan coklat panas pesanan Soojung tepat di depan sahabatnya itu yang kini tengah sibuk memainkan ponselnya.
"Terima kasih, Seulgi-ya."
Seulgi mencium harum kopinya sebentar lantas menyesapnya pelan. Sedari tadi Soojung hanya fokus pada ponselnya, ia harus mempelajari materi untuk rapat nanti sebab sempat tertunda kemarin.
"Apa ponsel lebih menarik daripada berbincang denganku?"
Soojung pun menghembuskan napas pelan. "Jangan salahkan aku jika rapat nanti aku hanya duduk diam."
"Jadi kau belum mempelajari materi rapat nanti?" tanya Seulgi tak percaya.
"Aku kemarin sibuk, jadi belum sempat."
Seulgi mendengus.
"Hei Jung perhatikan aku sebentar."
Soojung pun mengalihkan perhatiannya pada Seulgi. "Ada apa?"
"What do you think, Jung. there's something different from me?"
Soojung menyerngitkan dahinya, ia memperhatikan setiap detil penampilan Seulgi. Memastikan sesuatu yang berbeda dari wanita itu. Namun, Soojung merasa tidak ada yang berbeda--oh tapi tunggu dulu. Soojung melihati ada sebuah cincin berlian yang melingkari jari manis Seulgi. Soojung menyeringai, oh jadi ini yang membuat Seulgi begitu bahagia hari ini, batinnya.
"I know it."
"What is that?"
"Itu...." tunjuk Soojung pada cincin berlian di jari manis Seulgi.
"You're right!!!"
Suara teriakan Seulgi begitu menggelegar sampai-sampai beberapa pengunjung langsung mengalihkan pandangan pada kedua sahabat itu. Soojung menutupi wajahnya karena menahan malu akan teriakan cempreng Seulgi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Marriage
Fiksyen Peminat(Sequel Beautiful Widow) Ini merupakan fase baru dimana Jongin dan Soojung telah menjadi pasangan suami istri. Bagaimana perjuangan mereka membangun rumah tangga yang bahagia. Menjadi orang tua Asher dan tentu anak-anak mereka selanjutnya. Meskipun...