Onset

588 75 10
                                    

"Hyung!" Jungkook menepuk bahu Jimin, pemuda itu masih duduk di kursinya walaupun sidang telah usai.

Taehyung terancam penjara seumur hidup, karena para petugas medapat beberapa bukti jika Taehyung melakukan mutilasi dan pembunuhan berantai.

"Hyung!" Jungkook memekik kala sang kakak menghempaskan lengannya dan berjalan cepat keluar dari ruang sidang.

"Hyung, kau ingin pergi kemana?!" Teriak Jungkook kencang saat Jimin semakin jauh.

"Aku ingin membuktikan jika adikku tidak bersalah. Tae tak mungkin melakukan hal seperti itu."

Tak dapat melakukan apapun Jungkook hanya bisa mengikuti langkah sang kakak.

Hari berlalu dengan cepat Jimin membuat kekacauan di kantor polisi dan membuat pemuda itu ditahan semalaman.

Dalam waktu sepekan Jungkook tak dapat bertemu Jimin, bukan tak dapat ia bahkan tak tau keberadaan sang kakak.

Bahkan sang ibu juga menghilang tanpa jejak, tak ada yang tau keberadaan mereka.

Hingga satu bulan berlalu sidang ke dua Taehyung dijadwalkan, mungkin karena kurangnya bukti tentang kasus pembunuhan dan pembantaian hukuman Taehyung berkurang. Kini ia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.

Namun beberapa tuntutan lain berdatangan. Seperti kasus penyerangan, pencurian dan ikutnya Taehyung dalam kelompok kriminal.

Pemuda itu hanya diam, ia sama sekali tak membuka suara dan memceritakan apapun selama sidang. Bahkan pengacarapun tak bisa berbuat banyak untuknya.

***

"Bagaimana kabarmu hyung?" Jungkook menarik kursi dan duduk dihadapan Taehyung dengan batas kaca.

Taehyung hanya menarik senyum dan menatap sang adik.

"Aku baik, jika kalian baik." Si bungsu hanya menelan ludah, rasanya begitu berat dan sulit.

"Bagaimana kabar Jimin? Aku ada beberapa uang di bank kalian bisa menggunakannya, dan tolong bawa jimin berobat. Aku ingin ia sembuh dan terbebas dari traumanya." Mendengar penuturan Taehyung, Jungkook hanya bisa menunduk dan mulai terisak.

"Mianhae hyung..... hiks..... mianhae....... "

"Cooky wae?"

"Aku tak dapat menemukan keberadaan Jimin hyung sebulan ini..... mianhae...." Raut wajah Taehyung berubah menegas, pikirannya kacau saat ini.

"Bagaimana bisa, kemana Jimin biasanya pergi..... berpikir Tae......" Taehyung mulai menarik rambutnya brutal, rambut hitam yang kian memanjang itu menjadi sasaran empuk baginya.

"Busan...... cari Jimin disana..... aku yakin ia pasti mememui appa."

Dan disinilah Jungkook, di sebuah lahan pemakaman. Ia mengusap nisan bertuliskan nama sang ayah, bunga diatasnya nampak segar ini mengartikan jika ada yang menggantinya.

Sedikit harapan tentang keberadaan Jimin. Tanpa menunggu lagi Jungkook menuju pondok kecil di tak jauh dari Pantai Busan, tempat yang sering mereka kunjungi saat sang ayah masih hidup.

"Hyung!" Seru Jungkook sembari memasuki rumah kayu. Netra pemuda itu menyapi seisi rumah, membuka setiap ruangan berharap sang kakak berada di sana.

"Hyung!" Hingga ruang terakhir Jungkook memdapatkan keberadaan sang kakak yang tengah berbaring disana.

"Astaga hyung!"

"Oh, Cooky?" Jimin membalik badannya, tubuh kurus dengan wajah pucat pasi.

"Aku mengkhawatirkanmu hyung, mengapa kau tak memberi tau jika akan pergi kemari?"

"Bagaimana dengan sidang kedua Tae?" Bukannya menjawab pertanyaan Jungkook, Jimin mulai mencari topik lain.

Tak dapat menjawab Jungkook hanya menelan ludah kasar, jawabanya tak akan semenyenangkan di telinga sang kakak.

"Sebaiknya kita kerumah sakit, suhu badan hyung cukup tinggi. Aku khawatir, jika......"

"Aku baik-baik saja." Jimin menarik lengannya yang digenggam si bungsu.

"Kau terluka hyung, ayo kita obati!" Jungkook yang bangkit mencari kotak obat di sekitar ruangan hanya mendapat tatapan datar dari Jimin.

"Astaga, apa yang harus kulakukan?" Pemuda itu resah karena tak menemukan benda yang ia cari. Semakin kalut dirinya kala saat menolehkan badan mendapati tubuh si sulung yang tergeletak tak sadarkan diri.

"Hyung.......!"

***

Mentari telah terbit sempurna, namun Jungkook belum dapat memejamkan mata barang sejenak. Netranya masih memandangi sang kakak yang tenang dalam tidurnya.

Semalam ia harus berkendara cukup jauh untuk mencari pertolongan. Luka sayat di tubuh Jimin benar-benar buruk, beberapa luka mengeluarkan nanah karena tak di rawat dengan baik.

Dokter juga mengatakan jika Jimin kekurangan nutrisi dan memperparah kondisi tubuhnya. Rambut acak-acakan dan muka sayu Jungkook tak dapat hilang begitu saja dengan basuhan air.

Matanya menatap tajam pantulan wajahnya pada cermin, nampak seperti monster yang siap melahap mangsanya kapan saja.

"Hyung, apa yang kau lakukan?!" Pekik Jungkook yang baru saja keluar dari toilet dan mendapati sang kakak telah mencabut infus dari punggung tangannya.

Darah segar menetes mengotori lantai putih, dengan cekatan Jungkook menghentikan aksi Jimin yang sudah akan melempar vas didektnya.

"Hyung.... jebal jangan lakukan ini." Pelukan Jungkook membuat Jimin perlahan luruh, dan membiarkan Jungkook menahan berat tubuhnya.

"Cooky, apakah kau tau dimana eomma berada?" Pertanyaan Jimin dengan suara paraunya membuat pergerakan Jungkook terhenti, ia yang tadinya membantu sang kakak kembali duduk di atas ranjang hanya diam mematung.

"Tidak, aku tidak tau."

"Tapi aku tau, aku tau semua Cooky. Aku tau semuanya." Napas Jungkook tercekat, melihat seringai yang tercipta pada sudut bibir sang kakak.

Bersambung...........

Killin Me NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang