#14: Another

16.5K 2.1K 532
                                    

haii! ada yang kangen work ini nggak hahaha. udah lama banget nggak update maaf. btw, the next chapter is the last one. so enjoy!

“Jaemin!”

“Jaemin!”

“Na Jaemin!”

Jeno masuk ke dalam ruang rawat inap milik Jaemin. Disana ia menemukan laki-laki manis itu terbaring dengan tenang. Wajah nya yang tengah tertidur bagai obat tersendiri bagi Jeno.

Jeno mendekat, tersenyum tipis lantas mengusap rambut Jaemin dengan pelan.

“Maafin saya. Saya nggak bisa jagain kamu, Jaemin. Saya benar-benar minta maaf,” Jeno menunduk. Jelas di nada nya ada rasa penyesalan yang besar.

“Sebagai ganti nya. Mulai sekarang saya akan selalu ada di samping kamu kemana pun kamu pergi. Kita sudah nggak aman disini, Jaemin. Jadi ayo pergi yang jauh.” ujar Jeno.

Ia mengangkat tubuh Jaemin. Namun, meringis kecil saat dirasa ada bagian tubuh nya masih terasa sakit akibat perkelahian waktu itu.

Tapi, Jeno menahan nya. Ia tetap mengangkat tubuh Jaemin setelah sebelum nya sengaja mencabut infus laki-laki itu dengan perlahan. Bahkan Jaemin masih belum sadar.

Jeno membawa tubuh Jaemin keluar dari ruang rawat inap. Banyak pasien yang menatap nya dengan aneh.

“Permisi, apa yang ingin Anda lakukan pada pasien?” seorang perawat menghadang jalan Jeno. Dan memandang nya dengan curiga.

“Minggir.” jawab Jeno dengan nada dingin dan tatapan tajam khas nya. Membuat perawat itu dengan otomatis mundur.

Jeno melanjutkan jalan nya. Hingga pergi keluar rumah sakit. Namun, ia tak sadar bahwa ada sebuah kendaraan yang melaju dengan kencang dari samping.

Brak!

Setelahnya yang Jeno rasakan hanya lutut nya yang melemah juga pandangan nya yang mengabur hingga sepenuhnya gelap.

“Halo, sayang? Sini main sama Om Mark.” Seorang laki-laki merentangkan tangan nya ke arah anak kecil berumur 5 tahun. Namun hanya diabaikan oleh anak tersebut. “Ih, sombong banget!”

Seorang laki-laki jangkung lain ikut duduk di sofa tersebut dengan sebuah kaleng soda di tangan nya, “Ya jelas nggak mau lah. Muka lo nyeremin gitu.” Lantas ia tertawa.

“JAEMIIIIN! ANAK LO DIBILANG SEREM MUKA NYA SAMA LUCAS NIH!”

“HEH APA APAAN LO?! FITNAH ITU, ENGGAK.”

“Bilang apa, Luke?” Seorang laki-laki manis datang dengan sebuah pisau tajam di tangan nya. Menatap Lucas dengan senyuman menyeramkan.

“Enggak bilang apa-apa, suwer. Si Mark ini fitnah,” Lucas berdiri dari sofa dan mundur perlahan. Sedangkan Mark tertawa dengan puas. “Jen, tolongin gue, plis. Istri lo maung banget sumpah.”

Jeno terkekeh menatap Lucas, “Maung-maung gini tetep sayang gue sama dia.” ucap Jeno yang langsung mendapat jitakkan kepala dari Lucas.

“Si tai malah gombal.”

“Sakit bego.”

“Heh mulut nya. Masih ada anak kecil itu,” tegur Jaemin yang ditujukkan untuk Jeno dan Lucas. Membuat dua pria itu tersenyum tak berdosa. “Anak Dadda sini, sayang.” Jaemin tersenyum pada anaknya. Lantas disambut oleh rentangan tangan oleh anak itu. Jaemin yang gemas segera menggendong nya.

Mr. Bodyguard. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang