#06: Careful

19.1K 2.7K 132
                                    

“AAAAA!” Jaemin menutup mata nya dengan rapat seraya menutup telinga nya saat sebuah bola basket melayang ke arah nya. Napas Jaemin sempat tercekat sebelum ia menyadari bahwa bola tersebut tidak mengenai tubuh nya.

Melainkan tubuh Jeno.

Iya, Bodyguard nya itu menghalangi bola tersebut agar tidak mengenai Jaemin. Alhasil Jeno yang justru mengaduh kesakitan. Tubuhnya memeluk Jaemin—tidak terlalu erat—juga tangan nya yang berada di kepala laki-laki manis itu.

“S-sori. Nggak sengaja.” Seorang anggota basket menghampiri Jaemin dan Jeno sembari meminta maaf. Lantas Jeno segera melepas Jaemin dari pelukkan nya.

“Lain kali hati-hati. Kamu nggak pernah tau kalo kejadian tadi bisa aja membuat kepala Jaemin bocor.” ujar Jeno tegas.

Pemuda yang berdiri di depan Jeno itu menunduk, “I-iya. Lain kali saya bakal hati-hati, kok, Om.” balas nya.

Jeno mengangguk paham. Tidak mau memperpanjang masalah itu karena ia tahu dia berurusan dengan anak SMA yang nanti hanya berakhir dengan sia-sia. Daripada menghajar pemuda itu, Jeno memilih untuk kembali menghampiri Jaemin.

“Kamu gapapa?” tanya nya sembari memegang bahu Jaemin yang sedikit bergetar.

“Nana lo gapapa, kan? Nggak ada yang sakit?” Kini Renjun yang bertanya. Membuat Jeno mundur sedikit untuk memberi space bagi sahabat Jaemin tersebut. Diikuti oleh Haechan di belakang tentu nya.

Jaemin sedikit mendongak walau bola mata nya masih terlihat ketakutan. “Gapapa kok. Cuma kaget aja tadi.” Ia mencoba mengulas senyum tipis, agar sahabat nya tersebut tidak khawatir.

“Ke kelas aja yuk, Na. Nana masih gemeteran gitu. Sini Echan sama Injun pegangin.” ajak Haechan. Jaemin hanya mengangguk, pun Renjun berdiri di sebelah kiri Jaemin sedangkan Haechan di sebelah kanan.

“Eh tunggu,” ujar Jaemin. Ia hampir saja lupa. Laki-laki manis itu memutar tubuh nya. Tersenyum tulus pada Jeno yang masih memperhatikan nya dari sana. “Makasih, ya, Om udah selamatin Nana. Nanti kita ketemu abis Nana pulang sekolah. Hati-hati, Om!” lanjut nya.

Jeno tersenyum tipis lantas mengangguk paham. Lalu membiarkan Jaemin dibawa oleh kedua sahabat nya. Menatap punggung yang kian mengecil ditelan jarak. Sebelum akhirnya memutar tubuh nya ke arah yang berlawanan.

“Merupakan kehormatan bagi saya jika Tuan bisa menerima perusahaan kami untuk menjalin kerja sama. Saya akan mengusahakan yang terbaik begitu juga semua karyawan saya.” Jaehyun membungkuk kecil.

Lalu Tuan Han—seorang pemimpin perusahaan yang akan menjalin kerja sama dengan perusahaan nya—menepuk bahu Jaehyun dengan pelan. Tersenyum layaknya seorang Ayah yang bangga.

“Saya mempercayai kamu, Jaehyun. Saya harap kinerja perusahaan mu tidak mengecewakan,” Tuan Han berujar. Sedangkan Jaehyun hanya mengangguk. “Oh iya. Saya dengar kamu juga belum menemukan istri lagi setelah ditinggal selama 18 tahun?”

Jaehyun menggaruk tengkuk, tahu kemana percakapan ini mengarah kemana. “Ya... begitulah. Saya cukup selektif dalam memilih seorang Ibu baru untuk Jaemin.” Bohong. Padahal selama ini ia hanya menunggu Taeyong untuk siap dilamar oleh nya.

“Kebetulan saya punya anak perempuan. Sebaya dengan kamu. Siapa tahu kamu minat untuk menjadikkan nya istri baru? Saya tidak keberatan menjodohkan kalian.” Tuan Han tersenyum penuh arti.

Sedangkan Joy yang berdiri di belakang Jaehyun hanya memutar bola mata nya. Ayah macam apa yang menawarkan anak nya layaknya barang? Joy muak. Lantas ia menghampiri Jaehyun.

Mr. Bodyguard. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang