Tengah malam, Jaemin terbangun. Merasakan tenggorokan nya kering ia lantas turun dari tempat tidur nya. Menyingkirkan sejenak lengan kekar berotot milik Jeno yang memeluk pinggang nya dengan posesif bahkan ketika sedang tertidur.
Jaemin segera menuruni tangga dan pergi menuju dapur. Membuka pintu kulkas dan mengambil sebuah botol air minum, menegak nya dengan cepat. Sejenak, ia menoleh ke arah jam dinding.
Pukul 2 pagi.
Jaemin termenung. Teringat pada mimpi panjang nya beberapa hari lalu; yang aneh nya membuat ia tak tenang karena terus memikirkan nya belakangan ini.
“Na?”
Jaemin menoleh. Mendapati Jeno yang tengah mengusap mata nya seraya berjalan ke arah laki-laki manis itu. “Ngapain disini?” tanya Jeno.
“A- Itu tadi. Nana haus jadi minum sebentar disini.” jawab Jaemin.
Jeno mengangguk samar, terlihat jelas di wajah nya bahwa laki-laki itu masih mengantuk.
“Kamu ngapain disini?” Kini Jaemin yang balik bertanya. Jeno tak menjawab. Hanya berjalan terus ke arah nya, Jaemin memperhatikan laki-laki itu hingga Jeno berdiri tepat di belakang nya dan memeluk Jaemin dari belakang. Menaruh dagu nya di bahu kanan Jaemin dan kembali menutup mata. “Jen?”
“Masih ngantuk, Na.”
“Ya terus ngapain disini? Sana ke kamar, tidur.”
“Kangen.”
Jaemin terkekeh melihat tingkah konyol laki-laki yang kini menjadi suami nya itu. “Ngelantur, ya? Sana balik tidur. Nana juga mau tidur.”
“Nggak ngelantur. Sadar gini.”
“Sadar darimana nya?”
Jeno tak menjawab. Hanya diam sembari membuka mata nya perlahan. Menatap Jaemin dalam seolah ia dapat menyelam diantara manik indah milik laki-laki manis itu. Dengan perlahan, Jaemin bisa merasakan bibir Jeno mendarat di bibir miliknya. Melumat nya dengan lembut seolah Jaemin adalah sebuah barang rapuh.
Jeno melumat dalam bibir ranum milik Jaemin hingga lantas pukulan kecil di dada nya terasa—menandakan Jaemin yang kehabisan napas. Jeno lalu melepas lumatan itu.
Jaemin menunduk, dada nya naik turun berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin. Sebelum tangan nya bertengger pada lengan kekar milik Jeno dan menatap mata suami nya itu dalam disertai dengan senyuman tipis kesukaan sang dominan.
“Aku mau ceritain tentang sesuatu.” ucap Jaemin tiba-tiba.
“Hm?”
“Can we go to the bed first?”
Jeno tidak menjawab namun langsung menggendong Jaemin ala bridal style dan Jaemin yang mengalungkan tangan nya di leher milik suami nya tersebut.
Setelah sampai di kamar, dengan perlahan Jeno menidurkan Jaemin di atas tempat tidur milik mereka. Jeno memeluk Jaemin dari samping dengan erat, menenggelamkan kepala nya di ceruk leher sang istri dan menghirup aroma kesukaan yang menguar dari tubuh Jaemin.
“Kemarin aku mimpi, mimpi nya panjang banget sampai rasanya aku ngga inget semua deh,” Jaemin terkekeh seraya memainkan rambut-rambut Jeno.
“Mimpi apa?” tanya Jeno.
“Hmm.. Mimpi tentang aku sama kamu. Awalnya kamu itu bodyguard aku, terus aku cuma anak SMA nakal yang ngeyel—”
“Emang nyatanya begitu.” sahut Jeno tiba-tiba.
“Ish! Dengerin dulu.”
“Okay okay.”
“Terus ada banyak konflik, aku sampai pusing. Pada akhirnya kamu sama aku sama-sama kecelakaan. Habis itu aku lupa dan langsung bangun.”
“Jadi?”
“Jadi... Menurut kamu itu suatu pertanda bukan?”
Jeno sontak mendongakan kepala nya dan menatap Jaemin. Mengernyit kecil, “Pertanda apa?” tanya nya.
“Ya, pertanda di masa depan.”
“Maksudmu kita akan kecelakaan?”
Jaemin mengangguk ragu, “Mungkin aja.”
Jeno menghela napas pelan sebelum berbicara, “Dengerin, mimpi itu cuma bunga tidur, sayang. No one gonna hurt. Dan masalah kecelakaan itu ngga akan terjadi, kalaupun di masa depan akan begitu, berdoa aja semoga kita ngga akan dipisahkan dulu.”
“Kenapa?”
“Karena aku masih sayang kamu lah. Aku masih mau habisin sisa-sisa hidup ku sama kamu, sama anak-cucu kita nanti. Kamu ngga usah mikir aneh-aneh, berdoa aja, masukkin hal-hal positif aja ke dalam kepala mu itu.”
“Tapi, aku takut, Jen.”
“Buat apa takut, hm? Aku disini. Banyak orang di sekitar kamu. You don’t have to be afraid anymore. Selama aku disini, aku ngga akan biarin kamu terluka, Na.”
Jaemin tersenyum, puas dengan jawaban yang ia terima dari Jeno. Lantas setelah nya ia mengecup sekilas bibir milik suami nya.
“I love you, Jen. Let’s spend our life together, with love and happiness.”
Sang dominan mengangguk, “I love you then, now, and forever, Na.”
ㅡFinㅡ—notes:
hi! this sasa speaking. makasih buat semua yang udah nunggu work aku yang ini. maaf kalo ending nya sedikit dan kurang memuaskan.
it’s so hard for me to find my mood these days makanya kalo mau update sering delay dan jangka waktu nya lama banget dari chap sebelum nya.
tapi semoga work ini memberi kesan baik bagi para readers ya.
also, kalo kamu suka baca angst, mampir di work ku yang ini yaa! bisa cek di profile aku.see you in my another work!
regards,
Sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Bodyguard. ✔
FanfictionNOMIN ╱ JENO JAEMIN Jaemin adalah anak yang ceroboh, hingga Ayah nya memutuskan untuk menyewa seorang bodyguard yang dipercaya dapat menjaga anaknya. Jaemin tidak suka dengan Jeno, Om bodyguard yang disewa nya tersebut. Sampai ia sadar kalau Jaemin...